nilai-nilai pendidikan Islam Pada Kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Era globalisasi dewasa ini dapat
mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia atau
pendidikan Islam pada umumnya. Argumen panjang lebar tidak perlu dikemukakan
lagi, bahwa masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari arus
globalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya ditengah
perkembangan dunia yang kian kompetitif. Dengan demikian, perbahan cara pandang
umat islam harus dilakukan seiring dengan perkembangan zaman.
Ilmu pengetahuan adalah senjata
yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Dapat dikatakan ilmu pengetahuan adalah
indikator untuk melihat maju dan mundurnya kualitas suatu bangsa, oleh sebab
itu kita sangat memerlukan orang yang siap untuk menerima ilmu dan orang yang
siap memberikan ilmu. Dalam konteks ini yang berperan sebagai pembagi dan
penerima ilmu adalah seorang guru dan peserta didik yaitu dinamakan dengan
pendidikan. Namun pendidikan dalam konteks ini bukan hanya pendidikan formal
yang dilaksanakan didalam kelas melainkan pendidikan dalam arti luas.
1
|
Berdasarkan dari beberapa pendapat
di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala
sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga
berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses
pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu
waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai
pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu,
sosial, religius, dan berbudaya. (Make Money at : http://bit.ly/copy_win : 09.00 WIb).
Kembali lagi dalam konteks
pendidikan, bahwa pendidikan memiliki komponen yang saling terkait antara satu
dengan yang lainnya, seorang guru mendapatkan bagian dari komponen pendidikan
tersebut. Maka tugas seorang guru bukan hanya sebagai pengajar melainkan
mengemban amanat masyarakat. Seorang guru haruslah dapat menjaga dan bertanggung jawab atas amanat yang telah
dipercayakan oleh masyarakat kepada dirinya, maka dari itu guru harus mampu menjadi
seorang pengajar, pelatih, inovator, motivator, programer dan evaluator yang
baik agar seorang guru dapat terlihat profesional dihadapan masyarakat dan
dipandang mulia Allah SWT
Seiring derasnya arus globalisasi,
ada warisan leluhur yang mengandung unsur-unsur pendidikan Islam mulai memudar
bahkan terancam punah, karena tergeser oleh budaya baru yang dipengaruhi oleh
dunia barat yang tidak mengandung pendidikan bahkan dapat merobohkan moral dan
karakter. Salah satunya adalah Kesenian Hadrah sangat jarang dilakukan oleh
generasi muda akibat pergeseran budaya tersebut. Padahal dari segi manfaat
kesenian hadrah lebih bermanfaat dan berpahala bagi agama, karena apabila
dikupas lebih dalam syair-syair yang dilantunkan oleh kesenian hadrah ini
berisikan makna yang selalu menjunjung kebesaran Nabi Muhammad SAW maupun
keagungan Allah SWT.
Kesenian hadrah merupakan kesenian Islam yang ditampilkan
dengan iring-iringan Hadrah/Tarbang. Kesenian Hadrah ini dimainkan sambil
melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak nabi Muhammad SAW yang
disertai dengan gerak tari. Biasanya kesenian ini dimainkan oleh dua kelompok,
kelompok penabuh dan kelompok yang melantunkan syair. (http://jiwaterbelenggu. blogspot.com/2013/06/seni-hadrah.html tanggal 27 september 2015 jam 15:26 Wib.) Hadrah biasa dipakai pada acara
perkawinan, mengantar orang berangkat haji, hari-hari besar Islam, mrnyambut
kedatangan tamu dan lain sebagainya.
Perkembangan kesenian tradisional
Islam ini tidak secepat kesenian modern. Kesenian-kesenian ini bukan hanya
sekedar hiburan tetapi juga syiar yang masih mendapatkan tempat di kalangan
masyarakat muslim. Kesenian ini sulit menembus industri rekaman khususnya,
sehingga kurang dikenal masyarakat luas. Ketiadaan sosok yang bisa mengangkat
kesenian tradisional Islam ini menjadi salah satu penyebabnya. Sebuah kesenian
yang mengusung nilai-nilai tradisi kebudayaan Islam yang mana telah ada sejak
dulu dan memberikan dampak yang sangat positif bagi penikmat atau pelakunya.
Tapi ironisnya para penikmat
pemain belum bisa mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam
kegiatan ini, mereka hanya asik melantunkan shalawat dan memainkan peralatan
yang mengiringinya tanpa mengetahui nilai-nilai apa saja yang yang terkandung
di dalamnya.
Desa Kuala Dua yang terletak di
daerah Kubu Raya Kalimantan Barat adalah satu dari sekian daerah di wilayah
Kubu Raya dengan berbagai keunikannya. daerah ini mempunyai letak yang
strategis karena disekitar kawasan daerah ini tidak jauh dari bandara supadio.
Dusun Karya I adalah perkampungan yang memiliki Perusahaan kayu dan daerah yang
masih mampu bertahan dalam perekonomiannya. Masyarakat daerah luar juga banyak
yang menetap di daerah ini karena
terdapat perusahaan yang dapat memberikan penghidupan atau perekonomian
masyarakat, bahkan bukan hanya dari ruang lingkup Kalimantan Barat saja dari
luar pulau juga banyak yang menetap di daerah ini seperti daerah Jawa, Sumatera
dan Sulawesi.
Banyak sekali kelompok-kelompok
pengajian di daerah Desa Kuala Dua ini.
Dari kelompok pengajian ibu-ibu sampai ke anak-anak yang kegiatanya
seperti yasinan, mengkaji kitab sampai ke salawat Hadrah. Itulah sebabnya
peneliti mengambil latar penelitian di daerah ini. Pada penelitian ini peneliti
mengambil objek kajian pada kegiatan kesenian hadrah yang diikuti oleh beberapa
orang bapak-bapak di suatu pengajian, baik kelompok pemukul hadrah maupun
pelantun syairnya. Kegiatan hadrah yang peneliti akan teliti ini masih bersifat
tradisional. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana. Selain itu,
syair- syair yang dilantunkan masih bersifat monoton atau tidak mempunyai daya
jual yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di daerah ini.
Hadrah pada kelompok ini dimainkan
oleh orang-orang tua. Namun orang-orang tua di daerah ini juga tidak semua
dapat memainkan tarbangan atau hadrah dan melantunkan syair hadrah, bahkan
banyak pula yang tidak mengetahui apa itu Kesenian Hadrah. Kekhawatiran
generasi tua, kesenian ini akan punah kemudian hari apabila tidak ada generasi
muda yang mewarisinya
Kesenian ini haruslah mendapatkan
perhatian dari berbagai pihak, baik lembaga pemerintahan terlebih untuk lembaga
pendidikan untuk tetap melestarikan dan melakukan pembinaan kepada generasi
muda. Pada Dusun Karya I Kesenian Hadrah ini dimainkan dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil, sebelum mempelajarinya mereka berdiskusi yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dari
sini jelaskan bukan hanya isi kandungan yang terdapat di dalam syair-syair saja
yang mengandung pendidikan namun kegiatan yang dilaksanakan juga mengandung
nilai-nilai pendidikan. Alangkah lebih baiknya apabila kegiatan ini di
manajemen dengan baik oleh lembaga pendidikan guna untuk mewariskan dan
memberikan pendidikan agama yang berdampak pada moral dan budaya suatu daerah.
Syair-syair yang dilantunkan
biasanya menggunakan kitab Addiya ulami’ yang menggunakan Bahsa Arab.
