Kerikil Kehidupan
Ujar Penulis
Doa ibu adalah segala bagi anak-anaknya.
Ibu merupakan tuhan kecil yang ada didunia yang
berlapis ketulusan cinta, kasih dan sayang kepada anaknya tanpa mengharapkan
balasan ketika memberi, tanpa mengharap jasa ketika merawat. Ibu rela mencucurkan
keringatnya dari kita berada dirahim hingga kebahagiaan di masa depan.
Baju bekas jahitan ibu adalah sebuah cerita
berdasarkan kisah nyata. Kesederhanaan cinta, kegigihan, ketabahan dan
kesederhanaan yang diajarkan kepada anaknya merupakan jalan mewah untuk menuju
kebahagiaan haqiqi tuhan semesta alam
Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca.
Selamat membaca
Pontianak, 12 mei 2016
Salam kesederhanaan
Angga Ariska
Pengantar
Kisah ini berawal dari 24 tahun yang lalu, dan
diangkat langsung dari kisah nyata, baik dari tempat dan orang. Novel ini
menceritakan sosok seorang pemuda yang lahir dengan kondisi keluarga yang
miskin serta penuh dengan ujian, namun ia tak pernah mengeluh dan berputus asa
menapakan kakinya langkah demi langkah untuk menuju kebahagiaan.
Lahir lah si zainal Kecil
“Oeeeek’.. oeeeek’”
“yanti.... anak mu udah lahir
na, laki-laki anak mu yan”
Lalu “mane biar saye liat
mak, letakan die samping saye mak, saye pengen cium anak saye” sambil menangis
bercampur senang
jeritan bayi, 24 tahun yang lalu, tepatnya
pada malam kamis jam 10 malam yang bertabur suara jangkrik lahirlah seorang
bayi yang cengeng di tanah sambas desa Semperiuk B kecamatan jawai selatan. zainal
namanya. Ia memiliki ini mempunyai seorang ayah yang sangat bertangung jawab
kepada keluarga, sosok seorang laki-laki tinggi berambut pendek, berbadan
kurus, berkulit sawo mateng yang dapat membimbing keluarga dengan baik yaitu
Eddy, dan memiliki seorang ibu berkulit putih, berbadan rendah dan memiliki
tahi lalat manis dipipinya dan meliki
sifat pejuang handal untuk hidupnya dan keluarganya yang bernama Yanti.
Awalnya
mereka tinggal ditanah sambas dan ketika zainal berumur lima bulan karena
tuntutan dari pekerjaan sang ayah Mereka pindah ke kota Pontianak.
“mak, kite ndak bise tinggal disini terus mak,
ayah ndak enak dengan keluarge, soalnye ayah disini ndak ade kerja tetap mak,
mau ndak mamak ikut ayah ke pontianak?”
Yanti menjawab” yah sekrang ap yang jadi
pilihan ayah itu lah pilihan mamak, ape yang jadi keputusan ayah, itu juga
keputusan baik untuk mamak”
“mak,
ayah janji didepan mama, ayah akan bahagiekan mamak dan anak-anak kite mak” Si
ayah sambil mencium kening sang istri
Dengan tersenyum sang istri pun langsung
melihat ke wajah suaminya
1 minggu berlalu, pada sore hari dirumah
berdinding kayu beratap daun di desa semperiuk, si ayah berbicara kepada ibu dari istrinya
“mak, saye mau minta izin dan restu dari mamak,
mau bawa yanti ke pontianak mak, karne insyallah saye ade kerje disana”
“Ngpe ndak 1 bulan agik jak nak” ujar mertuanya
“insyallah kalau ade rezeki saye akan main-main
kesini mak” ujar eddy dengan wajah sendunya
“ iye di Tolong jage yanti, kebahagiaan yanti
bukan lah dengan segudang duet, ketenangan yanti juga bukan dengan berbalut
emas, tapi kebahagiaan yanti itu saat eddy ade untuk die dan anak-anaknye
disaat die butuh”
Eddy menjawab”iye mak, di depan mamak saye
bejanji, di Hadapan Allah saye berharap dan insyallah ape yang udah jadi
tanggung jawab akan saye lakukan dengan tulus dan komitmen mak”
Sang ibu langsung mencium pipi kiri dan kanan
menantu laki-lakinya itu karena bangga mendengar jawaban anaknya. Ucapan itu
membuat mertuanya menjadi yakin bahwa eddy adalah anak yang dapat membahagiaan
yanti didunia dan akhirat.
Keesokan harinya.....
“Bruuuum,,,bruum,,” suara kendaraan umum yang
mereka naiki. Dengan suasana terdesak dan pengap serta guncangan batu krikil yang
terhampar di jalanan serta hembusan angin yang masuk melewati kaca bis membuat
mata mereka terpejam sepanjang perjalanan.
Sekitar 12 jam perjalanan
dari semperiuk ke pontianak pun tak terasa karena penat telah berganti harapan
dan impian ketika melihat gedung yang ada di pontianak
“Plak”... suara sendal ayah dari pertama kali
di tapakan Setibanya di Pontianak, wajah yang bingung dengan tatapan kosong
eddy dan istrinya bertanya didalam hatinya
“tinggal dimana kita ?”
karena kita
belum memiliki rumah tetap disini. dan
akhirnya langkah demi langkah menghantarkan mereka mengontrak sebuah rumah
dengan ukuran 6 x 4 meter berdinding dan
berlantai kayu di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai raya Kabupaten Kubu Raya
tepatnya di tepi sungai Kapuas.
Keluarga ini adalah keluarga
yang miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah. Bayangkan saja
Eddy adalah seorang yang kesehariannya
menjadi buruh di salah satu pabrik di Desa Kuala Dua, penghasilanya satu bulan
hanya 150.000 rupiah. Keringat yang keluar membasahi tubuhnya tak membuat surut
akan tanggung jawab dan menyerah untuk menghidupi keluarganya, bahkan bukan
hanya pendapat perbulan itu saja yang
menjadi beban pikiran ia untuk menghidupi keluarganya, tetapi Pada saat itu anaknya zainal dalam kondisi sakit-sakitan
dan banyak sekali orang yang memfonis bahwa zainal tidak dapat bertahan hidup
dengan kondisi sakitnya.
“Allahuakbar-allahuakbar”
“Laila Ha iLallah”
Suara azan magrib di surau kecil kampung parit
bugis laut berhembus diantara merahnya mentari yang hendak tenggelam dan
menyapu telinga eddy sebagai ajakan untuk melaksanakan sholat
“mak, ayah shalat dulu ye sayang, mamak jage
ega dulu ye,nanti kalau ayah udah
selesai gantian biar ayah jage zainal”
“iye yah shalat lah dulu”, jawaban si ibu
sambil menimang anaknya
Shalat lah eddy tiga rakaat sendiri dirumah,
karena ia bimbang memikirkan anak dan istrinya jadi ia memutuskan untuk shalat
di rumah. Setelah tiga rakaat dilaksanakan si ayah pun langsung mengizinkan
yanti untuk mendirikan shalat. Di akhir shalatnya ia berdoa , :
“Ya
Allah, engkau yang menentukan hidup ku
Balutilah hidupku ini dengan ridho mu Ya Allah
Engkau telah memberikan ku keluarga
Lindungilah keluarga ku dari jalan yang engkau
murkai
Ya Allah, enggak telah memberikan ku keturunan
Jaga keturunan ku Ya Allah,
Lindungi dia baik jasad hingga batinnya Ya
Allah
Ya Allah engkau tempat ku memohon, engkau pula
tempat ku meminta”
Kabulkan lah doaku ini ya Allah”
Hari demi hari keluarga kecil
itu menjalankan hidupnya berbalut kesederhanaan. Di lingkungan pabrik, eddy dan
istrinya berjuang untuk mencari kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Suatu
malam
“ooooeeeeek....oooeeeeek”
“Ya Allah, zainal ngape
sayang,” pertanyaan panik seorang ibu melihat anaknya merintih
Ya Nabi salam Alaika,
shalawatullah ‘alaika”
Nyanyian seorang ibu menimang
anaknya yang tak kunjung berhenti menangis.
Zainal yang sakit-sakitan ini
hanya diobati dengan obat-obatan tradisional oleh petua yang faham dikampung
tersebut, tak perlu ditanyakan lagi mengapa zainal tidak berobat kedokter.
keterbatasan biaya untuk membayar biaya rumah sakitlah menjadi alasan utama
baginya walaupun hatinya sangat menjerit karena tak sanggup melihat kondisi
anak semata wayangnya pada saat itu.
Setiap hari, jeritan dan
tangisan zainal terdengar jelas di telinga sang ibu. zainal yang sakit-sakitan
dan tidak berhenti menangis dari sejak ia berumur 1 hari hingga ia berumur 7
bulan itu membuat sang ibu harus berjuang menyengkang mata dan menahan rasa
sakit untuk mengsauhnya. disuatu hari zainal menangis semakin keras dan
badannya kejang-kejang serta membiru.
“ooeeek...oeeek” jeritan lugu
zainal kecil
“ya Allah, zainal ngape agik sayang. Zainal
harus mampu betahan ye sayang, mama minta maaf ye ndak bise buat zainal senang”
suara tangis sang ibu sambil mencium zainal kecil.
Lalu ibu pun meletakan zainal ke lantai di
kamar rumahnya
“prok...prok...prok”
suara lantai kayu yang
terdengar dari larian Ibu sambil menangis dan minta tolong dengan tetangga
untuk membantunya menolong anaknya agar dapat selamat dan sembuh dari
penyakitnya, dan akhirnya
“maknya,,, tolong lah saye
maknya, sakitnye angga makin parah” ujar ibu
Lalu “ade ape yanti, akan kau
ngape?” Ngape kau tinggalkan anak kau sendiri dirumah” maknya agak terkejut
melihat kondisi ibu zainal yang seperti ketakutan
“tolong saye maknya,,,,”
Ayok lah... kau balek jak
dulu bentar lagi aku pergi kerumah mu”
datanglah perempuan tiong hoa
parubaya yaitu Maknya yang biasa orang memanggilnya dengan datang dengan
membawa bawang merah setengah kantong dan diris lalu dilumuri kebadan si zainal
yang selalu menangis itu, setelah lumuran bawang merata di badan zainal
akhirnya badan yang membiru mulai berubah, tubuh yang kejang mulai dan pada
saat itu pula angga berhenti menangis seperti biasanya. Tak tahu kuasa apa yang
Allah perlihatkan kepada mereka semua.
Setahun berlalu zainal yang
mendapatkan sebutan cengeng dari tetangganya itu tumbuh seperti anak-anak
lainya, walaupun memang si zainal kecil
masih cengeng dan tidak bisa jauh gendongan ibunya. Setiap hari ketika ibunya pergi zainal selalu
ikut, bahkan sampai ibunya pergi ke kamar mandi pun ia menunggu di depan pintu dan
teriak memanggil ibunya.
Disisi lain Si zainal kecil
yang hidup di masa era orde baru dibawah presiden Soeharto ini semakin merasa kesusahan
dalam segi keuangan keluarga, yang mana pada saat itu terjadi krisis keuangan.
dan zainal hanya memiliki 7 pasang baju untuk ia gunakan secara bergantian
setiap harinya hingga pada hari raya Idul Fitri.
Sesuai dengan kebiasaan
orang-orang pada saat Idul Fitri semua sibuk untuk membeli baju baru, celana
baru, merevarasi rumah dan membuat kue, namun keluarga kecil yang di pimpin
oleh Eddy ini hanya mampu membelikan anaknya baju bekas dengan harga 1.500
rupiah dan mendapatkan 3 helai baju. Dan baju itulah yang zainal gunakan untuk
lebaran.
Ketika berkumandang suara
takbir, sudah menjadi kebiasaan melayu Katulistiwa yaitu membuat ketupat dan
memakanya bersama keluarga. Namun hal itu tak dirasakan oleh keluarga Eddy
Junaidi, di rumahnya hanya ada nasi putih dan lauk seadanya, karena mereka tak
mampu membuat ketupat dan lauk yang istimewa.
“mak, pengen rasenye ayah
same macam tetangga kite, buat ketupat dan makanye sme-same pas malam takbir”
ujar sang ayah
“ndak ape be yah, mak ndak
sedeh dengan kondisi ini, bise bekumpol dengan keluarge dan liat zainal dan
ayah senyum tu buat lauk yang ade di depan ni lebih dari sekedar laok yah”
jawab istrinya
Itu lah yang dirasakan zainal
dan orang tuanya Dan terkadang tetangga lah yang mengantarkan ketupat dan lauk
kerumahnya agar mereka dapat merasakan hal yang sama dengan tetangganya pada
malam lebaran.
Keesokan harinya, eddy
beserta anak dan istrinya mengunjungi bapak kandung si eddy yaitu daeng
Hendring. Disamping niatnya untuk bersilaturahmi namun ada juga niat untuk
meminta sedikit rezeki kepada orang tuanya.
Sejuknya matahari dipagi hari
menghantarkan langkah tiap langkah Beramgkatlah Eddy dan keluarganya pergi
kerumah orang tua menggunakan angkot atau oplet dari alas kusuma ke Perdana Desa
bansir darat pontianak tenggara dengan tiga kali transit. Himpitan antara
penumpang ke penumpang membuat seru perjalan hari itu, ketika oplet itu sampai
dan memberhentikan mereka di jalan perdana, mereka harus masuk kedalam lagi
dengan berjalan kaki.
wajah lugu penuh keringat
teriup hawa panas matahari tak melemahkan langkah kakinya dari jalan ayani ke
rumah sang bapak sejauh 2 kilo. Setelah sekitar setengah jam berlangsung sampailah mereka ke tujuan Lalu ketika mereka
masuk kerumah yang memiliki sejuta harapan itu, dan ternyata disana sudah
berkumpul semua keluarga besar di rumah kakek angga dengan hidangan mewah yang
telah tersusun di lantai.
“Eh Eddy”
“masuk di, bawa anak istri
kau masuk, langsung makan ye, dah disiapkan semua ni”. sapa sang ibu kepada
anak laki-laki pertamanya
“iye mak” sahut edi dengan
tersenyum.
Masuk lah eddy beserta anak
dan istrinya dan langsung menyalami bapak dan ibu kandungnya di perdana dan mereka
langsung duduk melepas lelah selama di perjalanan tadi sambil bicara-bicara
dengan keluarga.
Tak terasa Hari pun mulai
sore eddy berniat ingin pulang ke alas kusuma lagi karena besok ia harus
kembali kerja. Ketika pulang ia dan keluarga kecil bersalaman kembali kepada
orang tuanya dan berharap di hati kecilnya orang tua memberikan sedikit uang
untuk belikan susu cucunya yaitu zainal.
“ pak saye balek lok ye pak”
ujar eddy kepada bapaknya”,
lalu “ eeeh cepatnye gak, hati-di jalanye”
jawab sang bapak dengan wajah yang tidak tersenyum.
“Iye pak,besok harus kembali
kerje agik ni pak”
“Iye lah hati-hati jak ye”
jawab bapaknya kepada edy.
Dan ternyata apa yang ia harapkan tidak sesuai
dengan kenyataan, mereka pulang tanpa diberi sedikit uang oleh bapaknya, namun
di hati eddy
“ ya sudahlah tidak jadi
masalah mungkin bapak tidak punya uang”.
Akhirnya pulanglah mereka ke
alas kusuma kembali.
Waktu terus berjalan, musim
terus berganti zainal pun tumbuh seperti anak-anak lain, saat ini ia berumur 2
tahun. Masih dengan kebiasaannya zainal selalu saja merepotkan ayah dan ibunya,
zainal senang sekali menangis, hingga membuat
ibunya merasa risih. Hingga tiba lah suatu hari si zainal kecil tidak berhenti
menangis walaupun sudah digendong ibunya. Nyanyian syahdu yang dilantunkan
ibunya untuk membuatnya diam, dan gendongan lembut ibunya sambil berdiri di
atas tanah didepan kontrakan tidak membuat juga zainal diam, zainal masih sibuk
dengan tangisan yang membuat orang tuanya bingung apa sebenarnya yang ia
tangisi. Hingga terjadilah tragedi lucu yang terjadi karena mungkin ibunya
merasa capek oleh tingkahnya. Berjalanlah sang ibu dengan menggendong bayi
cengeng itu pergi berjalan ke arah kanan yang ke rumah tetangganya yang
memelihara seekor monyet.
Awalnya ibu hanya ingin
menakuti zainal agar zainal diam dengan mengancungkan zainal ke arah monyet, 1
hingga 3 kali ayun monyet tersebut tidak memperdulikan hanyunan ibu cantik yang
mencoba untuk mendiamkan tangisan anaknya kearah monyet, hingga tiba-tiba
hayunan terakhir monyet tersebut menangkap kaki zainal kecil dan luka lah kaki zainal
kecil tersebut.
Dan setelah kejadian itu zainal menjadi demam
selama 1 minggu dan kaki lucu nya itu infeksi akibat kuku monyet yang
mencerkamnya. Setelah sembuh ibunya pun pergi kerumah bapak-bapak etnis tiong
hoa suami dari maknya yang pernah melumuri badan zainal dengan bawang dan
bertanya,
“ ko kenapa anak saya menangis terus ya, apakah
dia memiliki penyakit ?”
alu bapak tua itu pun
menjawab “tidak ada buk, anak ibu sehat,
namun ibu jangan heran anak seperti ini pasti nanti ketika ia besar ia menjadi
anak yang pintar”.
“Iye lah ko, mudah-mudahan
lah die bise jadi anak yang pintar ko” jawab ibunya sambil mengelus kepala
zainal.
Lalu pulanglah si ibu kerumahnya dengan
melalui jalan pasar di daerah Alas Kusuma itu.
zainal pun tumbuh besar dan
cengengnya juga agak mulai berkurang. Hingga tibalah zainal berumur 4 tahun
hasil dari asuhan sang ibu dan nafkah dari seorang ayah. Di suatu malam
berkumpulah mereka bertiga didalam rumah yang sempit sambil berbaring menghadap
kearah pintu kamar, ayah dan ibu nya bercerita tentang cerita sang kancil lak
cerdik, si zainal pun ,mendengarkan cerita tersebut hingga tertidur.
Waktu yang terus berganti,
ketika Angga berumur 4 tahun lebih, tiba-tiba ada kabar gembira dari ayah yang
pulang jam 7 malam . ayah bicara kepada angga dan ibunya
“ma Alhamdulillah ayah sekarang jadi pengawas di PPC (salah satu bagian di
perusahaan Alas Kusuma)”.
Lalu menjawab lah si ibu “ Alhamdulillah yah,
mudah-mudahan ada rezeki untuk angga” dengan muka yang polos dan tersenyum si
ibu menjawab kabar senang dari sang ayah.
“iye mak, ayah senang benar,
mudah-mudahan ini awal hasil dari komitmen kite mak, tak kanvas yang bewarne
bagus kalau kite berhenti dan takut untuk melukiskan tinta didalamnye, same
dengan hidup mak, tak mungkin bise bewarne hidup kite kalau kite berhenti
berjuang dan selalu mengeluh dengan ujian yang diberikanya”
Disini lah keluarganya agak
menjadi agak berkecukupan, walaupun masih tidak mampu membeli rumah
Pengalaman
Sekolah
Walaupun sang ayah sudah
mendapatkan posisi yang bagus di perusahaan tempat ia bekerja namun uang tersebut tidak mungkin cukup untuk
membeli rumah, namun yang awalnya mengontrak rumah di tepi sungai dan kini
mereka mengontrak rumah agak masuk ke darat, pada rumah berdinding kayu dan
beratap daun juga.
Si zainal kecil pun sekarang
sudah berumur 5 tahun 7 bulan. Dan zainal akan dimasukan orang tuanya ke
sekolah Dasar di parit bugis darat Desa Kuala Dua, yaitu SDN 48 Sungai Raya.
Hari pertamanya masuk
sekolah. zainal mendapatkan kelas 1 A dengan total siswa 34 orang, pada hari
pertama itu zainal di ajarkan untuk menulis huruf A dan B lalu dengan mudahnya zainal
pun menulis huruf A dan B tersebut di buku bergaris yang orang tuanya belikan. zainal
mengira bahwa tulisanya paling bagus, lalu ia melihat teman perempuan yang
bernama Nia yang duduk di sampingnya dan
tulisan temanya itu lebih bagus darinya, lalu zainal menghapus lagi tulisanya
dan ingin menulis sama seperti teman sebangkunya, dan akhirnya si zainal pun
tidak bisa menulis serapi temannya yang ada hanya buku nya saja yang bolong
karena sering di hapus.
Waktu terus berjalan zainal
pun mulai terbiasa dengan suasana sekolahnya, hingga tiba lah pada saat
pembagian raport. Pada saat itu yang menjadi tradisi adalah ketika pembagian
raport seluruh siswa membelikan kue untuk guru atau wali kelasnya, dan
mayoritas siswa memberikan mie instan yang harganya saat itu masih berkisar
sekitar 500 rupiah,
“Candra sucipta”, “Iya
Buk”.... suara ibu wali kelas sambil menyebutkan nama anak-anak didalam
absenya,
Tiba lah namanya di panggil
“Zainal Azis Saputra ???”
“Iya Buk” sambil berdiri dan
berjalan mendekat gurunya.
zainal dengan malu memberikan gurunya kue yang
berwarna merah yang merknya cup cup dengan harga 100 rupiah, ketika raport
dibuka, ada hal yang berbeda dari prediksi bapak-bapak tiong hoa itu yang
mengatakan zainal adalah anak yang pintar dan buktinya zainal tidak mendapatkan
peringkat di dalam kelasnya dan hanya mendapatkan nilai rata-rata 6, 56.
Suatu hari
zainal adalah anak yang takut
dengan jarum suntik. di kelas 4 SD sudah menjadi rutinan datanglah ibu-ibu dan
bapak-bapak menggunakan seragam putih dengan membawa kotak yang dibicing
ditangan kanannyam mereka adalah kelompok puskesmas sungai raya yang datang
kesekolah untuk memberikan suntik cacar atau campak gratis kepada siswa, namun
pada saat itu angga tidak ikut suntik cacar dan lari melewati jalan belakang
sekolah untuk langsung pulang kerumahnya. Sampai kerumah si angga hanya membawa
muka yang santai dan menganggap tidak tejadi apa-apa di hadapan orang tuanya.
“awal zainal balek nal?” si
ibu bertanya kepada zainal, lalu zainal menjawab dengan bimbang
“ iya ma, balek awal soalnye
guru ade rapat” jawab angga dengan muka yang agak bingung.
Lalu “ oh iye lah” jawab
ibunya, lalu wajah lega pun terlempar dari wajahnya, karena ia yakin orang
tuanya percaya kepadanya, tiba-tiba ketika orang tuanya menyapu lantai depan
rumahnya, segerombolan bocah berlari lewat depan rumahnya, dan bertanya kepada
ibunya,
“mak zainal,zainal kemane ngape tadi ndak
suntik cacar”
“waduh, gawat nih ujar zainal didalam
pikiranya,
“emangnye ade suntik cacar ke
di sekolah?” ibunya bertanya,
jawab bocah yang lewat tadi“
iye mak zainal, “zainal balek pulak die”
lalu ibu zainal pun tidak
jadi membersihkan lantai yang kotor, tetapi berpindah membersihkan zainal yang
berbohong kepadanya dan membolos disekolahnya. Dan zainal pun dimarahi dan
dipukul dengan penyapu karena berbohong kepada ibunya.
Ada cerita lain yang terjadi
ketika zainal menginjak kelas 5 SD, namun cerita ini bukan cerita dikelas
tempat ia sekolah, ini adalah cerita pekerjaan orang tuanya. Pada saat itu gaji
dari profesi ayah belum lah mencukupi untuk kehidupan mereka hingga di suatu
hari
“zainal mau ikut mama ndak pegi ke ladang kite
cari ikan”
dengan senang dan lugu zainal
menjawab “ ayok lah mak!!!”
pergi lah ke ladang si zainal
dan ibunya, lalu setibanya di ladang mereka bertemu dengan sebuah parit kecil
dan berlumpur,
“jebbbbuuur....”
si ibu yang masuk kedalam
parit yang berlumpur di tengah rumput padi setelah di panen dengan membawa
tutup saji untuk menangkap ikan yang berada didalam lumpur. Lalu
“jeeeebuuur.....”
suara air di dalam parit
kecil karena zainal juga masuk kedalam air. dengan senang mereka berdua
menangkap ikan yang ada di parit tengah ladang tersebut.
“ mak ade ikan tu mak besar”
sang ibu menjawab “ iye ikan
gabus tu namenye”
si zainal pun senang dan
langsung mengambil ikan yang sudah masuk kedalam tutup saji tersebut, namun
sekitar beberapa detik si zainal tak bisa menangkapnya karena ikan itu sangat liar, dan sang ibu lah yang dapat
menangkapnya, setelah sekitar 2 jam pulang lah mereka berdua ke rumah dengan
senang karena mendapatkan banyak ikan dan berharap akan segera memasak ikan itu
untuk lauk yang ada dirumah.
Lalu ketika jam tujuh malam
pada hari dimana mereka mencari ikan tadi, pulang lah ayah dengan semangat membawa nasi bungkus yang
didapat dari pembagian perusahaan tempat ia bekerja, itulah kebiasaan sang ayah
selalu membawa makanan ketika pulang kerumah karena ia memilki prinsip “
apa yang aku makan itulah
yang anak dan istri ku makan”.
lalu sesaimpainya ayah di rumah, sang ayah pun
mengucapkan salam kepada keluarganya
“ Asslamualaikum, mane zainal ni?”
zainal pun berlari mengejar
ayahnya dan langsung mencium tangan sang ayah. Lalu masuklah ayah dan langsung
melepaskan pakaian kerjanya dan langsung mengambil handuk untuk mandi, setelah
ayahnya mandi ayah pun langsung shalat isya di dalam kamarnya. Lalu ketika shalat
ia telah dikerjakan mereka sekeluarga pun langsung makan, dan ketika membuka
hidangan ayah terkejut
“ eeeh dimane dapat ikan ni,?” dengan nada
lembut dan tersenyum,
lalu zainal menjawab “tadi zainal
dengan mamak pegi keladang cari ikan di”
dengan bahagia mendengar
jawaban si anak ayah tadi pun langsung mencium kening, pipi kiri dan kanan anak
nya. Ikan yang telah di goreng tadipun menjadi Makanan lezat mereka sekeluarga
pada malam itu.
Memang kesederhanaan lah yang
ditanamkan di keluarga tersebut. Hal ini di tunjukan oleh tingkah dan prinsip
sang ibu yang tidak ingin membudayakan hutang dikeluarganya. Dengan gaji sang
ayah pada saat itu sudah kurang lebih 700 ribu, ibunya berusaha untuk menghemat
dan menabung untuk persiapan mereka kedepan. Itu lah yanti ibu dari seorang zainal,
ia sangat senang menabung sampai-sampai kantong plastik saja ia simpan untuk ia
tukarkan dengan sayur kepada ibu-ibu yang berjualan dipasar.
Hal ini juga di ikuti oleh zainal.
Setiap hari ia bersekolah tidak pernah zainal meminta uang jajan kepada ibunya,
tetapi walaupun si zainal tidak meminta uang jajan, zainal pasti di berikan
jajan walaupun paling banyak hanya 200 rupiah saja. Dan zainal pun tidak pernah
mengeluh diberikan uang dari orang tuanya. Dan uang yang diberikan tersebut
Setiap istirahat ia hanya membelanjakannya hanya untuk semangkok kecil soto
yang dibuat oleh warung disamping sekolah.
Hingga ketika zainal naik di
kelas 3 si ayah membeli rumah dan tanah dari seorang nenek yang bernama ibu
Hajah Nurisah, dengan rumah berukuran 5x 6 meter. Pada saat itu memang keluarga
zainal sudah mulai meningkat walaupun tidak secepat membalikan telapak tangan.
Pada saat mereka tinggal di rumah barunya si ibu ingin menambah keuangan dengan
membuka jualan-jualan minuman, biasa kami meneyebutnya minuman Es Cendol.
Dari pagi hingga sore hari
ibu menunggu jualanya
“oooh mak zainal, ape yang
mak zainal jual ni?” ujar tetangga dengan wajah yang tersenyum ,lalu
“ jual cendol jak ni, beli
lah” kata ibu zainal.
Lalu seiring berjalannya
waktu. Tidak disangka banyak sekali orang yang membeli cendol yang ia buat, dan
di hari-hari tertentu cendol itu dapat dibuat 3 kali dalam sehari. dengan awal
berjualan es cendol tadi, tidak disangka ibu mampu membuat toko sembako di
samping rumahnya.
Seiring berjalanya waktu si zainal
naik kelas 6 SD dan pada saat itu teman-temanya sudah menggunakan sepeda untuk
pergi kesekolah, dan si zainal hanya dapat melihat saja dan berharap kapan ia
bisa kesekolah menggunakan sepeda, hingga tiba di suatu hari, setibanya zainal
kerumah setelah ia pulang sekolah, si zainal bilang dengan orang tuanya bahwa
“mak zainal pengen pakai
sepeda untuk bersekolah, lalu sang ibu menjawab “ mane duet e nal“. dan zainal
hanya terdiam mendengar jawaban ibunya sambil menumbuk cabai di dapur rumahnya
yang sempit itu.