Karena itu agar kesenian ini dapat mempunyai makna yang dapat dimengerti oleh
seluruh masyarakat, maka perlu adanya penerjemah dan penafsir Bahasa Arab yang
berguna untuk memudahkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai luhur atau sejarah
Nabi yang terkandung didalam syair hadrah dan juga memotivasi regenerasi yang
akan tetap menghidupkan seni budaya hadrah agar tidak hilang tertimbun budaya
luar. Apabila suatu daerah tidak memiliki kesenian atau kebudayaan maka daerah
tersebut akan kehilangan wujud atau ciri daerah dan generasi penerus akan
kehilangan arah untuk menjalankan arah pemikirannya. fungsi Kesenian Hadrah Dusun Karya I Desa
Kuala Dua ini, adalah kesenian budaya yang harus dikembangkan untuk menjaga
kelestarian budaya serta sebagai filter budaya luar yang dinilai tidak sesuai
dengan luhur bangsa dan tak pantas untuk diadopsi. Kesenian Hadrah tidak
dimiliki semua suku Bangsa Melayu di nusantara. Karena itu sangat disayangkan
jika warisan luhur ini hilang yang disebabkan oleh tidak adanya generasi
penerus.
Latar belakang penelitian ini
diambil dari realita kehidupan zaman modern saat ini yang semakin kurang akan
nilai-nilai spiritual keagamaan. Permasalahan tersebut diantaranya disebabkan
adanya akulturasi budaya dan dampak negatif dari perkembangan teknologi.
Pelajaran atau makna yang terkandung dalam syair hadrah tersebut dapat
dijadikan reverensi bagi para orang tua, pendidik dan lembaga pendidikan dalam
mengajarkan materi keagamaan yang selama ini masih dirasa sangat monoton
sehingga peserta didik kurang bisa menyerap materi pendidikan agama islam
khusunya sejarah dan keagungan nabi Muhammad SAW dengan baik. Karena pendidikan
Islam merupakan hal penting bagi anak, selain karena mereka adalah generasi
penerus bangsa dan agama pada tataran usia merekalah sebaiknya penanaman
nilai-nilai pendidikan Islam diterapkan.
Menurut Purwadi (2004: 122) Contoh
nyata yang terjadi pada zaman yang kita kenal dengan zaman Walisongo dimana
mereka menyebarkan agama Islam lewat kesenian dengan seni ukir, seni musik
gamelan dan wayang, metode dakwah ini dibawa oleh sunan Kalijaga didalam
melakukan dakwah islamisasi dijawa dengan mempergunakan seni. Dengan strategi
penyebaran dakwah para wali ini, banyak sekali masyarakat pada saat itu merubah
pola hidup serta merubah keyakinan yang
telah diturunkan oleh nenek moyang mereka sehingga mereka menerapkan pola hidup
yang diajarkan para wali yaitu pola hidup sesuai dengan syariat agama Islam.
Maksud penelitian Kesenian Hadrah ini adalah karena hadrah merupakan
salah satu media untuk menanamkan nilai-nilai terhadap jamaah atau masyarakat
pada umumnya. Melalui Kesenian Hadrah diharapkan masyarakat nantinya bisa
mengaplikasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam kegiatan pelaksanaan hadrah
dalam kehidupan nyata. Selain itu, dalam pelaksanaan hadrah juga senantiasa
mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kepada setiap jamaah dengan menggunakan
metode yang berasaskan pada ajaran agama Islam, yaitu agar memiliki sikap
sabar, selalu ingat (dzikir), dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
dianjurkan untuk selalu melakukan amal kesalehan dengan prinsip amal ma’ruf
nahi mungkar. Dari penmikiran
inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, khususnya
pada nilai-nilai yang ada dalam kegiatan Kesenian Hadrah. Sehingga Penulis
Menyusun Skripsi ini Dengan Memberi Judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
Kelompok Seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu raya Tahun 2015”.
B. Fokus
Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
menjadi fokus penelitian secara umum bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah
Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya
Tahun 2015, sedangkan sub masalah
yang akan difouskan dalam penelitiian ini adalah :
1.
Bagaimana
pelaksanaan kesenian hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
2.
Apa
saja Nilai-nilai Pendidikan
Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten Kubu raya Tahun 2015 ?
3.
Apa
dampak kesenian hadrah hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
C. Tujuan
penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas maka penelitian ini
mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan
pelaksanaan kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015
2.
Mengetahui
Nilai-nilai Pendidikan Islam
dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu raya Tahun 2015.
3.
Mengetahui
dampak kesenian hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015
D. Manfaat
penelitian
Di dalam penelitian Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun
2015. Mengandung dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan juga manfaat
praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a) Penelitian ini ditujukan untuk
menambah kajian pustaka atau khazanah kelimuan budaya lokal yang membahas
tentang penerapan Kesenian Hadrah.
b) Memberikan pengetahuan tentang Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun
2015.
2. Manfaat praktis
a) Manfaat bagi Majelis Shalawat
Nurul Mustofa
Bermanfaat membuka wawasan bahwa kegiatan yang
dilaksanakan mengandung nilai-nilai pendidikan Islam
b) Manfaat bagi penulis
Menambah manfaat teoritis peneliti serta
untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama kuliah untuk meraih gelar
strasa satu
c) Manfaat bagi Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Pontianak
Menambah literatur kepustakaan mengenai Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dalam Kesenian Hadrah serta Membuka pemikiran lembaga
untuk sadar akan manfaat hadrah, khusunya mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
BAB II
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELOMPOK SENI HADRAH NURUL MUSTOFA
A. Penelitian
terdahulu yang relevan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan penelusuran
terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,
diharapkan dapat membantu memberikan arahan agar penelitian ini lebih fokus,
penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Skripsi (2008) yang ditulis oleh Mukhlis Wahyudi (Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta) dengan judul: “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kasidah Burdah
Karya Imam Al-Bushiri ” skripsi ini menyimpulkan bahwa kasidah burdah juga
terdapat nilai-nilai tentang materi aqidah, syariah dan akhlak, yang mana
nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai acuan dan penyampaian materi dalam
pendidikan Islam, walaupun tidak mencakup semuanya. Cakupan tentang materi
aqidah dalam kasidah burdah ialah rukun iman yang enam, materi syariah mencakup
tentang shalat, puasa, doa, dan jihad, sedangkan cakupan materi tentang akhlak
ialah akhlak kepada Allah, Rasul serta akhlak kepada diri sendiri.
10
|
Skripsi tahun 2012 yang ditulis
oleh Andhika Abrian Saputra, (Jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta), yang
berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kesenian Hadrah MAN Wonokromo,
Bantul”. Kesimpulanya adalah Nilai-nilai
pendidikan Islam yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya: a). nilai
akidah, disini memberikan suatu penekanan terhadap peserta didik akan keimanan
yang telah tertanam pada diri mereka dengan selalu bersholawat dan berdzikir.
b). Nilai Akhlak merupakan inti dari pendidikan islam, sebab pendidikan Islam
bertujuan membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia. c). Nilai ibadah.
Dalam penelitian ini, nilai ibadah yang dimaksud adalah ibadah yang merupakan bentuk pengabdian, penghambaan atau
penyembahan. d). Nilai sosial. Dalam aspek sosial kesenian ini memberikan
banyak pembelajaran kepada peserta didik tentang pentingnya.
Oleh sebab itu, dengan melakukan
penelitian yang mengangkat salah satu kesenian
lokal yang mempunyai beberapa pelaksanaan pendidikan Agama Islam yang
terdapat dalam kelompok kesenian hadrah
Nurul Musthofa dan diharapkan dengan pelaksanaan pendidikan Agama Islam yang
terdapat dalam kesenian Hadrah ini nantinya bisa dijadikan sebagai salah satu
acuan ataupun rujukan dalam proses pendidikan Islam, khususnya di Indonesia.
Dari tulisan-tulisan di atas, nampaknya belum ada yang secara khusus membahas
pelaksanaan pendidikan Agama Islam yang
mencakup dari kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman yang sumber utamanya Al-Quran
dan Hadist dalam kelompok Kesenian Hadrah, khususnya majelis Nurul Mustofa Desa Kuala Dua. Dengan begitu maka telah
jelas terdapat ruang pembeda antara kajian penulis dengan penelitian sejenis
lainnya, karena penulis membatasi penelitian ini dengan lebih memfokuskan
pembahasan Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan
Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015.