Sedih lah si zainal, namun ia
tidak merengek untuk dibelikan sepeda, dan langsung keluar rumah dan main
bersama teman-temanya. Untuk menghilangkan rasa sedih karena tidak mendapatkan
yang ia inginkan, lalu pada malam harinya didalam rumah kontrakan yang
sederhana itu, sang ibu bercerita kepada ayah, bahwa zainal ingin dibelikan
sepeda sama seperti teman-temanya untuk bersekolah
“ yah tadi pagi zainal tu
ngomong mau minta belikan sepeda, mama langsung bilang dengan die mane duetnye,
langsong die pegi keluar yah, kasien mama liat die tu, tadak pula die merengek
tu cume sedeh jak liat mukenye”.
“nantilah ma ayah belikan
biar ayah ngutang lok di operasi alas, bayarnye nanti dipotong gaji ayah jak
sedikit-sedikit”.
Itulah pembicaraan yang
terjadi antara ibu dan ayahnya tentnag keinginan si zainal membeli sepeda.
suatu hari ketika si zainal telah ujian
nasional, si zainal di ajak ayahnya ke koperasi yang didalamnya banyak sekali
barang-barang untuk dijual, dari sembako hingga kebutuhan papan dan sandang,
dan bertanya
“zainal mau beli sepeda ke?”
lalu menjawablah si zainal
“iye yah mau beli sepeda”
setibanya di koperasi si zainal
melihat banyak sekali sepeda –sepeda
yang bagus dan orang tuanya langsung bertanya kepadanya
“zainal mau sepeda yang mane?”
Jawab lah si zainal “ yang
merah jak yah”, dan dengan senang ayahnya bertanya ke penjaga koperasi
“bang yang warne merah tu berape hargenya?”
lalu menjawab lah penjaga tadi “400 rbu pak”
lalu sang ayah menjawab. “ ambilkan saya yang
warna merah tu bang untuk anak saya”.
Dengan senang si zainal pun
langsung memegang-megang sepeda yang hendak ia bawa ke rumah. Dan setibanya di
rumah ia sangat senang sekali karena ia telah mendapatkan sepeda gunung
berwarna merah.
Setelah zainal mendapatkan
sepeda ia pun belajar memainkan sepeda tersebut dengan temannya. Selama belajar
memainkan sepeda banyak sekali pengalaman-pengalaman lucu yang terjadi, baik
dari sepeda yang menindih badannya sampai badanya yang menindih oleh sepeda,
ketika latihan, tidak sedikit badan zainal luka karena terjatuh di sepeda,
hingga sampailah pada hari itu ia bisa memainkan sepeda.
Dan setelah si zainal kecil
dapat memainkan sepeda, akhirnya setiap kesekolah ia menggunakan sepedanya
sampai tibalah ia di hari perpisahan sekolah di SD 48 Sungai Raya. Pada hari
dimana zainal mendapatkan tugas terakhirnya menjadi siswa di SD 47, yaitu
menampilkan dance dengan teman-temannya, maka zainal bergaya bag artis korea
menggunakan baju berwarna merah dan style rambut yang berdiri-diri. Ketia ia
tampil dengan taman-temannya banyak tepuk tangan ia dapat dari para penonton
yang hadir di hari perpisahannya itu.
Seperti itulah cerita zainal
ketika ia mengenyam pendidikan di SDN 47 Sungai Raya. akhirnya anggapun
menyelesaikan tugasnya menjadi siswa dan ia lulus dengan nilai yang tidak
begitu tinggi dengan hasil UAN hanya 25,6.
Dan tercatat sebagai siswa yang kurang berprestasi di sekolahnya.
Bersepeda Ketika SMP
Setelah
cerita panjang si zainal semasa ia SD, sekarang tibalah zainal menginjak
pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Awalnya zainal mendaftar di sekolah yang
terkenal di daerah sungai raya yaitu SMP N 3 sungai Raya, namun setelah melalui
beberapa test yang diberikan oleh pihak seolah untuk seleksi siswa baru, ternyata
memang si zainal tidak memiliki kapasitas yang lebih untuk masuk ke sekolah negeri
dan mengingat NIM zainal yang sangat kecil hanya 25,6 .
Begini
ceritanya,
Nguuuuuuuuuiiiiiiing” begitulah kira-kira bunyi
serine pertanda jam 7 pagi dan ayah pulang dari kerjanya diperusahan alas
Kusuma. Sedangkan dirumahnya, si zainal masih tertidur pulas
“zainal..... bangun nak, katenye mau daftar
sekolah”
“jam berape dah ni yah?” zainal dengan muka
yang masih kusut karena baru bangun tidur
“ jam setengah 8 dan ni, bangun lah gi,”
tahun 2003 bulan 6 si zainal
di temankan seorang ayah yang izin dari kerjanya karena ingin mendaftarkan anak
nya sekolah di SMP yang terkenal di daerah itu dengan bangunan yang bagus dan
megah yang jaraknya sekitar 6 kM dari rumahnya. Pada saat itu, ketia ia pergi
untuk test siswa baru,
“maknya, boleh ndak saye
minjam motor maknya” saye nak daftarkan zainal sekolah “
“pakai lah di, antarlah sana
anak kau tu”
ayahnya meminjam motor
tetangga untuk menemankan zainal test siswa baru,
“brrruuuuuuum....bruuuum”
suara motor supra x tahun berwarna hitam 2000 yang dipinjam dari seorang
ibu-ibu tiong hoa
“nal, yok lah kite pegi nanti
keburu siang dah”
Bejalanlah mereka berdua melewati jalan
berbatu di kelilingi rumah penduduk dan sawah. setibanya disana, ada pengumuman
di atas kertas karton berwarna putih bahwa test itu berlangsung selama 3 haridi
mulai pada hari senin, dan pada hari pertama itu yaitu tes pengetahuan umum,
test mateimatika dan IPA lalu pengumuman test
Lalu, pada hari senin ayahnya
pun pergi menemankan zainal untuk test hari pertamanya. belanjutlah test yang
pertama di dalam kelas, yaitu test Pengetahuan Umum. Lalu ketika si zainal
diberikan 1 lampiran soal, memang ia tidak mampu untuk mengerjakannya, pada
akhirnya dari 50 soal yang ada, si zainal hanya mampu mengisi 30 soal saja, dan
itupun belum tentu benar semua. Lalu berakhirlah test pertama tersebut, dan
pulanglah si zainal kerumahnya.
Keesokan
harinya ketika zainal ingin test, zainal kebingungan harus pergi dengan siapa
karena ayahnya tidak diperbolehkan untuk izin keluar. Karena di perusahaan alas
kusuma itu ada dua sift yaitu sift malam yaitu dimulai dari jam 7 malam hingga
jam 7 pagi, lalu sift siang dari jam 7 pagi hinggal jam 7 malam.
Pada hari itu zainal sangat kebingungan hingga
pergilah mama nya ke rumah temanya di komplek
alas kusuma jam 7 pagi dengan berjalan kaki,
“ooh mak aris, aris sekolah dimane?”
Iye Mak zainal, aris daftar di SMP 3 mak
zainal” jawab temanya
“oooh dah pegi ke belum airsnye, saye ni nak
numpangkan zainal pegi tes di SMP 3 gak Mak Aris”
“alaaaahee, ngape ndak ngomong, arisnye dah
pegi dah dengan bapaknye”
“ya Allah, itu lah saye lupa mak aris, kalau
ayahnye zainal tu masuk pagi, siape lah yang mau pegi ye?” ujar ibu zainal
dengan wajah yang bingung
Tiba-tiba
“ade ape ni, ujar tetangga ibu aris
“ini ba, mak zainal ni mau ngantar anak e pegi
ke SMP 3 tapi ndak ade yang ngantar” ujar ibu aris
“Ooooh, ikut dengan saye jak, saye pon nak pegi
ke pontianak ni”
dan akhirnya ada orang yang ingin menumpangkan zainal
pergi test di hari kedua, pada saat itu semua calon siswa ditemani oleh orang
tuanya, sedangkan zainal sendiri yang tidak di antar dan ditemani oleh orang
tuanya, hingga ketika test itu berlangsung, zainal tidak mampu menjawab dari
pertanyaan-pertanyaan dari selembar kertas tersebut, mungkin hanya dapat
menjawab sekitar 10 soal saja. Lalu ketika pulang kerumahnya yang di tumpangi
oleh bapak si aris, si zainal kecil sudah pesimis dengan hasil test di salah
satu sekolah ternama di sungai Raya itu.
Pada hari ketiga si zainal pun tidak bisa pergi
ke SMP 3 namun hanya menitip kabar dengan aris, dan iapun mendapatkan kabar
bahwa ia tidak lulus di sekolah menengah pertama 03 Sungai Raya, dengan
perasaan kecewa, zainal pun langsung termenung mendampingi ibunya yang sedang
masak di dapur.
“ngape nal? Udah be ndak ape-ape, bukan rezeki
tu namenye, bagus zainal pegi maen jak gi”
“iye mak, zainal tak lulus pula, soalnye zainal
ndak bse jawab mak, soalnye tu susah-susah b”
Dan zainal pun pergi bermain dengan teman-teman
tempat ia tinggal
Pada
hari ke 3, yaitu pada hari rabu jam 12 siang Ketika ayah pulang istirahat Sesampainya
di rumah angga pun langsung bercerita dengan sang ayah
“ yah along ndak lulus yah”
dan ayah
pun menjawab
“ndak ape lah zainal, bebarti
belom rezeki along, cobe along daftar di Al-mustaqim jak lah ye”
zainal pun menjawab “ iye lah
yah, cobe lah lok besok mudah-mudahan jak diterima”.
Pada hari senin depannya. si zainal langsung
mendaftar di sekolah islam swasta yang berada agak jauh dari SMP 03, yaitu Mts
Al-mustaqim. Disinilah semua cerita selama 3 tahun ia dapatkan baik pengalaman,
keterampilan dan kesungguhan.
Pada
hari itu keadaan keluarga zainal memang sudah agak meningkat, dan sudah mampu
membeli sebuah motor, dan pada awal ia bersekolah ayahnya pun membeli sepeda
motor dengan cara kredit di salah satu perusahaan kredit yang ada di pontianak.
Pertimbangan ayah Pada saat itu si ingin membeli motor bukan hanya gaji bekerja
di perusahaan saja yang ia andalkan namun juga kegiatan sampingan yang ia
gunakan untuk berusaha, yaitu menjadi makelar tanah. ketika menjadi makelar
tanah memang keluarganya agak senang hidupnya. Motor Sogun 125 cc, berwarna
merah lah saksi bisu hasil keringat yang membasahi tubuhnya. Dan zainal pun di
antar jemput menggunakan motor itu dan terkadang menyuruh orang dan menggaji orang
yang mengantar jemput zainal.
Namun
cerita antar jemput ini tidak berlangsung dengan lama. Setelah sekitar 3 bulan
ia diantar jemput dengan tetangganya yang bernama HAM, zainal memberanikan diri
untuk mandiri pergi kesekolah menggunakan sepeda.
Didalam
rumah yang sederhana jam 12 siang ketika ayah istirahat makan siang dengan
keluarganya, zainal pun bercerita
“yah...... zainal pengen pakai sepeda yah ke
sekolah”
Ayah menjawab“ya Allah nal, jangan nal jauh
tu”nanti ade ape-ape”
“ndak be yah, banyak gak budak sungai adong
pakai sepeda tu, zainal ikut mereke yah”
Tiba-tiba ibu pun menjawab
“ndak ape be yah, biarkan jak be, ajarkan die
tu mandiri, biar die tahu tentang hidup yang harus die jalani yah”
Ujar sang ibu, entah apa yang ada didalam
pikiran ibunya pada saat itu, mungkin ibu mengajarkan anaknya untuk hidup
sederhana, dan mengajarkan zainal bahwa hidup juga perlu perjuangan agar
hidupnya lebih berarti.
Keesokan
harinya. Pada hari pertama ia ke sekolah menggunakan sepeda ia berangkat dari
rumahnya jam setengah 11 siang dan sampai ke sekolahnya sekitar jam 12 siang,
lumayan jauh memang dari rumah zainal ke sekolahnya, memakan jarak sekitar 20
kilo meter dan memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit.
Bukan
hanya ini saja yang menjadi cerita menarik ketika ia sekolah, si zainal
melakukan hal yang sama ketika ia SD yaitu tidak pernah meminta uang jajan dari
orang tuanya walaupun sang ibu memang sering memberinya uang 1000 rupiah perharinya, karena sang ibu memikirkan ia bersepeda jauh
dari rumahnya.
“zainal,
ni bawa botol air minum ni, kalau haus zainal pinum jak airnye”
“iye mak” ujar zainal sambil menggunakan tas
“oh ye ni 1000 ni untuk jajan”
Lalu “ iye mak makaseh ye mak, zainal pegi lok”
sambil mengambil tangan ibunya dan mencium pipi ibunya.
Dan 1000 rupiah itu pun tak pernah habis dan
hanya dijajankan sekitar 500 rupiah saja. Sehingga ketika sang ibu ingin
memberikan uang si angga tidak mengambilnya dan hanya bilang bahwa
“duet zainal masih ada ma”.
Setiap kali bersekolah
menggunakan sepeda, orang tuanya memang tidak pernah tenang karena bimbang dengan
zainal yang selalu pulang sekolah pada
jam setengah 7 malam setiap harinya.
Jam 10,30 WIB ketika matahari sudah mulai
condong kearahnya, ia berangkat kesekolahnya setiap hari dan sampai
kesekolahnya dengan ditemani cahaya panas matari jam 12 siang, ketika belajar
si zainal hanya sibuk mengelap keringatnya saja, dan zainal belajar tidak
konsentrasi karena kecapean, namun dengan bersepeda sekitar 20 kilo itu tidak
membuat semangat zainal surut untuk menimba ilmu, malah si zainal kecil ikut
extrakulikuler pramuka dan ia juga mendapatkan posisi komandan regu setiap kali
lomba keluar.
Pada hari rabu pukul setengah satu siang
“kriiiing....kriiiiiing....... kriiiiiiing....”
bunyi lonceng pertanda kelas siap dimulai, namun pada hari itu, seluruh siswa
dibariskan ke lapangan sekolah yang berukuran 40 x 20 ditengah panas matahari
yang berada tepat diatas kepala.
Bicaralah
satu orang guru yang bernama pak rabuansyah
“anak-anak ku sekalian, di MTs Almustaqim ada
ekstrakulikuler Pramuka, jadi siapa yang mau daftar silahkan ke kantor setelah
pulang sekolah”
Anak-anak yang berbaris dilapangan itu pun
serempak menjawab “siap pak”
di sinilah prestasi non akademik zainal agak
meningkat, walaupun si zainal tak pernah mendapatkan peringat di dalam
kelasnya. zainal sangat senang sekali berorganisasi walaupun harus mengayuh sepeda
sejauh 20 kilo dari rumahnya kesekolah. Dan sering sekali ibunya marah, tetapi
bukan marah karena kesalahan, melainkan marah karena kasihan kepada zainal yang
tak pernah lelah dan tidak ada waktu dirumah karena sering kesekolah
menggunakan sepeda.