B. Landasan
Teori
Setelah penulis melakukan penelusuran dari beberapa
literatur terdapat beberapa landasan teori yang dapat menjadi landasan
penelitian ini, dan diharapkan dapat membantu memberikan arahan agar penelitian
ini lebih fokus, penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Adisusilo (2012: 64) Notonagoro
mengelpompokan nilai menjadi tiga bagian, yaitu: 1) nilai materil, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia; 2) Nilai vital, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktifitas; 3) nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani
manusia. Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: a)
nilai kebenaran, yang bersumber pada akal budi manusia; b) nilai keindahan yang
bersumber pada unsur rasa manusia; c) nilai kebaikan atau moral, yang bersumber
pada unsur kehendak menusia; dan d) nilai religius, yaitu nilai yang bersumber
pada keyakinan manusia akan tuhan.
Muslich, (2011: 108) pendekatan
penanaman nilai-nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut pendekatan ini,tuujuan
pendidikan nilai adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan
perubahanyanilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
diinginkan. (superka, et al 1976) menurut pendekatan ini metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan
negatif simulasi permainan peranan dan lain-lain.
Amin. (2011: 79) Nilai-nilai
keislaman adalah suatu yang mendorong, menggerakan, dan yang mengandung manfaat
yang luar biasa bagi seseorang dan kelompok dalam setiap perbuatan dan ucapan
berdasarkan ajaran Islam. Secara operasional nilai-nilai Islam dapat digali
dari pribadi Nabi Muhammad Saw, karena kehidupan beliau erat hubunganya dengan
kaidah islamiyah.
Idris (2005: 148) Konsep pendidikan islam
didasari kepada suatu acuan bahwa islam sebagai agama, system. Pendidikan
menurut islam merupakan upaya mendidik agama islam atau ajaran islam dan
nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan cara hidup
seseorang) oleh karena itu pendidikan islam terwujud segenap kegiatan yang
dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau kelompok
peserta didik dalam menanamkan dan /atau menumbuh kembangkan ajaran islam dan
nilai-nilainya.
Ramayulis (2012:30) pendidikan berarti usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan negara.
Azra (1999:4). Pengertian pendidikan secara umum, yang
kemudian dihubungkan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan
pengertian-pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan
seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasinya adalah
istilah "tarbiyah", "ta'lim dan "ta'dib"
(Azyumardi Azra, 1999:4). Dalam rangka yang lebih rinci, M. Yusuf Al-Qardhawi
(dalam Azyumardi Azra, 1999:5) memberikan pengertian pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak
dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk
hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk
menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya. Sementara itu, Hasan Langgulung dalam Azyumardi Azra (1999:5) merumuskan
pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Idris (2005: 148) Konsep pendidikan islam didasari kepada
suatu acuan bahwa islam sebagai agama, sistem Pendidikan menurut islam
merupakan upaya mendidik agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar
menjadi way of life (pandangan dan cara hidup seseorang) oleh karena itu pendidikan
islam terwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga
untuk membantu seseorang atau kelompok peserta didik dalam menanamkan dan atau
menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya.
Ramayulis (2012:37) berdasarkan hasil seminar pendidikan
Islam se-Indonesia Tahun 1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah,
mengarahkan, mengerjakan, melatih, mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Ramayulis (2012:21) Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan perserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani , bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama
islam daru sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadist, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.
Abdullah (2009:1) Geerts juga mengakatakan bahwa
kebudayaan itu “merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan
dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi,
melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan”.
Abror, (2009:156) kata adat adalah istilah dari bahasa
arab. Istilah ini telah di terima oleh semua penutur bahasa melayu di nusantara
dengan arti “kebiasaan” dan “kelaziman”
(menurut selat, (1989 :1) adat adalah suatu bentuk tingkah laku dan cara
manusia berpikir yang telah ada dan dipraktikan sejak lama sehingga dianggap
sebagai tradisi
Amin. (2011: 87). Prilaku budaya (culture behavior) yang
diukur dari prilaku berbudi, berakhlak dapat dicontohkan pada waktu acara-acara
yang dimulai dengan menampilkan tari persembahan seperti dikepulauan Riau yang
kental dengan budaya melayu, tari penyambutan di Kalimantan, budaya ini
menunjukan nilai-nlai luhur yaitu rsa hormat kepada orang-orang yang patut di
hormatui, nilai-nilai sopan santun kepada orang-orang yang lebih tua, pemimpin
yang bijaksana patut diteladani, nilai-nilai ketaatan kepada ajaran agama dan
kepercayaan yang dipegang teguh sebagai pedoman hidup, agar tidak menyimpang
dari norma-norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga terwujudnya
masyarakat yang damai, aman, makmur dan sejahtera. Damai dalam keamanan, dalam
kemakmuran, dalam kesejahteraan. Damai dalam keamanan, dalam kemakmuran, dan
dalam kesejahteraan. Sejahtera dalam kedamaian, dalam keamanan, dan dalam
kemakmuran.
Anwar(2003 : vii) Cerita dalam syair ini pantas dibacakan
disela-sela kesibukan anak, remaja dan siapa saja untuk mengimbangi pengaruh
budaya asing yang masuk menelusup mempengaruhi moralitas generasi kita. Mari
kita junjung tinggi adab dan budaya, karena kita orang beradab dan berbudaya.
Abror, (2009 :155) Masyarakat Melayu dari waktu kewaktu
hidup dalam lingkungan adat. Mereka memandang tinggi adat dan menjaganya sedemikian
rupa agar tidak dilupakan atau lenyap, apalagi dilanggar oleh anggota
masyarakat. Kesetiaan dan kepatuhan
mereka terhadap adat terungkap dalam ungkapan adat ini hidup dikandung adat, mati dikandung tanah,
biar mati anak asal jangan mati adat. Menurut Abdullah dalam Abror, (2009 :155) Adat bertujuan untuk menciptakan suatu
masyarakat yang teratur dan memenuhi syarat keamanan dan keadilan bagi setiap
anggotanya.
Effendy, (2006 :82) Masyarakat Melayu nusantara dikenal
sebagai masyarakat yang memiliki aktifitas tinggi dalam bersastra. Dari
hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di ketahuai bahwa ditengah
masyarakat ini terdapat berjenis-jenis karya sastra dalam jumlah besar,
sebagian daripadanya tersimapan dalam bentuk tulis di atas kertas merang,
kertas cap air, lontar, bambu dan sebagainya. Sebagian lainya lagi tersimpan
dalam bentuk lisan yang ditranmisikan meluli lisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Meskipun sistem pengawetanya berbeda, keberadaan dua
bentuk produk kebudayaan itu tidak terpisah satu sama lain, keduanya bagaikan
dua sisi dari sebuah mata uang. Dalam banyak contoh baik dimasa lalu maupun di
masa kini, terdapat sastra lisan yang setelah diawetkan dalam bentuk tulis
dilisankan kembali entah secara stylized entah secara non stylized.
Sweeney dalam Effendy, (2006 :82) begitupun sastra karya tulis dalam bentuk
puisi atau cerita pendek belum sepenuhnya dinikmati secara individual,
melainkan dinikmati secara bersama-sama dalam sebuah acara yang diadakan khusus
untuk keperluan.
kesenian Hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan
umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid
Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang
bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan
umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu
seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang
di ISHARI cabang Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap
eksis. selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40
hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang, KH.
Ahmad Suyuti. (http://jiwaterbelenggu.
blogspot.com/2013/06/seni-hadrah.html tanggal 15 1 2014 jam 01:26 Wib.)
Dari segi bahasa makna Hadrah, lanjut Rahman lagi,
diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau
hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai
irama yang dihasilkan bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah
menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk
ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat
kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. (http://www.haluankepri.com/bintan/35470-mengenal-lebih-dekat-hadrah-al-amin-warisan-budaya-islam-di-bintan.html. kamis tanggal 15 januari 2015.
Jam 09:56)
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis dan Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini lebih menekankan pada penelitian lapangan (field
research), yang mana pengumpulan datanya dilakukan di lapangan yang
mengambil unit penelitiannya dalam suatu lembaga pendidikan. Sedangkan
metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk memahami situasi
sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori. Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam kelompok kesenian
hadrah Nurul Musthofa Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2015.