Tahun
demi tahun berlalu prestasi demi prestasi pun didapat oleh si zainal, pada saat
ia kelas 3 di Mts Al-mustaqim di dalam kelas yang berisi 34 orang siswa di ajar
oleh seorang guru perempuan bernama ibu nursiah
“tok....tok...tok”
“Asslamualaikum buk”
secara tiba-tiba seorang guru mengetok pintu
kelas
“buk, mohon maaf mengganggu, saya mau cari
siswa yang bernama zainal, siswanya ada dikelas ndak buk?”
“ooh zainal, ada pak” jawab ibu tersebut dengan
nada yang lemah lembut di depan anak-anak didalam kelas
“zainal silahkan keluar dulu, zainal dicari pak
rabuansyah tu”. Ibu itu berbicara sambil berdiri menyapa zainal dan membawa
zainal keluar kelas
Peerasaan zainal tak tentu rudu, didalam
pikirannya
“ape salah saye ye, ndak ke
saye ndak pernah buat masalah. Tapi mungkin saye ni kenak panggil pak rabuan
gare-gare saye selalu ngelap keringat terus kali ye jadi ganggu konstrentrasi
kawan-kawan di kelas”
Ketika
didalam kantor
“zainal, bapak lihat kamu adalah anak yang
aktif, mau ndak kamu jadi ketua osis
Zainal pun terkejut, karena ia tak menyangka diangkat ketua osis oleh pak rabuansyah yang
pada saat itu menjabat sebegai Waka Kesiswaan Mts Al-Mustaqim.
zainal dikenal oleh gurunya
karena didalam kelas ia memang anak yang aktif yang mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, walaupun disatu sisi ketika guru menjelaskan pelajaran di kelas si zainal tak pernah faham apa yang dijelaskan
oleh gurunya.
Kayuhan demi kayuhan sepeda
dan cucuran keringat di panas matari siang mengantarkan zainal ke ujung
pendidikannya di Mts Al mustaqim. Pada
saat itu zainal kesekolah hanya mengambil perlengkapan Ujian Nasional yang
dibagikan oleh sekolah kepada siswa kelas 3. Setelah mendapatkan perlengkapan
ujian zainal pun langsung pulang kerumahnya kembali.
Keesokan harinya pada saat
ujian Nasional, ia kebingungan untuk
menjawab soal pelajaran Bahasa Indonesia, maklum pada saat itu si zainal sering
mencontek, lalu ia mendapatkan info bahwa jawaban ada di dalam wc, dan
tiba-tiba di dalam kelas si angga mengancungkan tangan
“ buk mohon maaf, mau izin ke WC buk, soalnya
mau buang air kecil”
lalu pengawas itu pun menjawab
“ silahkan” dengan senang si angga pergi ke WC dan berharap bahwa ada jawaban
di dalam WC tersebut, namun sayangnya zainal bingung karena ada dua wc di
sekolah itu dan dia salah masuk WC, dan ia pun mengunci Wcnya dan langsung
beraksi
“alahmak, dimane budak ni
nyimpan jawaban e, ancoor lah ni jawaban aku” sambil mencari ke atas dan
kebawah di dalam ruangan WC itu.
Karena bingung mencari
jawaban yang tak kunjung dapat, zainal pun membuka Wcnya dan hendak mencari
jawaban di WC sebelahnya
Tiba-tiba ketika ia keluar
dari WC ia melihat seorang pengawas ujian nasional yang berdiri didepan WC
satunyadan ternyata pengawaas ruangan itu mengawasi zainal sampai ke WC, dan
akhirnya zainal pun tidak bisa mencontek. Dan pulang kembalilah zainal kedalam
kelas.
Seiring berjalanya waktu
tibalah saatnya pengumuman ujian nasional, pada hari itu ia sangat bimbang
sekali dan tidak lulus, setelah nama demi nama yang di sebutkan ada sekitar 2
orang yang telah dibagikan tidak lulus, hal ini yang membuat zainal semakin
gerah dan bimbang, dan merasa bahwa dirinya tidak lulus. Hingga terucaplah nama
zainal Abdul Azis dimulut guru yang membacakan dan menyerahkan amplop, si zainal
pun menerima amplop putih yang berisi lulus atau tidaknya ia disekolah
tersebut, lalu
“kreeeeeek”
berbunyi amplop putih yang zainal
koyak
“ bismillahirahmanirrahim ya
Allah berikanlah yang terbaik ya Allah”
kata zainal di dalam hatinya, tiba-tiba ia
melihat selembaran putih yang berisi nilai dan kata lulus dan tidak lulus
dengan gemeteran, dan takhirnya kesimpulan dari tulisan tersebut adalah zainal
tidak menetap di Mts Almustaqim atau tulisanya zainal lulus ujian nasional.
Hari itu zainal sangat senang
sekali. Apa yang telah ia kerjakan dengan tangan dan pikiran ia sendiri dapat
membuahkan hasil yang bagus dan akhirnya pada saat itulah ia mulai percaya diri
dan menganggap bahwa dirinya juga mempunyai potensi sama yang dimiliki
siswa-siswa cerdas lainya.
Sekolah Penuh Tekanan
setelah ia lulus dari Mts Almustaqim, zainal berniat ingin
melanjutkan studinya di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak, yang dulunya adalah
sekolah sang ayah waktu SMA, namun dahulu namanya masih Pendidikan Guru Agama
(PGA). karena niat yang besar untuk masuk ke Man 2 Pontianak, zainal sudah
mempersiapkan semuanya dengan baik, dan ia tidak ingin masalah yang terjadi
pada saat ia smp terjadi lagi.
Namun,
memang jalan yang di tetapkan Allah tidak lah sama dengan kemauan si zainal, ibunya
memiliiki pilihan lain dan menginginkan zainal bersekolah sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Pontianak.
“zainal kau sekolah di SUPM jak nal ndak usah
di tempat yang lain, kalau kau ndak mau sekolah di SUPM kau ndak usah sekolah
jak zainal” ujar sibunya dengan nada yang tegas sambil menyapu lantai teras
rumahnya.
Karena zainal tidak bisa menolah
tawaran ibu dan tidak ingin membuat ibunya kecewa zainal pun menjawab “ iye lah
mak” padahal pada saat itu zainal
kebingungan apa itu sebenarnya sekolah SUPM dan bagaimana sistem belajar di
SUPM.
Rasa ingin tahu yang besar
membuat zainal bertanya-tanya kepada semua orang untuk mencari informasi apa
itu SUPM. Tiba-tiba zainal baru ingat bahwa abang angkatnya di parit bugis
darat bersekolah di SUPM yang saat itu masih magang di laut Bali. Pergilah zainal kerumah orang tua
angkatnya dan sesampainya disana ia bertanya dengan ibu angkat
“maaaak abang sekolah di SUPM
ye mak, macamane bah SUPM tu?”
ibu angkatnya pun menjawab “
bagus SUPM tu ngga, kau liat lah abang kau ta, sekarang jak masih di Bali”.
Mendengar jawaban seperti itu
zainal pun mulai semangat dan memantapkan niatnya untuk bersekolah di SUPM.
Namun Keesokan harinya sang
ibu membawa zainal pergi kerumah
temannya, yang mana anak dari temannya tersebut bersekolah di SUPM, dan zainal
bertanya kepada anak teman ibunya walaupun zainal sudah tahu apa itu SUPM,
“bang bagaimane bah SUPM tu?”
ia menjawab dengan nada yang
lemah “SUPM itu sekolahnye keras, tinggal di asrama dan disana sistemnye sistem
senioritas”
setelah mendengarkan jawaban
itu, zainal menjadi takut kembali dan
didalam hatinya berkata,
“aku ndak mau sekolah disini”
namun apalah daya. zainal adalah orang yang
tidak bisa membantah kemauan orang tuanya khususnya sang ibu. Dan akhirnya zainal
pun menghapus niat awal nya ingin belajar di MAN 2 pontianak dan sekarang
bersekolah di SUPM N Pontianak.
Hingga
di suatu hari, tibalah si zainal mendaftarkan dirinya ke SUPM, ia melihat
gedung besar dan bersih berwarna biru muda berpadu biru tua, dan melihat banyak
sekali orang-orang yang menggunakan baju seperti tentara.
Ketika zainal masuk ke kantor untuk
mendaftarkan dirinya dengan ditemani sang ayah, tiba-tiba ia ketemu dengan
teman sekampungnya, dan disitu zainal mulai merasa agak sedikit senang dengan
suasana di SUPM.
Lalu hari demi hari pun berjalan dan sampai
pada hari dimana ia akan melakukan test kelulusan di SUPM, memang agak rumit
test di SUPM, ia mempunyai 3 fase test, pertama test psikotes, lalu test
kesehatan dan test fisik. Pada hari pertama si angga senang sekali karena ia
dapat menjawab soal-soal psikotes, dan dihari kedua, tes fisik, dimana ia harus lari sejauh 3 kilo
meter, pull up 20 kali, berenang 50 meter, dan semua test itu ia jalankan dengan baik, dan hingga pada
hari ke 3 angga di telanjangi untuk di periksa kesehatanya di dalam suatu
gedung, dan akhirnya lulus lah angga ariska dan nomor pendaftaranya terpampang
besar di gedung megah di sebelah kanan jalan pintu masuk.
Hari
pertama sekolah. Si zainal memang memiliki sifat yang manja dengan orang tuanya,
dan zainal belum pernah jauh dari orang tuanya. Dan pada hari pertama masuk,
memang betul apa yang dikatakan abang kemaren bahwa SUPM memanglah sekolah yang
keras semua dilakukan harus sesuai dengan hitungan detik termasuk makan.
Setelah
seminggu yang mana semua kehidupan dijalankan dengan kesedihan, si zainal dan
angkatanya di SUPM tahun 2007 berjumlah 94 orang berangkat diksar di Anjungan.
Anjungan adalah lahan
budidaya SUPM sebesar 4 hektar. Disana ia sangat merasa lebih tertekan karena
instruktur diksar disana adalah Tentara, hari demi hari dijalankan dengan kedisiplinan
semua di hitung dengan sepuluh detik dari makan sampai ke menggunakan pakaian.
Tidak
disangka semua kebiasaan tersebut dilakukan sudah 3 minggu di tanah yang
dikelilingi tambak ikan seluas 4 hektar. Disana ia menghabiskan waktunya dengan
melakukan hal-hal yang positif dan produktif.
Setelah masa pendidikan di
tambak Unit pembenihan Ikan (UPI ) anjongan
selama 3 minggu berakhir pulang lah zainal dan teman seangkatannya ke
SUPM pontianak kembali pada pukul 18:00 WIB. Dan setelah sampai, si zainal langsung
pergi keterminal untuk langsung pulang ke rumah nya di alas kusuma menggunakan
angkot dari jeruju ke alas kusuma.
Pada saat ia menaiki angkot
berwarna merah dan di dalam angkot tersebut terdapat seorang ibu-ibu yang juga
menumpang di angkot tersebut
“ permisi ya buk” ujar zainal
dengan nada yang tegas dan suara yang bergema.
Dan ibu itu pun menjawab “ia
om silahkan”. Mendengar jawaban ibu itu memanggil dirinya om, ia agak terkejut
dan berpikir “apakah wajah saya sudah tua”. ketika sampai ke depan gangnya
hampir semua orang tidak mengenal bahwa yang pulang itu adalah zainal karena
badannya yang besar dan warnanya agak gelap membuat orang menjadi pangling
siapa yang datang.
Ketika sampai dirumah pun
orang tuanya kaget bahwa zainal datang dengan badan yang tegak seperti tentara dan
badannya agak besar dari sebelumnya. Barulah zainal sadar atas ucapan ibu-ibu
didalam angkot tadi, bahwa ibu itu memanggil om bukan karena tua tetapi karena
seperti tentara yang baru selesai pendidikan.
Selama ia liburan 1 minggu di
rumahnya, pujian-pujianpun datang menyapa zainal. yang mana hasil didikan 1
bulan di anjungan, itu membuat zainal mudah berinteraksi dengan lingkungannya,
baik teman sebayanya, bahkan orang-orang tua dilingkungan rumahnya, di samping
itu zainal memiliki juga menjadi kepribadian yang tegas, dan disiplin.
Setelah masa liburan
berakhir. zainal pun kembali lagi ke SUPM Pontianak. Hal yang sama juga terjadi
di kampus perikanan itu, hari demi hari Semua yang ia laksanakan selama ia
tinggal di asrama sering mendapatkan pujian dari gurunya, terutama di masjid Safinnatunajah
SUPM N pontianak.
Sosok tegas, disiplin dan
aktif itu menjadi landasan orang memujinya bukan hanya itu saja, Angga juga di
karuniai suara yang bagus yang dapat membuat orang terpukau dengan suaranya,
suatu ketika, pada saat magrib menjelang, Angga di suruh oleh seniornya azan di
masjid tersebut. Lalu
“ Allahuakbar-Allahuakbar
Laila ha ilallah”
azan yang dikumandangkan oleh
angga, dan setelah ia azan dan ingin duduk, semua mata tertuju padanya, mungkin
karena keindahan suaranya melantunkan azan. Setelah kejadian itu Angga sering
digunakan menjadi petugas masjid dan jumat.
Didalam kelasnya, memang
angga bukan anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, hal ini terbukti
dengan nilainya yang tidak pernah tinggi. Hingga suatu ketika, pada saat
pembagian raport semester pertama pada saat ia tingkat 1, si angga mendapatkan
peringkat 23 dari 30 orang siswa didalam kelas Teknika Perikanan Laut.
Namun memang tidak dipungkiri keaktifannya
disekolah membuat ia mudah dan cepat dikenal dengan senior dan juga guru di
sekolah tersebut.
Lalu
sampailah pada saat pembagian extra kulikuler yang di adakan oleh senior untuk
adik tingkatnya, extra kulikuler ini adalah extrakulikuler yang sangat ia inginkan
yaitu Drum Band. Memang SUPM terkenal dengan drumband nya pada saat itu. Lalu
setelah di tes, zainal mengambil spesialis snare drum dan menghafalkan 8 mars
dan harus dapat melangkahkan kaki sesuai dengan tempo atau ritme mars.
Ini
lah zainal, orang yang aktif dengan mudah ia menghafal pukulan mars kaveleri
tersebut dan dengan mudah ia melangkahkan kakinya sesuai dengan ritme, namun
semua tidak berjalan dengan yang ia inginkan, selama 1 semester ia tidak pernah memukul senare drum
yang ada di badanya. namun zainal dan teman-temanya hanya memegang dan
melepaskan serta membawa alat mereka masing-masing dengan cara jalan jongkok.
Dalam hal ini, zainal merasa
agak bosan dan banyak teman-temanya yang keluar dari drum band, namun zainal
yang awalnya sangat senang sekali dengan extrakulikuler ini ia mampu bertahan
sampai tibalah di latihan pertamanya untuk di persiapkan di acara ulang tahun
SD di desa jeruju besar.
Latihan
tersebut sangat semangat sekali, karena mereka yang tidak pernah memukul alat dan
pada hari itu ia memukul alat yang telah lama ia gendong. Semua berjalan sesuai
dengan sekenario senior, mereka dengan mudah mengahapal lagu dan formasi untuk
ditampilkan di acara tersebut. Dan akhirnya pada hari H sudah tiba, mereka
menggunakan baju seragam drum band SUPM yang berwarna biru laut tersebut,
dengan rasa percaya diri bak militer angkatan
laut mereka melangkahkan kaki dan mempersembahkan lagu serta formasi
dengan sigap. Tidak ada cacat sedikitpun yang ada hanya tepuk tangan dan sorak
penonton saja yang ada di lapangan tersebut.
Setelah
dari sini zainal merasa ada hal yang berdeda yang terjadi didalam dirinya,
pelajaran mudah ia terima dan keaktifan ia didalam kelas mulai nampak.
Pelajaran demi pelajaran ia senangi dan setelah itu ia mendapatkan nilai yang
tinggi, pada saat itu posisinya adalah komandan peleton untuk jurusan Teknika
Perikanan Laut SUPM negeri Pontianak. Sesuai dengan jurusannya, memang zainal
sangat senang dengan pelajaran permesisnan, dan yang paling ia senangi adalah
mesin pendingin atau refrigrasi.
Diluar
kelas. Dan saat ini zainal telah menjadi caraka atau calon raja kampus, karena
dia telah menduduki posisi tingkat 2. zainal adalah anak yang aktif, sehingga
pada saat ia tingkat dua, ada 1 kejadian yang terjadi di lapangan apel malam
yang mana disana telah berbaris 1 kompi tingkat 1, 1 kompi tingkat 2 dan 1
kompi tingkat 3 dan instruktur apel pada malam itu ada bapa saion. Lalu
tiba-tiba ada senior perempuan yang memerintahkan kami apel dengan cara teriak.
“woooy tingkat 2 coba kau baris rapi-rapi,
Lalu teman-temanya merasa risih dengan teriakan
tersebut. Lalu setelah apel tersebut selesai dilaksanakan, instruktur apel pada
saat itu mempersilahkan kepada siswa-siswa yang ingin menambahkan informasi di
tengah lapangan apel. Lalu zainal maju dengan tubuhnya yang kecil dibanding
teman-temanya tersebut. Tiba-tiba ia berkata
“saya hanya ingin memberi
tahukan kepada angkatan saya saja, apabila kita telah menjadi senior tertinggi
di kampus ini, kita tidak boleh memberikan perintah dengan adik tingkat kita
dengan cara teriak dan kasar, karena kita orang yang berpendidikan, hanya
orang-orang yang tidak berpendidikan lah yang memberikan tugas dengan nada yang
tinggi dan kasar” ujar zainal di dalam penyampaianya. Dan semua angkatan nya
pun langsung tepuk tangan. Dan apel tersebut pun dibubarkan oleh instruktur.
Keesokan harinya, zainal merasa ada hal yang
tidak nyaman di hari ini, dia merasa akan terjadi sesuatu dengan dirinya.
Ternyata benar, pada malam harinya zainal di panggil oleh senior tingkat 3
untuk menanyakan perkataan yang ia lemparkan pada saat apel malam kemaren.
Zainal ditarik dari tidurnya
dan dibawa ke asrama dengan 3 orang senior, zainal dilemparkan masuk kedalam 1
ruangan yang lumayan kotor,
“ape yang kau omongkan kemaren
malam tu?” Ujar senior sambil memukul kepalanya
Zainal hanya terdiam, lalu
sahut senior yang berbeda
“kau merase jago dah ke? Kau
merase kau udah pintar ke ape?” dengan suara tinggi dan menerajang perut
zainal.
disana zainal disidang dan
tidak sedikit kepada dan badanya dipukuli oleh senior Kali ini zainal tidak
sendiri semua temanya memberikan semangat dan membantu zainal dari belakang, setelah
1 jam zainal di ruangan tingkat 3, lalu tiba-tiba, seorang calon danion
angkatan 2 yaitu sofiansyah masuk kedalam ruangan tersebut tanpa ada ucapan
salam. Lalu
“ dek” kata sofiansyah
memanggil zainal,
“ kalau misalnye kau di
ape-apekan dengan mereka bilang jak same abang”, lalu sofiansyah keluar dari
ruangan tersebut dengan membanting pintu
Semua
tidak selesai begitu saja, ketika sofiansyah keluar semua senior juga keluar
dan menantang untuk berkelahi dengan sofiansyah dan sofiansyah tidak
memperdulikan ucapan mereka, dan keluarlah sofiansyah dari asrama tersbut.
Ternyata angkatan 2 telah menyusun siasat untuk bentrok dengan tingkat 3, semua
sisi asrama telah di kepung oleh tingkat 2 untuk siap bentrok lalu, tiba-tiba,
terdengar dari jendela disalah satu kamar
“ woooooy budak angkatan dua ngajak bentrok
dengan kita” kata senior teriak dari jendelanya. Lalu terjadi lah perkelahian
antara tingkat 2 dan tingkat tiga namun semua tidak berlangsung lama.
Kurang
lebih 15 menit jam mereka bentrok, datang guru-guru yang di anggap disiplin dan
tegas dengan siswanya, namanya adalah Ayat Tunggal. Setelah ia keluar lalu ia
teriak,
” hentikan semuanya, kalau tidak kalian semua
saya hukum biar saya injak-injak kepala kailian”.
Dan kami semua pun berhenti dan di diberikan pengarahan oleh pak Ayat
yang kelihatanya marah itu. Dan kami pun berdamai akibat dari mediasi yang dilakukan
pak ayat tunggal.
Waktu
terus berjalan, dan rasa sensi pun terjadi antara tingkat 2 dan tingkat 3,
walaupun mereka sudah tidak akan mengulangi kejadian yang telah terjadi antara
2 angkatan tersebut. Setelah ini semua angga melakukan aktifitasnya dengan
biasa-biasa lagi sampai tiba saatnya terima raport semester 1 tingkat 2 dan
setelah menerima raport angga sangat senang sekali karena ia mendapatkan nilai
tinggi di kelasnya, pada saat itu ia mendapatkan juara 2 dibawah syarifudin
siregar putra anjungan yang menjadi danion dan lulusan terbaik di Sekolah
Tinggi Perikanan Jakarta. Semua hal yang
terjadi memang bukanlah hal yang datang dengan sendirinya dan ia yakin ada hal
yang membuatnya menjadi mudah dalam menerima pelajaran.
Latihan
drumband pun sangat sering dilakukan dalam 1 minggu ada 4 kali latihan drumband,
latihan ini dilakukan subuh hari dan sore hari. zainal sangat senang sekali
dengan musik, sehingga semua alat drum band yang dimainkan oleh temanya, si zainal
juga ingin memainkanya, dan setelah beberapa kali latihan memang si zainal
berbakat di extrakulikuler ini, ia dapat memainkan semua alat drum band dari
mayoret sampai terumpet. Dari sini ia merasa sangat senang sekali dengan drum
band karena semua yang ada didrum band ia mengetahuinya.
Prestasi demi prestasi
didapat baik akademik dan non akademik. hingga tiba ia menduduki posisi raja
kampus yaitu tingkat 3 di SUPM Negeri Pontianak. Dan disini banyak sekali
hal-hal lucu, sedih dan juga konyol terjadi.
Semua dimulai dari program
pra PKL pada saat semester 1 tingkat 3,
jurusan teknika perikanan laut mendapatkan program pra PKL di laut pulau
datuk, dekat ketapang, dan ada cerita yang lucu yang zainal alami. zainal itu
jenis orang yang mabuk kendaraan, dan setibanya dikapal, dan kapal masih berjalan di sugai kapuas menuju muara kubu, zainal
sudah mabuk dan muntah-muntah, hingga sampai lah ia di pulau datuk, dan pada
saat itu pula ia tidak terbangun dari tidurnya, karena mabuk berat yang ia
alami. Dan tanpa disadari, angga menangis dan merengek menyebut nama mamanya
“ ma,,,,,maaaa,,,maaaa tolong
zainal” pada saat zainal merengek tanpa
sadarkan diri tertanya ada 1 orang guru mendengarnya dan pada saat itu guru
tersebut menjadikan zainal sebagai objek ejek-ejekan dengan temannya, dan ia
yakin ini adalah pelajaran yang berharga yang diberikan oleh guru tersebut
untuk membangun mental.
Namun apalah daya mabuk tidak
dapat hilang dan zainal tidak ambil pusing
ejek-ejekan tersebut dan tidak mengubah apa yang terjadi pada dirinya.
Sejak kejadian itu lah zainal
menjadi bahan ejek-ejekan oleh temannya.
“ aaaah angga sekolah di
perikanan anak Teknik kapal tapi mabuk laut bagaimana bisa kerja di laut kalau
seperti itu” ujar teman zainal.
Mendengar ucapan temanya zainal
hanya dapat terdiam dan berjanji didalam dirinya bahwa ia harus menjadi pelaut
sejati. Dan tibalah saatnya Praktek Kerja Lapangan PKL SUPM Negeri Pontianak.
Karena zainal masih mempunyai trauma tentang praktek dilaut pada hari ini zainal
memilih untuk praktek di lapangan saja, yaitu diperusahaan Pendingin perikanan
di pelabuhan Pemangkat namanya adalah PT Dwi Tirta, disini lah zainal
melaksanakan PKL selama 3 bulan lamanya, banyak pengalaman yang ia dapat dari
mengoperasikan mesin sampai dengan membongkar mesin pendingin tersebut.
Banyak pengalaman yang
terjadi di pemangkat dan bukan hanya
pengalaman di disiplin ilmu saja yang ia dapat namun juga mendapatkan
pengalaman tentang bermasyarakat. Saat itu zainal tinggal di desa Tanjung Batu
kecamatan Pemangkat, disana banyak sekali orang yang pintar agama dan disana
lah zainal banyak di ajarkan tentang beretika dengan orang tua, di ajarkan ilmu
tajwid dan di ajarkan untuk bermasyarakat untuk mempersiapkan diri menjadi
orang tua yang sosial dan bermasyarakat.
setelah
3 tahun ia di didik dengan teman-temanya di SUPM pada hari ini ia sangat
merasakan sedih karena harus berpisah dengan teman yang 3 tahun bersamanya baik
suka maupun duka. Namun apalah daya, semua pertemuan pasti ada perpisahan dan
setiap awal pasti ada akhir.
akhirnya dihari wisuda siswa siswi SUPM negeri
Pontianak zainal mempersembahkan 2 hadiah untuk orang tuanya, karena zainal
mendapatkan predikat terbaik akademik peringkat 5 dan terbaik non akademik
peringkat ke 2. Disini lah semua pengalaman dan cerita di SUPM selesai dan zainal
harus mengarungi samudra kehidupan sebagai manusia maritim yang handal yang
telah melekat secara otomatis dipundaknya.
Sosok pejuang dan pemberani
Hari saat hari penuh
perjuangan dimulai. Semua jalan kehidupan yang terjadi bagaikan sekenario tuhan
yang tak terpisahkan dari hidupnya. Pemikiran dewasa pun muncul dari kepala
seorang yang memilki tekat yang besar untuk membanggakan orang tuanya. aris
lulus test bekerja di kapal perusahaan fuji utami di negara Jepang dan aris harus berangkat ke jakarta untuk test
akhir diterima atau tidaknya di perusahaan tersebut.
Suatu
hari sebelum ia berangkat ke tanah
Metropolitan,
“ yah, ma zainal lulus test
jepang ma, jadi mungkin zainal dan kawan-kawan yang lulus ingin pergi test
lanjutan di jakarta, boleh nggak zainal pegi?”.
Ayahnya menjawab “ boleh kok, pegi jak
ndak apa-apa kok”,
lalu “tapi pergi ke
jakartanya harus pakai uang pribadi yah, kira-kira ade ndak ye ayah?”.
lalu “ ade long, mama tu udah
ade nyimpan duit untuk along dah, di koperasi tu ade uang simpanan mama 5 juta,
along bawa jak long ndak ape”
ujar sang ayah dengan wajah
yang semangat dan agak sedih.
Lalu si zainal “ iye lah yah, bsok zainal
berangkat ke jakarta yah dengan kawan-kawan, kami dari pontianak ade 13 orang
yah doekan zainal semoge angga lulus ye yah”.
Ayah dan ibunya pun menjawab
“iye zainal, hati-hati di kampung orang zainal, kau tu singe, tapi kalau kau
berade di tempat kambing kau tak boleh mengaung dan kau harus mengembek long “
itu lah pesan terakhir ayah
dan ibunya kepada zainal.
Lalu
malam yang sunyi dengan berganti dengan pagi yang penuh dengan harapan dan
berangkatlah para pemuda maritim dari tanah khatulistiwa itu untuk mengadu
nasib di daerah orang yang berbeda adat dan budayanya.
Selama dua hari di perjalanan
mengarungi laut untuk menyebrangi pulau kalimantan ke pulau Jawa selama 2 hari
3 malam, dan akhirnya setiba mereka di dermaga jakarta tepatnya jam 11 WIB
kapal Laskar Pelangi pun merapatkan tubuh gagahnya pada dermaga tersebut .
“Alhamdulillah kita sudah
sampai teman-teman dan kita sekarang perantau, maka sekarang kita bersaudara
dan apapun yang terjadi ditanah ini kita tetap saudara.” Ujar si zainal.
Lalu temannya pun yang
bernama udin menjawab “ia zainal 1 orang yang tersakiti maka sama dengan
menyakitkan semuanya, dan 1 orang lapar maka semua akan lapar”,
dan teman-teman yang lainpun
menjawab “ iya kawan sekali saudara tetap saudara”.
Akhirnya setelah mereka diskusi di atas kapal
tersebut keluarlah para pemuda Khatulistiwa tersebut dengan gagah.
Saat menapakan kaki
pertamanya di tanah abang none tersebut, si zainal berdoa didalam hatinya
“ Ya Allah tolong jaga dan
lindungilah aku ya Allah”.