Menurut
creswell dalam Sumantri ( 2011: 167) pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang beardasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomenal kesehatan dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran komplek, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami .Bogdan dan
Taylor dalam Sumantri (20011:167) Mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati.
Bustam
(2014:230-231) Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif
Kualitatif. Metode deskriptif dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian
berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini juga
bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik objek
penelitian secara faktual dan cermat. Dalam penelitian ini metode tersebut
digunakan untuk mendeskripsikan dan Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Kelompok
Seni Hadrah Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Tahun 2015. Sejalan
dengan pengan pendekatan semiotik, pemaksaan yang dideskripsikan pada
penelitian ini yang dihasilkan melalui dua macam pembacaan, yaitu pembacaan
heuristik dan pembacaan hermeneutik, dimana pembacaan ini tidak semata-mata
mengalihbahasakan, tetapi juga terikat pada konvensi yang membentengi dari
kesalahan penafsiran, tentu dipengaruhi pula oleh repertoire sebagai
reader.
B.
Penelitian Lokasi
Majelis shalawat nurul Mustofa merupakan Majelis
shalawat yang berada di jalan KH
Abdurrahman Wahid Gang Amaliah Durun Karya I Desa Kuala Dua Kecamatan Suingai
Raya Kabupaten Kubu Raya. Daerah ini adalah
satu dari sekian daerah di wilayah Kubu Raya dengan berbagai keunikan. Daerah
ini mempunyai letak yang strategis, karena disekitar kawasan daerah ini tidak
jauh dari bandara supadio pontianak.
pada Dusun Karya I adalah perkampungan yang terdapat perusahaan Alas Kusuma Group yang mana
perusahaan ini memproduksi kayu lapis terbesar di Kalimantan Barat.
Agar penelitian ini berjalan lancar,
sesuai dengan rencana dan data-data yang di perlukan terkumpul dengan mudah,
maka peneliti memanfaatkan waktu luang responden untuk melakukan observasi dan
wawancara secara tidak formal dalam suasana santai dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu
kesibukan responden, sehingga informasi yang di berikan benar-benar akurat.
Oleh karnanya, peneliti akan mengikuti saran Denzin dalam Harun Rasyid ( 2000 : 117) sebagai berikut:
Seorang peneliti hendaknya tidak berperan sebagai peneliti, jika terpaksa
mengemukakan posisi sebagai peneliti, maka di usahakan tidak menggurui dan
tidak bersifat mengevaluasi responden. Perankanlah langkah-langkah natural,
tidak memihak responden dan tidak menyangkal. Bersikap terbuka dan akrab tetapi
direktif dan inforsinal terhadap responden.
Untuk mendapatkan data secara efektif dan efisien, maka peneliti memilih
setting dalam suasana yang tidak formal (santai). dalam wawancara peneliti dilakukan setelah melakukan pengajian, di rumah-rumah dan dalam pertemuan yang tidak
diduga-duga, letak setting dalam penelitian ini adalah di Gang Amaliyah Dusun Karya I Desa Kuala Dua
C.
Sumber Data
Subyek penelitian adalah orang atau pihak yang dapat memberikan
informasi dari suatu penelitian. Artinya data yang akan dikumpulkan diperoleh
dari sumber penelitian.
1.
Sumber
Data Primer
a.
Ustad
Muhammad Ikhanuddin Selaku Ketua dan Habib Toha bin Husaein bin Toha Al-jufri sebagai
pembina Majelis Shalawat Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai
Raya, peneliti dapat mengetahui proses
kegiatan hadrah di Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya dan sejarah berdirinya ekstra hingga perkembangannya.
Selain itu, juga dapat mengetahui Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun
2015.
b.
Ustad
Khaidar M.Ag yaitu Ustad yang memberikan tausiah di Majelis Nurul Mustofa, dari
beliau peneliti dapat menggali data tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam yang
terdapat dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua kecamatan sungai Raya.
2.
Sumber
Data Sekunder
a.
Pemain
Kesenian Hadrah Desa Kuala Dua (
Muhammad Jufri, Dakum, Kardiman, Dulmanan,). Dari pemain hadrah ini peneliti
dapat menggali data tentang perasaan mereka setelah memainkan atau melantunkan
kesenian hadrah, merasakan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam kesenian hadrah dan
manfaat serta perkembangan mereka setelah mengikuti kegiatan tersebut.
A.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.
Observasi
Menurut Nawawi (1987:100) Observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan dan percatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Obesvasi dilakukan langsung terhadap objek atau tempat
terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek
yang diseledikinya. Dengan kata lain disini penulis mengamati secara langsung
(dengan mata) maupun tidak langsung (dengan alat bantu tertentu). Dalam metode
ini penulis gunakan secara langsung untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala
yang sedang diselidiki, yaitu: 1) lingkungan daerah Dusun Karya I Desa Kuala
Dua. 2) Proses pelaksanaa Kegiatan Majelis Shalawat Nurul Musthofa Desa Kuala
Dua Kecamatan Sungai Raya. 3) Kondisi saat
latihan Hadrah berlangsung.
2.
Interview
Teknik
Interview sama dengan wawancara. menurut
Rahayu (2004:61) adalah teknik pengumpulan data dengan caratanya jawab sepihak
yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara lisan yang berupa keterangan
langsung dari pihak yang terkait dalam kesenian Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya. Oleh karena itu, peneliti berupaya bertemu secara
langsung dengan para narasumber, untuk mengetahui pendapat atau pandangan dan
berbagai informasi yang diketahui oleh narasumber yang terkait dengan
penelitian ini. Sehingga hasil yang didapat dari penelitian dengan menggunakan
metode interview ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Interview
terpimpin (guide interview) merupakan interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan sederetan pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini.
Metode ini peneliti gunakan dalam mewawancarai pihak yang terkait dalam
kesenian Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya. Adapun data yang ingin diperoleh dengan metode ini
adalah untuk mendapatkan data tentang sejarah kesenian hadrah Nurul Mustofa dan
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang
terkandung dalam kesenian hadrah.
b.
Interview
bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara bebas dan terpimpin. Interview ini
dipergunakan untuk mewawancarai pemain hadrah atau pimpinan kesenian
Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya. Dengan metode ini peneliti ingin memperoleh data tentang
sejarah berdirinya madrasah, sejarah munculnya ekstra hadrah, pengaruh hadrah
terhadap peserta didik dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian hadrah.
3.
Dokumentasi
Menurut
Nawawi (1987:133) Teknik ini adalah cara menumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah pendidikan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data mengenai
gambaran umum serta prestasi yang pernah didapat oleh kesenian Hadrah Nurul
Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.
B.
Teknik Analisis Data
Analisis data
adalah proses mancari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
difahami, sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Bogman dalam Sugiono
(2010:87) Dalam penelitian Kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal ini, penelitian
yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang
jelas dan terperinci. Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan
menggunakan pendekatan induktif, yaitu menganalisa masalah dari hal-hal yang
bersifat khusus, kemudian di ambil kesimpulan yang bersifat umum. Dalam
penelitian ini, penulis memakai triangulasi metode yaitu dengan melakukan
pengecekan data berdasarkan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara
(interview), dan dokumentasi
Dalam
penelitian kualitatif , teknik analisis data
yang digunakan sudah jelas, yaitu diadakan sebelum memasuki lapangan,
selama dilapangan, dan setelah selesai
dilapangan. Analisi data menurt Miles dan Huberman dalam Rasyid (2000 :
69) yaitu:
1.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data adalah
pekerjaan-pekerjaan yang menhasilkan berbagi informasi, sehingga dalam proses
pengumpulan data ini diperlukana pembuatan memo untuk mempermudah peneliti
mengingat dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Informasi yang peneliti
proleh dapat berupa catatan dari hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti
lakukan dibuat menjadi catatn diskriptif tanpa adanya rekayasa terhadap
kejadian-kejadian yang ditemukan pada PKL muslim yang berjualan pada hari
minggu.