Lalu zainal dan
teman-temannya langsung berjalan menuju terminal angkot yang mengarah ke arah
jakarta utara. Di dalam perjalan mereka terkejut melihat kondisi yang berbeda
antara pontianak dan Jakarta semua merasakan takjub dengan gedung-gedung yang
berdiri kokoh di jakarta Dan setelah 2 jam didalam angkot tibalah ia di kantor
Fujiutami di sebuah komplek di cipondoh. Setelah sampai ke kantor Fujiutami mereka
melihat tubuh pemuda-pemuda dari seluruh indonesia yang sangat kekar dan gagah
dan didalam hati pemuda dari pontianak itu
“berat-berat saingan saya
untuk lulus di fuji utami ini, tapi akan saya tunjukan bahwa inilah pemuda
khatulistiwa”.
Lalu mereka diarahkan untuk pergi ke wisma
atau penginapan di daerah tersebut, dan akhirnya mereka pun pergi ke wisma
tersebut dan langsung beristirahat.
Kesokan
harinya, pemuda khatulistiwa tersebut langsung pergi ke kantor dengan langkah
yang gagah dan penuh harapan. Test demi test dilakukan mereka dengan baik, dari
test fisik, kesehatan, bahasa jepang dan psikotest. Semua melaksanakan test
tersebut dengan semangat sekali.
Test fisik adalah test
terakhir yang diberikan oleh pihak perusahaan, dan barbel seberat 60 kilo Gram
terangkat dari dada hingga diatas kepalanya. Dari semua yang mengikuti test
angka 30 adalah angka yang paling sedikit untuk mengangkat barbell.
akhirnya tibalah disuatu malam dimana semua test
tersebut telah di laksanakan. ketika berkumandang azan isya zainal dan beberapa
temanya langsung pergi ke mesjid yang berada tidak jauh dari penginapan
mereka.
Setelah sampai di mesjid ia
langsung menunaikan ibadah shalat isya dan setelah shalat zainal pun berdoa
“ya Allah apabila jepang
membuat ku dekat kepada mu dan membuatku semakin bertambah ketaqwaan ku kepada
mu maka lulus kan lah aku, namun apabila jepang membuat diriku semakin jauh dan
disini membuatku semakin dekat kepada mu maka, jangan engkau luluskan aku”
itulah doa angga ketika setelah semua test ia lakukan.
Dan
keesokan harinya. tibalah hari pengumuman lulus dan tidaknya mereka di
perusahaan asing tersebut. Semua nama yang
lulus terpapar pada dinding kantor perusahan, dengan kertas hvs berwarna putih
berukuran legalpun terisi tulisan nama-nama pemuda yang lulus. Nama demi nama
yang dibaca oleh zainal dengan temanya nampak dimata mereka masing-masing.
akhirnya dari 13 orang yang pergi ke jakarta hanya ada 5 orang yang lulus, ia
bernama, Herika dari Teknika Perikanan Laut, Eko dari Teknika Perikanan Laut,
Dasan Dari Nautika Perikanan Laut, Fahrurazi dari nautika Perikanan Laut,
Windra dari Nautika Perikanan laut. Akhirnya dengan rasa senang bahwa ada temannya
yang lolos jepang, dan rasa sedih bahwa dirinya tak lolos jepang semua menjadi
satu, namun semua itu tidak menyurutkan niat mereka untuk selalu berjuang.
Hingga
tibalah saatnya mereka dipersilahkan untuk pulang ke daerahnya masing-masing
dari 8 orang yang tidak lulus tersebut sebelum pulang mereka mencari rumah
singgah di daaerah kelapa Gading Jakarta selatan.
Mereka mendapatkan kos di
belakang kampus ASMI jakarta selatan dusun Pulau Nangka, disana mereka
bermusyawarah siapa yang ingin pulang ke pontianak dan siapa yang terus
melangkahkan kaki berjuang. Akhirnya setelah dimusyawarahkan hanya ada 2 orang
saja yang pulang ke pontianak dan yang lainnya bertahan dan mencari pekerjaan
di Jakarta.
Semua
perjuangan sejati dimulai dari keteguhan hati yang tertanam dari kalimantan
barat Untuk menapakan kaki mencari kehidupan di Jakarta pun dimulai. 6 orang
yang bertahan disana bernama zainal alas Kusuma, Muamar Ilham KalTeng, Marko
Batu Ampar, Saerun Batu Ampar, Sirjon Ngabang dan udin pemangkat. 6 orang ini
memberanikan diri mengadu nasib di jakarta.
Langkah sejati mengiringi
niat suci mereka untuk mencari jati diri di tanah metropolitan. Dan tanpa
terasa Sebulan berlalu di jakarta. Uang mereka menipis karena terkuras untuk
mengambil biaya sertifikat Basic Safety
Training (BST) dan biaya hidup selama sebulan di jakarta. Ada beberapa pertimbangan
yang membuat zainal pribadi tidak pulang ke Kalbar, mengingat uang yang ada
dikantongnya hanya 800.000 dan biaya yang orang tuanya keluarkan untuk memenuhi
kebutuhanya di jakarta yang akan sia-sia ketika ia pulang. Hal ini lah yang
membuat zainal menjadi berani dan bulat tekatnya untuk mengadu nasib di
jakarta. Hari demi hari berlalu pekerjaan pun tak kunjung datang, sedangkan
persediaan uang semakin menipis, hingga tiba saatnya bulan romadhan yang
bertepatan pada bulan september 2010.
Pada saat sore hari sebelum
bulan rhamadan zainal menelpon orang tuanya di Kalimantan Barat
“Asslamualaikum ayah , mama.
Ape kabar disana ?”
lalu “walaikumsalam zainal, Baek jak kami
disini, zainal ape kabar?, zainal lulus ndak dari test tu ?”
lalu zainal menjawab “ maaf
yah zainal tak lulus yah”,
orang tuanya berbicara “ ye
lah zainal ndak pe, namenye gak belom rezeki, jadi zainal balek jak agik ke
pontianak, kan along udah ndak ade duet agik dah kan ?”
aris menjawab “ ndak yah zainal
belum mau balek yah, ayah tenang jak insyallah zainal disini bise jage diri
yah, zainal belum balek kalau belum bise balikan duit ayah”.
Lalu ayahnya dan ibunya
menangis mendengar jawaban zainal yang saat itu masih berumur 18 tahun pergi
merantau ke daerah yang belum pernah ia
jalani sebelumnya,.
Hari demi hari bulan rhamadan
pun terus berjalan, setiap harinya zainal dan teman-temanya mempunyai makanan
pokok pada saat sahur dan buka puasa, yaitu nasi putih dan sayur daun singkong berlauk
telur goreng, ini lah yang zainal dan teman-temanya makan setiap kali berpuasa.
Hingga suatu hari, mereka mendapatkan informasi bahwa ada lowongan kerja kapal
perikanan di celincing, di PT OCEAN MITRAMAS, dan mereka tanpa pikir panjang
langsung menindak lanjuti informasi yang mereka dapat tersebut. zainal langsung
membuat surat lamaran, curiculum vitae dan fotocopy sertivikat dan KTPnya.
Kesesokan harinya pergilah
mereka ke OCEAN MITRAMAS dengan membawa surat lamaran. Tidak disangka hanya
selang satu hari, mereka ber 6 di panggil oleh pegawai yang ada di kantor
tersebut, dan akhirnya berangkatlah semua temanya di tempat yang berbeda-beda,
ada yang pergi ke sulawesi selatan, ada yang mendapatkan tugas di bitung,
ambon, dan papua. dan zainal sendiri
mendapatkan tugas kerja di papua yaitu di bagian atas pulau papua di BIAK
provinsi Papua Barat.
Sebelum ia berangkat ke
papua, ada rasa curiga yang ia miliki. Rasa curiga itu muncul karena banyak
sekali orang berbicara bahwa hidup di ibu kota ini keras, dan ia memikirkan
bahwa dirinya akan di tipu dan diculik, namun karena tekat dan keberanian lah
yang membuat zainal terus maju menjalankan sekenario yang telah di buat oleh
sang maha pencipta. Berangkatlah zainal dengan menggunakan kapal Sinabung
selama 1 minggu diperjalanan. dan setelah semiggu di dalam kapal akhirnya
tibalah aris ke pulau Biak pada tanggal 26
Ramadhan. Setelah tiba disana ia melihat banyak sekali babi-babi
peliharaan masyarakat yang besar yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Itu lah tanah papua,
mayoritas disana beragama nasrani. Dan disana lah ia memulai perjuangan
hidupnya.
Hingga suatu ketika
berkumandang lah takbir kemenangan Islam
“ ALLAHU AKBAR,
LALILAHAILALLAH WALLAUAKBAR, ALLAHUAKBAR WALILLAHILHAM”.
Terdengar suara takbir di televisi di dalam
kapal namun, zainal tidak mendengar suara takbir seusungguhnya di tanah papua,
dan akhirnya setelah shalat isya zainal mendengar ada orang yang takbir di
haluan kapal. Ternyata salah satu ABK yang bertakbir untuk merayakan
kemenangan.
Satu tahun lamanya aris
bertahan di papua, dimana jalur berlayarnya adalah laut pasifik Utara dengan
berat kapal 1034 GT menangkap ikan blue fin tuna.
Selama di laut zainal memang
mabuk, namun itu tidak berjalan lama, hanya satu minggu zainal tidak mampu
menahan mabukya,
Suatu hari
“kemana ABK baru dari
Pontianak itu” sang kapten mencari zainal
“mungkin dia di dalam kamar
kep, soalnya mabuk kep”
“suruh dia keluar, mabuk itu
harus di lawan, bukan untuk dimanjakan”
Lalu abk lain menjawab “Siap
kep”
Berjalanlah salah satu ABK
itu ke kamar angga yang letaknya di Kamar Mesin
“zainal, kamu di panggil
Kapten, suruh menghadap beliau”
Zainal menjawab “aduh saya
lagi sakit ni,”
“Kata kapten kalau gak mau
kamu dipulangkan” ujar Abk itu menakuti zainal
“aduuuuh, oke lah, sebentar
lagi saya ke atas”
Keluarlah zainal dari
kamarnya menuju ruangan kapten,
“selamat Pagi Kep”
Kapten menjawab “ia, silahkam
masuk nal, kamu kenapa ndak kerja?
Lalu “ saya sakit kep”
“kamu itu bukan sakit, tapi
kamu itu mabuk laut, zainal sekarang kamu bulatkan tujuan mu keperusahaan ini,
kalau kamu disini hanya ingin larut didalam mabuk mu, maka tak mungkin bisa
mencapai tujuan mu. Sekarang kamu harus ubah pikiran mu, mabuk itu bukan batu
besar penghalang tujuan mu, tapi mabuk itu hanya krikil kecil yang tak mungkin
menjadi penghalang mu”.
“siap kep” jawaban zainal
dengan wajah yang lemas
Dengan penuh harapan zainal
pun menjalankan segala kegiatan dikalapanya dengan baik, mabuk sekarang bukan
lagi hal yang ia takuti, tetapi hal yang harus ia takuti adalah kembali sebelum
berhasil
Setelah itu zainal tidak bisa
tidur apabila tidak ada gelombang yang menggoyangkan kapalnya. Lalu ketika
kapal yang zainal naiki masih berada
dilaut di laut, tiba-tiba munculah berita bahwa laut pasifik Utara akan terkena
Gempa tsunami, yang akan meluluh lantakan tanah papua, dan jepang. Setelah
mendengarkan berita itu semua awak kapal bersiaga untuk mempertahankan hidupnya
masing-masing dengan mengambil live jacket berwarna kuning tua dan dipasang
kebadan mereka masing-masing, namun setelah 3 jam semua berjalan dengan aman,
tsunami yang melanda jepang tidak dirasakan
ketika mereka berada di laut. Dan selamatlah aris dan awak lainya dari gempa
Tsunami.
Selama dirinya berada di
Papua banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang ia dapat. Di papua zainal
bekerja di Kapal Trans Mitra mas 1, yang didalam 1 kapal itu berisi 34 awak
Kapal, dari berbagai macam bangsa dan daerah. Selama dikapal pelajaran mandiri
dan pengalaman bertahan hidup lah yang telah menjadi prasasti abadi yang telah
terpahat pada dirinya, namun selain dari pengalaman-pengalaman tersebut banyak
pengetahuan yang tak pernah ia dapatkan selama ia di SUPM, yang pertama ia
berbicara dengan awak kapal dari negara filipina dengan bahasa Inggris walaupun
Cuma bahasa inggris pasif, yang kedua ia mengetahui sistem kerja mesin diesel
dan cara preventif dan tindakan kuratifnya, lalu ia juga mengetahui jenis-jenis
ikan dan membaca GPS serta Radar kapal di tempat ia bekerja di papua.
1 tahun berlalu di papua,
pahit, manis kehidupan sudah pernah ia rasakan. Pada tanggal 25 bulan Mei 2011
pulang lah zainal ke Kampung halamanya, di tanah Khatulistiwa Kalimantan Barat.
Ada beberapa alasan yang membuat zainal mengambil keputusan pulang ke kampung
halamanya.
Selama ia di kapal sudah
terpikirkan olehnya bahwa ia akan merubah kehidupanya untuk tidak menjadi
seorang pelaut, namun ia harus dapat menjadi manusia yang berguna bagi
lingkungan tempat ia tinggal. Dari pemikiran ini, muncul lah kebingungan dan
pilihan dari kepalanya. Hal ini bukan terkait dengan kerjanya sebagai pelaut
namun sebagai manusia makhluk sosial.
Selama
diperjalanan pulang melalui Jalur kapal, zainal merasa bingung untuk memilih
universitas tempat ia mencari ilmu, apakah STAIN Pontianak dan IAIN Sunan Kali
Jaga Yogjakarta. Setelah bingung mengambil keputusan zainal menelpon orang sang
ibu
“ mak, zainal bingung ni mak, dimane lah kire-kire zainal kuliyah ni ye mak, jogja
atau Pontianak?”
ibunya menjawab “ long
bagusnye along kuliah di Pontianak jak, mama ndak mau jauh dari along agek,
disini along bise dekat dan bekumpul dengan keluarge”
Dengan jawaban ibunya, ia langsung memantapkan
hatinya untuk langsung mendaftar ke STAIN Pontianak, lalu muncul pertanyaan
baru mengapa Aris memilih STAIN Pontianak dan tidak Universitas lain di
Kalimantan Barat. ada beberapa poin yang ia jadi kan perinsipnya. ia memilih
unifersitas yang konsenya di Agama, karena ia tidak mau menjadi orang tua yang
buta tentang agama untuk anak-anaknya dan yang kedua ada hipotesis yang ia
ciptakan sendiri yaitu apabila ia masuk ke universitas yang konsennya bukan
Agama, maka ketika ia tidak berhasil atau bekerja tidak sesuai dengan
konsentrasinya Ilmu tersebut tidak dapat di Aplikasikan 100 %, namun apabila ia
memilih universitas yang Konsentrasinya di Agama walaupun ia tidak berhasil atau
bekerja dengan konsentrasinya, ilmu tesebut dapat diaplikasikan 100 % baik, di
dalam untuk dirinya, dan keluarganya.