2.
Reduksi
data
Menurut sugiono
(2012:245) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan , maka jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
anlisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilh
hal-hal yang pokok ,memfokuskan hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.
Dengan demikian sata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
yang lebih jelas dan memprtmudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan
peralatan elektronik seperti computer mini,dengan
memberikan kode dengan aspek-aspek tertentu.
C.
Penyajian Data
Menurut
sugiono (2012:245) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat berupa
tabel, grafik, phie card dan sejenisnya. Melalui penyajian data tesebut, maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah difahami.
Dalam
penelitian kualitatif , penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan , hubungan
antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan. Yang paling
sering digunakan untuk penyajian data ialah teks yang bersifat naratif.
D.
Teknik Pemeriksaan atau Verifikasi
Menurut
hasan Rasyid (2000 : 70) yang dimaksud dengan pemeriksaan kesimpulan ialah
sebagai upaya peneliti untuk berusaha mencari makna dari data-data yang
diperoleh dengan melibatkan pemahaman
penelitian. Peneliti melakukan penelitian ini diusahan untuk mencari makna data
yang dikumpulkan, oleh karena itu perlunya mengambil kesimpulan data yang
diperoleh dari lokasi penelitian.
E.
Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Pemeriksaan
data untuk menilai keabsahan data adalah hal yang paling penting dalam
menyimpulkan data yang akurat. Dalam penelitian Pelaksanaan Pendidikan Islam
dalam Kelompok Seni Hadrah Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Tahun 2015 ini
bersifat kualitatif yaitu data yang diambli menurut berbagai macam objektivitas dan pendapat dari
masing-masing objek tersebut. Hal ini sesungguhnya merupakan kaidah-kaidah
keilmuan menurut logika, akan tetapi
data-data unik seperti inilah yang harus ditempatkan untuk kajian-kajian ilmu sosial. Agar data
yang diperoleh memilki validitas dan keabsahan yang tinggi diperlukan beberapa
persyaratan yang diperlukan.
1.
Triangulasi
Rahayu
(2004:144) Esensi Rasional penggunaan metode triangulai adalah bahwa untuk
memahami representasi fenomenal sosial dan kontruksi psikologis tidaklah cukup
hanya menggunakan salah satu alat ukur saja. Memahami motiv, sikap, dan nilai
yang dianut seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Triangulasi
menekankan digunakanya lebih dari satu metode dan banyak sumber data termasuk
diantaranya adalah sejumlah peristiwa yang terjadi. Rasyid (2013 :178) Triangulasi
adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pemeriksaan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Menurtnya ada beberapa cara untuk melakukan trianggulasi sumber yaitu :
a.
Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b.
Membandingkan apa yang dilakukan orang-orang
didepan umum dengan yang dilakukannya secara langsung.
c.
Membandingakan
apa yang dikatakan seseorang dengan situasi penelitian dengan apa yang yang
dikatakanya sepanjang waktu.
d.
Membandingkan
hasil wawancara dengan dokumen-dokumen
yang berkaitan. Jadi peneliti kembali membandingkan keabsahan data yang
diperoleh dari narasumber sebagai pembanding data yang diperoleh.
2.
Member
Check
Data yang
terkumpul kemudian dianalisis, untuk mengadakan pengecekan ulang. Tujuan
pengecekan ini agar ionfromasi yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informasi. Data yang telah
dikumpulkan tidak selamnya memiliki informasi data yang sesuai dengan fokus
penelitian. Untuk itu perlu adanyanya pengecekan ulang terhadap keabsahan data
yang terkumpul, sehingga penelitian tersebut memiliki kredibelitasi yang
tinggi.
Member check
dapat dianggap sebagai pelengkap dalam pengecekan data atau mengulangi hasil
catatan yang terkumpul. Pengecekan data dilakukan setiap akhir wawancara. Hal
ini dilakukan untuk memperbaiki informasi yang telah diberikan apabila terdapat
kekeliriuan dan kekurangan.
3.
Ketekunan
pengamatan
Ketekunan
pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup maka ketekunan menyediakan
kedalaman. (sidimran.wordpress.com senin tanggal 16 pukul 10.00 WIB).
Dalam ketekunan
pengamatan ini peneliti akan menganalisis data-data yang sesuai dengan fokus
penelitian tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan
Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015serta mengedintifikasi makna dari
informasi tersebut agar data menghasilkan kedalaman penelitianyang maksimal.
BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Majelis shalawat Nurul Mustofa
sebagai Majelis shalawat umum yang
dibimbing oleh seorang Habaib di daerah Kuala Dua. Majelis shalawat Nurul
Mustofa ini berdiri pada tahun 2010 dengan anggota majelis yang masih terbatas
dan belum mempunyai program-program yang dilaksanakan. Pada tahun 2010, Majelis
shalawat ini di ketuai oleh pemuka agama di daerah Dusun Karya I tepatnya di
Gang Amaliah dan sekarang Majelis shalawat nurul Mustofa ini termasuk golongan
tua majelis shalawat yang ada di Kuala Dua
Majelis shalawat nurul Mustofa
merupakan Majelis shalawat yang berada
di jalan KH Abdurrahman Wahid Gang Amaliah Durun Karya I Desa Kuala Dua
Kecamatan Suingai Raya Kabupaten Kubu Raya. Daerah ini adalah satu dari sekian
daerah di wilayah Kubu Raya dengan berbagai keunikan. Budaya-budaya yang ada
pada derah ini sudah membaur menjadi satu dan budaya-budaya lama masyarakat
asli di daerah ini juga mengalami kepunahan salah satunya Hadrah Melayu atau
Nahtim, yang pada saat ini berganti dengan Shalawatan hadrah Al-Banjari.
Daerah ini mempunyai letak yang
strategis, karena disekitar kawasan daerah ini tidak jauh dari tempat
persinggahan internasional yaitu bandara supadio pontianak. pada Dusun Karya I
adalah perkampungan yang terdapat
Perusahaan Alas kusuma Group yang mana perusahaan ini memproduksi kayu
lapis terbesar di Kalimantan Barat dengan masih bertahanya perusahaan di daerah ini maka daerah ini dapat dibilang
daerahyang masih mampu bertahan dalam perekonomiann. Maka dari itu masyarakat
daerah luar juga banyak yang menetap di daerah ini karena terdapat prusahaan yang dapat memberikan
penghidupan atau perekonomian masyarakat, bahkan bukan hanya dari ruang lingkup
kalimantan barat saja dari luar pulau juga banyak yang menetap di daerah ini
seperti daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
2.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini, adalah
kegiatan pelaksanaan Majelis shalawat
Nurul Mustofa yang diikuti oleh seluruh anggota rat-rata berusia 30 sampai 40
tahun yang mayoritasnya bersuku jawa. Majelis shalawatan ini diketuai oleh
Ustad Ikhwanudin. Meskipun mereka berasal dari berbagai daerah yang berbeda,
namun itu tidak menjadi kendala bagi mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Tepat pada hari dan waktu yang telah ditentukan, mereka hadir dan siap
melaksanakan pengajian Shalawatan yang dilaksanakan secara rutin.
Sebagai salah satu pelaksana
pendidikan non formal. Majelis ini memiliki peran penting untuk mengendalikan
budaya keislaman da daerah Dusun Karya I desa kuala dua ini Dengan demikian,
apapun yang dilakukan oleh jamah ini adalah contoh bagi masyarakat untuk
memelihara budaya keislaman yang mengandung nilai pendidikan agama Islam dalam
pelaksanaanya. Maka secara umum yang
bertanggung jawab untuk menjaga majelis ini adalah seluruh komponen masyarakat
muslim di Desa Kula Dua.
Majelis Shalawat Nurul Mustofa yang
diketuai oleh ustad Ikwanudin ini mempunyai guru besar seorang Habaib yang
bernama Habib Toha Husein Al-jufri bin Husein Al-jufri. Dan kemudian pada majelis
Shalawat ini juga memiliki struktural yang dipilih oleh jamaah itu sendiri.
Keberadaan Habib Toha bin Husein bin
Toha Al-jufri sebagai guru dimajelis Nurul Mustofa ini, bukanlah sesuatu yang tanpa alasan.
Kemampuan dalam memberikan contoh ketaqwaan serta keimanan kepada Allah Swt
dalam keseharianya adalah hal yang
paling utama dalam hal ini. Menurut hemat peneliti kemapuan dan kompetensi
Habib Toha bin Husein bin Toha Al-jufri tidaklah diragukan karena, beliau
adalah salah satu lulusan terbaik dari hadrhamuth yaman dan termasuk salah satu
murid dari seorang ulama yang salah satu
syair-syair shalawatnya sering di lantunkan di Indonesia yaitu Habib
Umar Bin Salim bin Abu Bakar bin Salim.
Table 1
Nama jamaah
Majelis Nurul Mustofa Desa Kuala Dua
No
|
Nama
|
Alamat
|
Jenis
Kelamin
|
1
|
Ikhwanuddin
|
Gg
Amalaiah
|
Laki-laki
|
2
|
Muhammad
Alioso
|
Gg
Nurul Amal
|
Laki-laki
|
3
|
Kardiman
|
Gg
Sepakat
|
Laki-laki
|
4
|
Suwignyo
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
5
|
Muhammad
Jufri
|
Gg
Amalaiah
|
Laki-laki
|
6
|
Angga
Ariska
|
Gg
Sepakat
|
Laki-laki
|
7
|
Hamka
|
Parit
Bugis Darat
|
Laki-laki
|
8
|
Dulmanan
|
Sui
Durian
|
Laki-laki
|
9
|
Dakum
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
10
|
Mu’zi
|
Arang
Limbung
|
Laki-laki
|
11
|
Wahidin
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
12
|
Mistari
|
Btn
Kiwi
|
Laki-laki
|
13
|
Muhammad
Sodiq
|
Btn
Prt Bugis
|
Laki-laki
|
14
|
Kaharudin
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
15
|
Ilyas
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
16
|
Fitriadi
|
Komplek
Alas
|
Laki-laki
|
17
|
Rujito
|
Gang Karya Bakti
|
Laki-laki
|
18
|
Syihabudin
|
Parit
Haji Husein
|
Laki-laki
|
Sumber : Data Sekretaris
3.
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Pengajian Majelis Nurul
Mustofa yang diadakan di Gang Amalia
Desa Kuala Dua dilaksanakan satu bulang sekali,
pengajian tersebut biasanya diadakan
rutin malam sabtu pada minggu
pertama awal bulan. Pelaksanaan Pengajian Majelis Nurul Mustofa ini dilaksanakan dengan durasi waktu kurang
lebih dua jam yaitu dari jam 19.30-21.30 WIB.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari
sabtu dengan alasan mempermudah jamaah yang berminat untuk mengikutinya dan
yang paling penting adalah agar tidak mengganggu waktu pekerjaan mereka yang
mayoritas bekerja di perusahaan Alas Kusuma group.
B.
Paparan
Data
Berikut
akan dipaparkan data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan
dengan masalah pada pelaksanaan pengajian Majelis Nurul Mustofa Desa Kuala Dua yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Dalam paparan data ini peneliti akan memaparkan data dan fakta apa adanya yang
terjadi di lapangan sesuai dengan fokus masalah penelitian.
1.
Bagaimana
Proses pelaksanaan Pengajian Majelis Nurul Mustofa ?
Kegiatan hadrah yang dilaksanakan pada majelis Nurul
Musthofa ini adalah kegiatan amaliyah bulanan dengan mengamalkan shalawat
kepada nabi disettiap bulan. Kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang menarik
perhatian masyarakat, karena kegiatan ini adalah kegiatan yang unik , disamping
syair-syair bahasa arab dilantunkan juga memiliki suara tabuhan hadrah yang
berirama dan saling bersautan.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada setiap sebulan
sekali dan memakan waktu sekitar dua jam, pastilah kegiatan ini berproses atau
memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaan adapun langkah-langkah pelaksanaan
yang dilaksanakan secara rutin.
Dalam pemaparan data berikut ini akan dibahas terlebih
dahulu tentang langkah-langkah pelaksanaan kesenian Hadrah yang mengandung
Pelaksanaan Pendidikan Islam. Sebelum hal yang utama yang ditanyakan pada saat
wawancara kepada ketua ada beberapa hal yang harus diketahui tentang pembinaan
atau pelatihan dan dijelaskan langsung dengan sejarahnya ( 5 september 2015)
Bagaimana proses pembinaan
majelis nurul Musthofa yang bapak pimpin? kemudian beliau menjawab,
“saya tidak langsung membina seperti kegiatan-kegiatan formal namun
saya hanya memfasilitasi proses pembinaan tersebut dengan mengadakan amaliyah
salawatan dalam satu bulan sekali . Namun Pertemuan itu bukan sebagai acuan dan
dikatakan amaliyah bulanan untuk jamaah Majelis Nurul Mustofa. Diambil 1 bulan
sekali ini karena mengingat kegiatan dan kesibukan dari diri saya dan jamaah
yang ada. kalau shalawatan biasanya saya melaksanakan shalawatan ini hampir
setiap minggu, namun bukan dari majelis
nurul mustofa saja, karena banyak sekali pengajian yang saya ikuti di desa
kuala dua ini yang saya undang teman-teman jamaah nurul mustofa untuk menghadirinya”.
Dan hal ini juga termasuk salah satu
cara untuk menjalin tali silaturahmi serta mendiskusikan masalah yang ada,
Bukan hanya masalah yang timbul dari pemikiran tentang agama namun masalah lain yang berkaitan tentang
kemasyarakatan juga tidak apa-apa”.
Lalu bagaimana proses dan kondisi
lathihan Kelompok Kesenian Hadrah Nurul Musthofa? Beliau menjawab,
“Untuk sistem pelatihan kita tidak bisa memimbing secara langsung,
biasanya saya hanya menghadiri kegiatan itu dan melihat saja, dikarenakan
kemampuan saya yang tidak ada disitu saya tidak bisa menyanyi dan memainkan
alat tar, namun kegiatan ini bukan untuk tujuan utama, dengan adanya kegiatan
latihan ini kita dapat menggolongkannya
nilai mujahadah (berusaha mendekatkan diri kepada Allah) atau permohonan
kepada Allah. Kalau sejarah bisa langsung ditanyakan dengan teman-teman. Saya hanya dapat menjelaskan secara singkat
saja. Awal mulanya Nurul Mustofa ini berkumpul hanya 15 orang dengan pembinaan
pengajian yasin dan kitab ( Tanqihkul qaul) yang diadakan setiap minggu
pada malam senin, lalu di akhir bulan disi dengan shalawat nabi. Yang pada saat
itu kita membacakan shalawat kitab Al-barzanji dan belum mengunkan tar, sekitar
satu tahunan, kita bermusyawarah untuk mengadakan alat tersebut dan di tunjang
juga dengan kemampuan jamaah yang bisa
bernyanyi dan memainkan alat musik tar. dibentuklah perkumpulan ini dengan
menggunakan kesenian Hadrah. Dan pada saat ini belum ada nama, dan beberapa
bulan kemuadian dimintalah restu dari seorang habaib yang berasal dari
Jogjakarta yaitu habibn Umar Bafaqih” dan diberilah nama nurul mustofa hingga
sekarang. Jadi sekrang kegiatan kegiatan ini dilaksanakan di rumah salah satu
jamaah yaitu saudara Muhammad jufri yang termsuk dari vokal shalwat Nurul
musthofa juga, kegiatan tersebut biasanya berlangsung satu minggu satu kali
kadang-kadang dua kali”
.
Dari
pertanyaan yang saya lemparkan dan dijawab pula dengan jelas tentang bagaimana
proses pembinaan serta latihan majelis salawat nurul musthofa, maka saya
bertanya lagi tentang bagaimana pelaksanaan Kesenian Hadrah pada Majelis nurul Musthofa ini dan apakah
pelaksanaan yang diterapakan ini mengandung nilai-nilai pendidikan Islamnya.