Kesederhanaan dan Kemandirian
Setelah sampai di Pontianak zainal mempunyai paras yang berbeda dengan setahun sebelum ia tinggalkan kampung halamanya. Banyak orang bicara bahwa zainal sekarang gendut, hitam dan tidak terusus karena berambut panjang agak pirang.
Ketika sampai kerumahnya,
orang tuanya sangat senang sampai-sampai zainal disambut dengan taburan beras
kuning dan langsung di cium dan di peluk oleh ayah dan ibunya.
Pada tahun 2011 itu Aris
melanjutkan kuliah di STAIN Pontianak yang sekarang statusnya berubah menjadi
IAIN Pontianak. Disinilah ia menggali ilmu sebesar-besarnya. Aris memilih PAI
untuk tempat ia menuntut ilmu. Setelah mendapatkan kabar tersebut aris dan
orang tuanya langsung bermusyawarah untuk tempat tinggal Aris, karena dari alas
kusuma ke pontianak jaraknya sangat jauh, jadi musyawarah ini untuk
mempersiapkan tempat aris tinggal.
“zainal bagusnye Along cari
kontrakan jak lah long yang dekat dengan kampus along” kata sang Ayah,
lalu zainal menjawab “ boleh
sih yah cume aris ade dapat informasi kalau di jalan surya tu ade surau yang
cari mahasiswa untuk tinggal di situ sekalian jage di surau itu”,
ayah menjawab “boleh lah long, tapi tak jauh
ke long dengan kampus along, dan bagaimane lah along pegi ke kampus nanti long?
” zainal menjawab “ tak pe
lah yah aris tinggal di surau itu jak lah, ndak terlalu jauh gak sih yah dari
kampus, nanti aris ke kampus biar pakai sepeda jak yah”.
Lalu sang ayah “zainal ndak malu ke pakai
sepeda ke kampus?” lalu zainal menjawab “ ndak ape yah, untuk ape malu, kan
kite memang orang ndak punye yah”.
Dan setelah bermusyawarah terpilih lah tempat
yang cocok untuk zainal yaitu surau.
zainal
adalah anak yang memilik prinsip yang keras. Ia tidak gengsi atau malu dengan
teman-teman mahasiswa yang lain, sampai ketika ia bertemu dengan teman yang
belum ia kenal dan terjadi perkenalan serta perbincangan sangat panjang disitu,
namun ada hal penting yang harus diceritakan disini.
“ kau tinggal dimane aris,
dan kesini pakai ape ?” kata temanya,
dan angga menjawab “saye
tinggal disurau di jalan surya dan saye ke kampus pakai sepeda wak”.
Lalu kawannya langsung
menjawab dengan kata “o” dan dengan wajah seperti mengasihani zainal.
Di dalam hatinya angga
berbicara
“ ini lah aku, orang yang
sederhana hanya dapat mengayuh sepeda untuk menuntut Ilmu, tetapi aku yakin
Allah pasti tidak buta melihat perjuangan ku untuk menuntut ilmu ke jalanya dan
Allah pasti tau menempatkan kehidupan ku dengan dengan melihat perjuangan dan
kesungguhan aku menuntut ilmu untuk jalannya”
ini lah hal yang menjadi prinsip ia menuntut ilmu.
Memang
zainal anak yang mandiri. Hal ini terbukti ketia ia masuk kulyah tidak menggunakan
uang orang tuanya, lalu ia juga tidak mangandalkan orang tuanya untuk membantu
dirinya kulyah. Sisa uang hasil dia kerja ia bayar untuk administrasi kampus
dan belikan peralatan untuk menunjang ia kuliyah seperti Laptop, printer, alat
tulis, dan sepeda. Dengan fasilitas yang tidak terlalu banyak yang ia beli sendiri
memudahkan ia untuk Kuliyah dan mengerjakan tugas kampusnya.
Bukan
Hanya itu, zainal kulyah dari semester 1 hingga semester 2 menggunakan sepeda,
namun ketika ia semsester 3 hingga 4 ia berjualan kriping tempe di dalam kelas
dan menitipkan kripiknya di warung yang ada di Kampus dan toko-toko luar.
Hari
demi hari zainal membawa gantungan kripiknya. Dengan sangat percaya diri zainal
menawarkan barang jualananya tersebut kepada mahasiswa didalam kelas dan
mahasiswa yang lewat di depanya . walaupun hal ini terkadang menjadi
gengsi-gengsian di kalangan mahasiswa namun berbeda dengan zainal yang
mempunyai mental pejuang yang telah tertanam di dirinya.
Sekarang
status zainal sudah menjadi Mahasiswa IAIN Pontianak, rangkaian Orientasi
pengenalan Akademik telah terlaksana dan sekarang zainal konsentrasi di mata
kuliyah yang akan diampuhnya. Pelajaran demi pelajaran pun berlangsung dan zainal
sangat senang sekali dan mudah menerima pelajaran tersebut, karena dosen
pengampuh pelajaran saat itu sangat mudah sekali untuk dimengerti dan di
fahami.
Menjadi
mahasiswa tidak membuat zainal puas dengan ilmu. zainal juga mencari ilmu
pengetahuan lainnya dengan mengikuti organisasi Internal Kampus, yaitu Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) Matimsya IAIN Pontianak. Disini ia belajar tentang
perkaderan dan agama, dimana disini ia diajarkan tentang hijab dan menjalankan
semua program dengan ridho dari Allah tuhan semesta alam. Bukan hanya menjadi
seorang aktifis saja zainal juga mempunyai kesibukan melatih drum band di SDN
47 dekat rumahnya dan sekolah setiap satu minggu sekali.
Kembali ke organisasinya setelah 1 semester
berlalu zainal langsung di tarik menjadi pengurus di organisasi tersebut, ia
menjadi staff di bidang kaderisasi, disini banyak sekali ilmu dan strategi yang
di ambil untuk menjaga dan mempertahan kan kader dalam organisasi.
Dengan
kesibukanya menjadi aktifis kampus hal inilah yang membuat zainal menjadi susah
untuk mengurus tempat tinggalnya yang mana disana juga berada tanggung jawabnya
mengurus masjid. Setiap hari sebelum ia pergi kekampus ia membersihkan surau
tempat ia tinggal dan pulang sebelum zuhur lalu berangkat lagi ke kampus untuk
mengikuti kegiatan organisasinya.
Diposisi ini membuat zainal menjadi berpikir
apakah ia harus tetap bertahan tinggal di surau dengan waktu yang sedikit atau
pindah dari mesjid dengan waktu luang dapat dioptimalkan untuk mencari ilmu.
Akhirnya zainal bertanya
kepada orang tuanya dengan menggunakan handpone yang ia miliki untuk meminta
berkah dari orang tuanya, dan akhirnya memilih untuk meninggalkan surau dan
pamit dengan pengurus surau dan zainal langsung pulang ke rumah orang tuanya.
Waktu
demi waktu berlangsung tanpa terasa zainal sekarang telah menjadi semester 3.
Lambaian dedaunan dan suasana yang menyapanya setiap pagi ketika ia pergi
kekampus membuat ia menjadi terbiasa dan tak terasa menuntut ilmu di IAIN, dan
di tambah lagi dengan suasana kelas yang seperti keluarga membuat zainal merasa
betah dan senang berada di kelas itu. KHS lah yang menjadi saksi bisu bahwa
angga tidak menyia-nyiakan waktu nya menjadi seorang mahasiswa sejati.
Menjadi
seorang mahasiswa semester 3 membuat pola pikir zainal semakin luas. Pada suatu
hari angga mendengar informasi mengenai drum band. Yang mengatakan bahwa IAIN
Pontianak memiliki alat drum Band yang sudah lama tak digunakan dan disimpan
oleh bidang akademik bagian pengadaan. dengan modal informasi ia bertanya
memberanikan diri bertanya kepada staf dibagian pengadaan tersebut
“ bang saya dengar bahwa di
IAIN ada alat drum band ya bang?”
lalu staf tersebut menjawab “ iya ade tu di
atas,kenapa kamu bisa memainkan alat drum band ka?”
lalu angga menjawab “ ndak pak Cuma nanya jak
dan mau lihat-lihat alatnya saja pak” lalu keluarlah zainal dari ruangan itu
dan langsung pergi ke lantai 3 gedung rektorat.
Setelah
zainal ke lantai 3 rektorat ia mendengar seseorang yang memainkan alat Marching
Bell. Naik lah zainal ke ruangan tersebut dan ia melihat seorang bapak-bapak
berjenggot yang sedang memainkan marching bell yang zainal dengar berbunyi
tadi. Terjadi perbincangan saat panjang pada saat itu sampai zainal menawarkan
dirinya untuk melatih drum band di IAIN Pontianak dan di terima oleh pak
sumarman yang memainkan alat marching bell tadi.
Beberapa
malam setelah itu zainal kebingungan bagaimana caranya mengumpulkan orang yang
dapat memainkan drum band di IAIN dan akhirnya ia mendapatkan jawaban pada
suatu malam sebelum ia tidur. Ia mengumpulkan 4 orang yang berkompeten di dalam kelasnya
yaitu Fahrurrizal, Edi Perianto, mulyadi dan Hendrik. Teman-temanya ini
lah yang membantunya untuk mengumpulkan mahasiswa IAIN yang ingin memainkan
alat drum band. Dengan semangat yang kuat mereka berlima masuk ke kelas-kelas
untuk merekrut dan mempromosikan dan mensosialisasikan Drum Band dan akhirnya
terkumpulan 65 orang yang akan memainkan alat drum band.
Saat itu tebentuk lah UKM baru di IAIN
Pontianak yang di pelopori oleh zainal dan 4 orang temanya. setelah memakan
waktu hampir 1tahun, dan berkat dukungan dari teman-teman mahasiswa yang hadir
di forum terbesar KBM terbentuk lah UKM Marching Band Genta Swara Khatulistiwa
di wajah Kongres KBM IAIN Pontianak tahun 2013.
Dan
tampa ia sadari ada organisasi besar yang membantu terbentuknya Genta Swara
Khatulistiwa IAIN Pontianak ini, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI)
mendengar informasi itu angga menjadi penasaran apa itu HMI dan ia langsung
mencoba masuk kedalam informasi besar yang membantu nya membuat UKM baru di
IAIN tersebut. Dan pada tahun 2014 tercatatlah angga ariska sebagai kader HMI
komisariat Tarbiyah cabang Pontianak.
Zainal Duta Mahasiswa 2013
Bertepatan dengan hari kongres KBM selama 3
hari, zainal tidak dapat hadir menghadiri pertemuan tersebut, karena zainal sedang
di karantina di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Karantina
yang di lakukan oleh BKKBN ini adalah untuk kegiatan Duta Mahasiswa Genre
Kalimantan Barat 2013, dan zainal hadir di BKKBN tersebut untuk mengikuti
kegiatan yang di adakan BKKBN untuk mencari role model mahasiswa kalimantan
barat.
Ceritanya
sangat panjang, 1 bulan sebelum diselenggarakanya pemilihan Duta Mahasiswa
Genre Kalimantan Barat, Angga di telpon seorang dosen Psikolog IAIN Pontianak
Agus Handini, M.Psi namanya. Pada awalnya angga tidak menyangka saat Hpnya
berbunyi dan itu adalah sms dari seorang dosen. Ketika ia membuka sms di Hpnya
ia membaca pesan
“ Assalamualaikum Angga, ini
buk Agus Handini, coba zainal daftarkan
diri zainal untuk ikut pemilihan Duta
Mahasiswa Genre Kalimantan Barat di BKKBN, zainal memiliki potensi yang cocok untuk ikut
kegiatan tersebut”
. Angga kebingungan dan langsung membalas pesan
dari ibu itu
“kenapa saya buk, saya malu
buk soalnya saya merasa belum mampu”
lalu di balas lagi “kamu itu
punya potensi angga, coba aja daftar dulu”
lalu setelah membaca sms dari
ibu Agus Handini zainal langsung menuruti perkataan dosenya di IAIN, lalu ia
pergi ke BKKBN untuk menanyakan info dan sekalian mendaftarkan dirinya menjadi
salah satu peserta pemilihan Duta Mahasiswa Genre Kalbar 2013.
pertemuan
Teknikal Meeting membuat zainal menjadi
sedikit down karena ia merasa tidak seimbang baik secara fisik dan penampilan
dengan peserta-peserta lainnya. Pada saat pertama masuk kelas saja, zainal sudah melihat busana yang dikenakan oleh para
peserta amat bagus, baik dari potongan rambutnya sampai ke sepatu, namun yang zainal
gunakan hanyalah baju bekas orang tuanya dan sepatu pemberian ayahnya bekerja
di Alas kusuma. Lalu pada saat pertemuan
zainal keluar dari ruangan teknikal meeting tersebut dan berbicara dengan
panitia pelaksana, dan zainal berkata
“ bang saya mundur aja bang
palingan saya Cuma bisa jadi peserta penghibur saja “
lalu panitia itu berkata “
jangan ngga coba aja dulu, baik kamu berhasil atau tidak itu bukan tujuan, tapi
yang kamu harus ambil adalah pengalamannya dan silaturahminya”.
Akhirnya angga pun mengikuti
dan langsung masuk keruangan itu lagi.
Di dalam pertemuan itu ada
beberapa yang harus di laksanakan dan dipenuhi. ada banyak poin yang dibahas
baik masalah intelektual dan masalah
busana. Adapun busana hari pertama digunakan harus menggunakan pakaian bebas
rapi dan menggunakan sepatu, lalu hari kedua yaitu hari GR harus menggunakan
celana bahan jeans dan baju kaos putih dan menggunakan sepatu yang akan di
gunakan pada malam penobatan.
Setelah pertemuan teknis
selesai, ia melanjutkan kegiatannya sampai malam hari, setelah kegiatannya
semua selsesai sekitar jam 9 malam zainal langsung pulang kerumahnya dan langsung bilang
kepada orang tuanya
“yah, ma.. zainal ikut
pemilihan duta mahasiswa Genre Kalbar ma”
lalu sang mama menjawab “ kegiatan ape tu
long, kau ni ndak ade istirahatnye sekali”
lalu zainal langsung mengalihkan pembicaraan
tersebut “ mak macamane lah ye, zainal disuruh cari celane jeans, baju kemeja rapi
dan sepatu untuk malam penobatan ma, jadi ape lah yang zainal pakai ni ye untuk besok?”
sang mama lalu menjawab, “ ade pulak tu baju
obral bekas ayah kau yang warne hitam tu pakai jak itu, untuk celane nanti mak
kecilkan celane-celane ayah tu”
lalu zainal menjawab “ masih bagus ndak tu mak”
mama pun menjawab kembali “
masih bagus lah long”
dan zainal pun merasa senang.