Lalu saya bertanya lagi kepada ustad ikhwanuddin bagaimana pelaksanaan kesenian
Hadrah pada Majelis Nurul mustofa ketika melaksanakan pengajian rutinan? Beliau
menjawab,
“banyak sekali yang
dilaksanakan dalam kegiatan ini, namun sebelum kegiatan ini dilaksanakan harus
terlebih dahulu kita merencanakan pelaksanaaan itu diadakan dan dimana diadakan
pelaksanaan itu, apakah hanya disatu tempat atau ditempat yang lainya juga.
Pelaksanaan ini biasanya kita laksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama
adalah tempat pengajian kita ini saja dan dilaksanakan pada 1 bulan sekali,
banyak sekali langkah-langkah yang kita laksanakan dalam kegiatan pengajian ini
yaitu: kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya
pada minggu pertama awal bulan, pengajian dimulai setelah shalat isha di rumah
atau di mesjid masing-masing, sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin
shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan
besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah, lalu membaca kitab shalawat,
pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan berkeliling kepada setiap anggota,
diselah-selah pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan
diringi tarbangan atau hadrah, pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah
dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri dan memohon doa,
dikarenakan Assraqal ini mengandung syair berupa doa kepada Allah dan Rasulnya
serta pujian-pujian kepada rasulullah SAW, pembacaan doa maulid Habsyi,
istirahat sejenak. Sambil mndengarkan syair Shalawat lantunan Hadrah,
mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang
pada malam itu, lalu dilanjutkan dengan istirahat, pembacaan shalwat tanda
berakhirnya pengajian pada malam itu”.
2.
Apa saja Nilai-Nilai Pendidikan Islam apa saja yang
terdapat di dalam Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
Setelah mendapatkan informasi dari ketua Kelompok
Kesenian hadrah Nurul Musthofa, peneliti melanjutkan menggali lebih tajam
penelitian ini dengan bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah, dengan dengan
tujuan untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan agama Islam dari Kegiatan yang
dilaksanakan oleh majelis Nurul Musthofa ini. Dalam hal ini peneliti
memfokuskan menggali informasi berdasarkan dari pelaksanaan yang telah
dikemukakan oleh Ustdad Ikhwanuddin selaku ketua Majelis Kesenian hadrah Nurul
Musthofa, dan mempermudah peneliti untuk mendapatkan informasi yang jelas dari
masing-masing proses pelaksanaan itu.
Pada langkah ini, saya akan
menceritakan bahwa saya adalah salah satu jamaah Majelis Nurul Musthofa, dengan
ini mempermudah saya menemukan suatu hasil pemikiran, bahwa dalam setiap
langkah mengandung Pendidikan Agama
Islam kandungan. Lalu akan saya jabarkan
pada penelitian ini, selanjutnya saya bandingkan atau mengoreksi jawaban saya dengan jawaban Ustadzah Gunarti khairiyah . Adapun hasil dari peikiran penulis pada langkah pertama yaitu
langkah sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan
niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad
SAW dan niat para jamaah.
Kegiatan ini itu mengandung nilai-nilai pendidikan agama
Islam yang mana secara pelaksanaanya sebelum pendidikan dimulai dengan materi,
peserta didik haruslah diajak untuk fokus kedalam kegiatan yang akan
dilaksanakan agar semua sisi dari peserta didik dapat siap untuk menerima
materi yang akan diberikan. Dalam kegiatan ini pemusatan perhatian jamaah
dengan cara berkonsentrasi berdoa kepada Allah Swt dengan cara bertawasul untuk
kehadiran rasullah pada majelis itu serta menanamkan aqidah dan keimanan kepada
Allah SWT dan Rasulnya.
Apabila kita kaji secara detail tawasul
ini banyak sekali mengandung makna dari setiap kata yang akan diberikan
(pengertian tawasul) didalam tawasul ini seorang pemimpin mengirimkan shalawat kepada
Nabi Muhammad, para Ambiya, para ulama, keselamatan untk daerah tersebut serta
mengirimkan niat atau hajat dari masing-masing jamah.
Dipandang dari segi sejarah, tawasul
ini adalah bentuk amaliyah yang tidak melupakan sejarah karena didalam tawasul
ini seseorang menyebutkan nama-nama guru atau ulama dan para sahabat rasul
contohnya “ ilahadratinnabi Muhammad Sallallahu a’laihi wasallam, wa a’ala
alihi wa Ashabihi ajmain, wa khusushan ila ikhwanihi minal ambiya iwalmursalin,
wa auliya iwasyuhada washahabatittabi’in wal u’lama’il amilin wa khususan syaidina
syeikh Abdul qodir aljailani........” ini adalah contoh teks tawasul dalam
bahasa latin dan apabila ini di kaji banyak mengandung unsur-unsur sejarah
karena setiap nama yang disebutkan itu runtut dan tidak melupakan
sejarah-sejarah manusia mulia yang membawa dan menyebarkan agama Islam.
Saya langsung bertanya kepada Ustadzah Gunarti
khairiyah, apakah pelaksanaan tawasul ini mengandung nilai-nilai Pendidikan
Islam ? beliau menjawab, (30 September 2015)
“ada,
karena dikaji dari istilah perantara dan letak pendidikannya adalah, Tidak
melupakan sejarah , ta’zimul Ulama mengagungkan orang yang berilmu yang mana
orang yang berilmu adalah orang-orang
yang diangkat derajatnya oleh Allah dapat dikatakan orang yang berilmu adalah
orang yang dekat dengan Allah, dan juga kita mempercayai bahwa nama-nama ulama
yg kita ta’zimi itu orang-orang yang lebih dekat kepada Allah dan hal ini ada dalilnya juga di dalah Al-
quran dan Hadist karena di dalam suatu hadis
salah satu kitabnya (tanqhkul Qoul)
Lalu saya bertanya lagi
untuk memperkuat data dari jawaban Ustadzah Gunarti khairiyah, apakah ada buku
tentang tawasul ini dan bisakah saya melihat bukunya? (30 september 2015)
beliau menjawab, Ada bukunya, salah satunya kitab tanqikhul
qoul
Hal yang serupa juga pernah saya tanyakan pada ustad
ikhwanuddin dan memperkuat dari apa yang saya pikirkan mengenai penelitian ini
(5 september 2015) beliau menjawab,
“tawasul
itu adalah jalan untuk mempermudah sampainya niat atau syafaat berupa fatihah
yang akan kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW”. Beliau sedikit menjelaskan
dengan cara memberikan contoh “saya ingin membuka usaha secara otomatis saya
harus bersedekah agar usaha saya lancar, dengan bersedekah itu lah jalan yang
akan membuat saya mudah dalam berusaha. Sama halnya dengan tawasul saya ingin
meminta syafaat dari Allah dan Rasulnya dengan cara melaksanakan amaliyah
shalwatan kepada rasul maka saya harus menta’zimi orang-orang yang sudah
meninggal yang derajatnya dekat dengan Allah
untuk mempermudah fatihah yang saya kirimkan untuk rasulullah, walaupun
sebenarnya Allah mengetahui apa yang ada didalam hati kita”. Lalu saya bertanya
lagi kepada belia tentang kitab tawasul, beliau pun menjawab “banyak sekali
kitab tentang tawasul itu salah astunya kitab
Hujjatul Islam karangan Imam Ali maksum dalam Bahasa Arab”. Ia
juga mengakatan bahwa tawasul ini adalah salah satu aqidah yang tidak melupakan
sejarah bahkan hal ini sudah ada sejak lama pada zaman Rasullullah SAW.”