Sang ibu pun langsung
beranjak dari tempat duduknya, dan setelah berbicara zainal pun langsung terbaring di ruang keluarga
sambil menonton tv. Lalu setelah kurang lebih setengah jam ia berbaring,
ia merasa kelaparan dan ingin makan mie
instan. Dan pergilah zainal ke samping
rumahnya ada warung kecil ibunya, tiba-tiba ia melihat sang ibu yang sedang mengantuk
dengan kepala menunduk naik turun sambil menjahit baju di mesin jahit milik
ibunya, setelah melihat ibunya menjahit,
zainal pun tidak jadi mengambil mie
instan karena kasihan dan haru melihat perjuangan sang ibu, hanya untuk buah
hatinya ia rela menahan ngantuknya agar anaknya tidak merasa malu dengan semua
orang, dan akhirnya sambil menunggu sang ibunya selesai menjahit zainal pun tanpa sengaja tertidur.
Tiba-tiba keesokan harinya.
“zainal bangun long udah jam setengah 7 ni, along ndak
pegi ikut karantina ke?“
lalu zainal pun terbangun dan tanpa menjawab perkataan
sang mama, si zainal langsung beranjak
dari kamarnya dan langsung mandi. Dan setelah mandi zainal langsung bertanya
“ mane baju ayah yang nak
dipakai ni ma?” sang mama pun langsung menunjukan baju dan celana yang ia
kecilkan tadi malam
“ na long, pakai lah”
angga terkejut melihat baju yang di berikan
oleh sang mama kurang pas untuk di gunakan ke acara pemilihan duta, di karenakan
kondisi baju yang sudah tidak bagus dan bahan parasut berwarna hitam sehingga
membuat zainal merasa malu untuk
menggunakanya.
Namun zainal tidak berbicara sedikit pun dan langsung menggunakan
baju jahitan sang ibu, karena tidak mau mengecewakan dan membuat ibunya merasa
tersinggung. Dan akhirnya baju itu lah yang ia gunakan untuk karantina di hari
pertamanya.
Pada jam setengah 8 pagi Berangkatlah
zainal ke BKKBN yang berada di samping RSUD Soedarso. Setelah sampai disana zainal
melihat temanya menggunakan pakaian yang
cocok sekali dengan diri mereka, dan zainal merasa minder dengan pakaian yang ia gunakan,
namun yang ada di pikiran zainal hanya
“ ini baju dari perjuangan mama ku, walaupun
baju ini tidak terlalu bagus tapi aku yakin doa mama ku ketika menjahit baju
ini tulus”. Itulah yang ada di dalam pikiranya.
Test pun dimulai. Tahapan
demi tahapan pun di laksanakan, baik tahapan test tertulis, tahapan wawancara
tentang Genre, wawancara tentang Public Relation, tahapan test Psikologi dan
tinggal satu tahapan lagi yang belum ia laksanakan yaitu tahapan test tentang
pendidikan kewarganegaraan. Setelah ibadah shalat ashar di laksanakan, akhirnya
zainal pun malaksanakan test terakhir
ini di dalam satu ruangan berukuran besar yang mana disana telah tersusun
meja-meja yang berisikan juri, pada saat itu juri yang dihadapinya adalah Ibu
Evelin BatuBara, dan pertanyaan pun dilemparkan kepada 2 orang yang berada di
samping zainal, ia bertanya
“ apa yang anda tahu tentang
indonesia dan daerah mana saja yang sudah kamu datangi dan dalam rangka apa
kamu kesana? “
jawablah orang pertama “ saya pernah pergi ke jakarta, bandung dan
jogjakarta dan disana saya ada yang berkunjung di tempat keluarga dan ada yang
di utus karena prestasi”.
Dengan penuh percaya diri ia
menjawab bahwa ia pernah keluar daerah dalam rangka prestasi. Dan hampir semua
jawaban 2 orang disampingnya sama yaitu keluar daerah karena prestasi
Sekarang
wajah cantik dengan dandanan yang sederhana ibu evelin menghadap ke zainal,
pertanyaan yang sama di lemparkan ke zainal, dan zainal menjawab
“ alhamdulillah hampir
seluruh pulau besar yang ada di indonesia bagian tengah dan timur telah saya
injakan kaki saya yang kecil ini. Memang kedatangan saya kesana bukan karena
pretasi yang diberikan pemerintah kepada diri saya, namun saya pergi ke
daerah-daerah itu untuk bekerja, dan alhamdulillah peluh dan keringat saya
sudah pernah saya abadikan untuk pemerintah di bawah pemerintah Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia selama 1 tahun”. lalu ibu evelin lalu tersenyum
dan menganggukan kepalanya mendengar jawaban lugu tanpa tujuan dari zainal.
Setelah
semua test dilaksanakan, tiba lah malam nominasi yang mewah di laksanakan di
hotel Randayan Kubu Raya. banyak cerita yang haru sebelum ia melaksanakan malam
nominasi Duta genre kalimantan Barat tahun 2013.
Pada sore harinya, ia sangat
bimbang karena ia tidak memiliki busana party bertemakan batik nasional. Semua
finalis duta pada saat itu sudah mempersiapkan malam finalnya dengan baik.
Namun zainal tidak memiliki busana untuk
ia gunakan pada malam itu, lalu karena bingung zainal langsung pergi kerumah
kakeknya di jalan perdana untuk meminjam baju dan celana yang akan ia gunakan
untuk malam final. Dan kebetulan memang ada baju yang kakeknya pada zaman
kakeknya masih muda yang masih terlihat baru.
“tok.. datok ade baju batik
yang cocok untuk zainal ndak ?”
“Mane ade nal, baju datok
semuenye besar, tapi ade satu baju ni ndak tau lah muat ndak untuk zainal”
“mudah-mudahan lah cocok”
Dan baju yang ia gunakan itu
pun cocok dibadannya, dan baju itu lah yang ia akan kenakan pada malam award
pemilihan Duta Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013.
Malam pun tiba, undangan demi
undangan yang datang pun memenuhi lantai hotel randayan. Semua undangan baik
orang tua dari peserta dan suporter dari masing-masing peserta pun datang pada
malam itu. Dan semuanya datang menggunakan baju yang rapi. Namun zainal tidak melihat orang tuanya datang di gedung
yang mewah itu.
Rasa sedih dan haru yang
berkecamuk di hatinya, dan itu yang membuat zainal agak merasa sedikit lemah dan tidak berharap
apapun untuk kegiatan ini.
Pada
malam itu ia menggunakan baju batik berwarna abu-abu dan celana berwarna
abu-abu pula. Baju yang ia gunakan cocok dan sesuai dengan tubuh dan warna
kulitnya, dengan baju batik berlengan panjang itu ia berjalan dengan gagah menurutnya, di atas pentas malam nominasi
itu. Tidak ada sedikit harapan dirinya untuk mendapatkan juara, yang ia
pikirkan hanyalah pengalaman yang pasti ia dapat karena ini tidak pernah ia
dapatkan lagi.
Tanpa
di percaya, pada malam itu, ia dipanggil
melalu mikrophone yang di pegang oleh MC bahwa ia mendapatkan nominasi 6 besar
Duta Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013. penyebutan naman zainal sangat membuat
ia tidak menyangka sama sekali bahwa ia bisa mendapatkan nominasi itu.
Setelah pemanggilan nominasi
6 besar, selah-selah hiburan pun mengisi suasana tegang malam itu, sedangkan
Dibelakang pentas
“Zainal,, selamat ye nal”
ujar temanya yang bernama lusia sambil memeluk zainal dengan bangga
“iye lus, terimakasih ya lus,
alhamdulillah aku bise mewakilkan IAIN lus, mohon doa nye ye kawan” ujar zainal
dengan wajah agak kaku.
Setelah tarian pengisi
selingan waktu hiburan itu selesai, kembali lagi 2 orang MC berdiri diatas
pentas dengan memegang mikropone nya dan mengumumkan nominasi 3 besar
“hadirin kami hormati,
sekarang saatnya kita akan mengumumkan Nominasi 3 Besar Duta Mahasiswa Genre
Kalimantan Barat” ujar Mc laki-laki
“adapun yang namanya
disebutkan silahkan untuk maju dan berdiri diatas panggung yang mewah ini” Mc
perempuan menjawab dengan interkatif
Setelah juri memberikan
Amplop putih kepada mc lalu mereka pun membacakan siapa yang mendapatkan
nominasi 3 besar Putra dan putri duta Mahasiswa genre Kalimantan Barat
2015. Untuk putra nama pertama yang di
panggil ada lah Fahri dari untiversitas Muhamadiyah pontianak, Zainal Abdul
Azis dari IAIN Pontianak dan Muhammad Ari dari Politeknik Negeri Pontianak. zainal
sangat tidak menyangka bahwa ia mendapatkan 3 besar putra. Lalu prosesi
pemamggilan 3 besar putri pun di gaungkan melalui soundsistem di hotel randayan
nama yang pertama dipanggil adalah Clarissa Alrizkia yachmans dari Universitas
Tanjung Pura, Riska dari Akper Pemda Ketapang, dan Yayan Nurlian dari
Universitas Muhammadiyah Pontianak. Ketika namanya dipanggil, adrenaline pun
semakin memuncak. Gemuruh hati bersahut dengan derasnya aliran darah karena
tidak menyangka bahwa ia masuk nominasi 3 besar Duta Mahasiswa Genre Kalimantan
Barat 2013
Lalu setelah ia di panggil
pertanyaan untuk pemilihan 3 besar Duta pun di
di laksanakan dan ia menjawab pertanyaan itu dengan baik walaupun memang
ia tidak mengharapkan mendapatkan juara pada kompetisi itu.
Lagu
Selayang Pandang di lantunkan untuk mengisi hiburan diselah-selah juri
berunding untuk mencari siapa orang yang pantas dinobatkan gelar Duta mahasiswa
Genre Kalimatan Barat 2015 di atas pundaknya. Dan setelah lagu itu pun selesai,
Mc kembali mengambil Micnya dan langsung mengembalikan acara tersebut dan
juripun kembali ke tempat duduknya. Suasana yang mendebarkan oleh setiap
peserta tidak dirasakan zainal karena ia tidak berambisi untuk mendapatkan
juara pada saat itu.
Memang
nasib tak dapat dipungkiri. Rasa sedih di dalam hatinya tak membuat prestasi
itu lari dari dirinya. Kesederhanaan yang ia tampilkan dari pertemuan pertama
sampai malam nominasi semuanya mendapatkan nilai yang baik. Dan yang ada di
prinsip zainal
“Kesederhanaan adalah langkah menuju kemewahan
dan Keberhasilan”.
Dan kata-kata itu pun diperhitungkan oleh juri
untuk menetapkan nilai yang baik untuk dirinya, dan pada saat Pemilihan Duta
Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013 terpilihlah zainal sebagai duta Mahasiswa
Genre Putra Kalimantan Barat 2013 dan rasa senang, kecewa sedih, dan bingung
itu yang di rasakan zainal saat selempang penghargaan berwarna biru dan perak
di jatuhkan di Pundaknya.
Dan setelah prestasi yang tidak ia sangka
tersebut ia hanya bisa tersenyum dan menggenggam tangannya ke arah penonton dan
bingung harus tersenyum kepada siapa pada malam itu karena teman, keluarga dan
orang tuanya tidak hadir atas prestasi yang ia terima pada malam itu.
Semua tidak selesai begitu saja. Setelah
selesai zainal langsung pulang kerumahnya
jam 12 malam. Dan ia langsung mengetok pintu rumahnya..
“tok..tok...tok” bunyi tangannya mengedor
pintu. Keluar lah sang ibu yang belum tidur untuk membukakan pintu untuk
anaknya. Setelah ia membukakan pintu, sang ibu pun terkejut melihat zainal
membawa 1 rangkaian Bunga, piala dan selempang bertuliskan Duta Mahasiswa Genre
Kalimantan Barat Putra 2013 yang ia bawa.
Dan ibu pun bertanya “ di
mane along beli bunge ni long ?”
Angga Pun menjawab “ Angga
menang mak, Angga dapat juara 1 pemilihan Duta mahasiswa Genre Kabar 2013”.
Dan sang ibu pun langsung
mengancunugkan tangan kearahnya langsung menyalami angga dan mengucapkan
selamat atas keberhasilan anaknya.
Lalu
ibu pun langsung membangunkan ayahnya yang telah tertidur, ketika ayah keluar
dari kamar, sang ayah pun terkejut senang melihat anaknya mendapatkan gelar
Duta Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013.
Dan sang ayah langsung
bercerita mengapa ia tidak pergi ke acara Malam nominasi.
“ long ayah dan Mamak memang
dan pegi liat along disana karena takut along malu dengan kawan-kawan yang laen
melihat ayah dan mama datang kesana, tapi nak ayah dan mama disini sholat 2
rakaat berdoe semoge along dapatkan yang terbaik malam ini, dan Alhamdulillah
memang Allah jawab nak”.
Itu lah ucapan ayah memberikan alasan mengapa
ia tidak pergi ke acara itu. Angga pun senang dan tersenyum. Mendengar jawaban
itu.
Dengan
keberhasilan yang ia dapat ada suatu hikmah yang dapat di ambil dari cerita
Angga menjadi Duta Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013.
“Prestasi tidak melihat
berapa nominal materi yang keluar dari kita, tapi prestasi akan melihat proses
dan niat dari kita. Tidak ada hasil yang menghianati Proses dan tidak ada
Proses yang tak mendapatkan hasil” itulah ucapan zainal ketika beberapa
wartawan pergi kearahnya dan bertanya kepadanya. Itu lah kisah ia mendapatkan
Duta Mahasiswa Kalimantan Barat 2013.
Dan setelah ia mendapatkan nominasi Duta Mahasiswa
Genre Kalimantan Barat 2013 ia juga tidak mengecewakan amanah yang diberikan
oleh Kalimantan Barat kepada dirinya di ajang pemilihan Duta Mahasiswa Genre
Nasional 2013. Pada ajang itu ia membawa Gelar 6 besar Putra Duta Mahasiswa
Genre Nasional dan Duta Persahabatan Genre Nasional 2013.
Banyak
sekali cerita yang memberikan warna di kehidupannya. Dan warna itu memberikan
imajinasi yang tinggi di hidupnya, sehingga zainal terus melangkah maju untuk
meneruskan karir kehidupanya. Walaupun Hamparan Gelombang Kehidupan tak putus
menyapu hidupnya tapi semua itu tak membuat ia gentar untuk selalu
mengendalikan Jantra kehidupanya ke arah tujuan keberhasilan hidupnya.
Tak
Mungkin Senang di Masa Tua, Kalau Tak berjuang di Masa Muda. Itu lah kata yang
tepat disandingkan ke kehidupan zainal dari ia kecil sampai ia Mendapatkan
Gelar menjadi Duta Mahasiswa Genre Kalimantan Barat 2013.
Tidak ada komentar