Mengenai langkah selanjutnya yaitu
langkah membaca kitab Addiyaulami’ Selanjutnya peneliti menjabarkan lagi
pemikiran peneliti sebelum peneliti menjabarkan jawaban dari responden. Bahwa
kitab addiyaulami ini adalah kitab yang dikarang oleh ulama berasal dari Yaman
yaitu Habib Umar bin Salim bin Abu Bakar bin Salim. Yang mana kitab ini berisi
8 rawi dan 1 assraqal yang berisi tentang pujian-pujian kepada rasul dan
sejarah rasullah Saw serta sunnah-sunnah-Nya. Kitab ini dibaca karena kitab ini
memiliki cara membaca yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya baik dalam bentuk
nada bacaan sampai bentuk jawab atau sahutan jamaah ketika melantunkan rawi
tersebut. Bukan hanya itu saja, kitab ini sering diamaliyahkan karena dari jumlah
rawinya pendek dan disesuaikan dengan jamaah Majelis Nurul Musthofa yang
mayoritas bekerja di PT Alas Kusuma Group yang mana jam kerjanya memakan waktu
12 jam dalam sehari.
Dalam pelaksanaan ini adalah salah satu kegiatan
nilai-nilai Pendidikan Islam yaitu berkaitan langsung dengan Al-quran dan
Hadist. Yang mana dalam kegiatan ini, jamaah membaca kitab addiyaulami dengan
menggunakan bahasa Arab dalam proses ini jamaah diajarkan dan dilatih
kemampunyanya dalam membaca kitab dengan berbahasa Arab.
Saya bertanya kembali kepada Ustadzah Gunarti khairiyah,
dimana letak pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam langkah membaca kitab
Addiya Ulami? (30 september 2015) Beliau
menjawab
“karena
dalam membaca kitab Adiiyaulami
terkandung sejarah Nabi Muhammad SAW dari sebelum beliau di lahirkan
hingga beliau wafat dan membaca kitab addiyaulami menanamkan cinta kita kepada
Rasul, sehingga ketika kita semakin cinta kepada Rasul, dengan cinta mengikuti
ajarannya dan bukan hanya cinta dari lisan saja tetapi juga cinta dalam hati
dan amal perbuatan. Dan kitab yang dikarang oleh habib Umar bin Huhammad
bin salim bin Hafizd bin syekh Abu bakar
bin salim yang mana tidak diragukan lagi kitabnya pasti mengandung pendidikan
agama islam yang mana beliau adalah ulama yang di akui dunia.”
Lalu saya bertanya “ apa
makna yang terkandung didalam teks Kitab (30 september 2015) Addiya Ulami’ ini
?
“Maknanya adalah mengandung
doa kepada Allah SWT serta sejarah Nabi yang dapat kita amalkan dalam kehidupan
kita sehari-hari dan pemujaan kepada Nabi Muhammad SAW karena hanya Rasul-lah
yang dapat memberikan kita syafaat tidak ada yang lain yang dapat memberikan
syafaat selain baginda Nabi Muhammad SAW, dan doa di dalam kitab
Addiyaulami’ bukan hanya memohon untuk
akhirat saja namun juga memohon diberikan syafaat untuk kebahagiaan hidup di
dunia.”
Langkah selanjutnya Pembacaan kitab
Addiya Ulami ini dibaca bergantian, menurut penjabaran penulis tentang langkkah
ini dilantunkan oleh setiap jamaah secara bergantian guna untuk mengevaluasi
dan melihat bagaimana perkembangan bacaan teks Arab para jamaah Majelis Nurul
Musthofa serta melatih keberanian jamaah untuk melantunkan shalawat didepan
orang banyak, telah tampak bahwa dengan proses pelaksanaan ini bukan hanya
berdampak kepada kemampuan jamaah membaca dengan menggunakan Bahasa Arab, namun
juga di latih mentalnya untuk dapat membaca menggunakan Teks bahasa arab
didepan jamaah lainya, dan hasil dari kegiatan ini mereka akan melatih bacaanya
agar tidak terbata-bata atau gugup dengan melatih bacaanya di rumah dan juga
hal ini dapat dikaitkan dengan motivasi belajar dari jamaah.
Peneliti bertanya kepada Ustadzah
Gunarti khairiyah Apakah dengan membaca kitab secara bergantian mengandung
pelaksanaan pendidikan Agama Islam? (30 september 2015)Beliau menjawab,
Ya tetap mengandundung unsur pelaksanaan pendidikan Agama Islam,
karena dalam membaca secara bergiliran tadi dapat mengajarkan orang lain untuk
dapat membaca teks Arab, dan di dalam membaca kitab tadi dapat menambah
kebaikan di dalam diri kita dan dapat menimbulkan motivasi untuk selalu belajar
mebaca teks arab sehingga mendapatkan berkah dari apa yang kita laksanakan dan
kitaniatkan (Tabarukan) kalau di dalam bahasa jawanya itu adalah ngalap
Berkah dan apabila dipandang dari kesenian adalah memperbanyak literatur seni
dalam membaca kitab Addiyaulami’ yang
mana si pembaca tidak hanya satu orang sehingga kita dapat memperbanyak seni
dalam membaca kitab atau rawi tadi,
karena pada dasarnya tidak semua orang membaca dengan ciri atau seni
baca yang sama”.
Pertanyaan ini juga saya tanyakan
kepada ustad Ikhwanuddin, beliau menjawab “biar semua mendapat keberkahan
karena mendapatkan bagian membaca kitab dan melatih mereka untuk mampu membaca teks Arab”.
Selanjutnya, di sela-sela pembacaan
maulid addiyaulami’ syair-syari slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan
atau hadrah. Banyak sekali penjabaran peniliti dari langkah ini, yaitu pada
langkah ini berisikkan syair atau lagu-lagu shalawat yang dinyanyikan ini juga
termasuk syair-syair pemujaan kepada rasul. Guna dari melantunkan shalawat ini
adalah menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada jamaah, lantunan shalawat yang
pasti dinyanyikan adalah Assalamualaik zainal ambiya’i, ya Rasululullah ya
nabi, dan Subhanallah, walhamdulillah walaila haillallah. Semua yang dimainkan ini berupa lantunan yang
akan membuat para jamaah hanyut kedalam syair-syair dan berdampak kepada
kecintaan mereka dalam melantunkan shalawat kepada Nabi sehingga mereka akan
melantunkan shalawat tersebut dimana pun ia berada. Dalam melaksanakan kegiatan
ini banyak mencakup 3 aspek, antara lain. Aspek Kognitif, yang mana tim hadrah
yang membacakan syair ini menghafal syair lagu yang akan dilantunkan dan lagu
yang dilantunkan juga harus dibacakan dengan jelas . Aspek afektif, pada aspek
ini telah dapat dinilai pada saat sebelum pelaksanaan shalawat dimulai namun
penulis menempatkanya pada langkah ini guna untuk menekankan bahwa ketika
melaksanakan shalwatan jamaah harus
menggunakan pakaian yang sopan serta rapi dan juga duduk dengan sopan, bagi
yang dapat melantunkan syair lagu ini mereka akan melantunkanya secara
bersama-sama namun ketika mereka tidak mengetahui syair lagu ini, mereka diam
dan mendengarkan syair yang dilantunkan. Dari kegiatan bershalawat ini mereka
akan terbiasa ditelinganya dengan lantunan syair-syair pujian terhadap
rasulullah dan berdampak kepada jamaah yang akan selalu melantunkan itu dimana
pun ia berada. Hal ini berpengaruh sekali kepada sikap dan mental jamaah apalagi
ketika hal ini diterapkan di pelaksanaan pendidikan agama Islam tentang mata
pelajaran PAI. Aspek yang ketiga adalah aspek psikomotorik, yang mana pada
aspek ini juga dilatih kemampuan psikomotorik dari jamaah, yang mana ketika
shalawat di lantunkan kelompok pemain tar akan mengiringi lantunan syair
tersebut dengan indah, memerhatikan tempo dan ritme syair yang dibawakan.
Pemain tar ini tidak hanya memiliki satu jenis pukulan saja namun pada majelis
shalawat nurul mustofa ini memiliki 4 tar yang dipukul dengan bunyi yang
berbeda. Dampak psikomotorik ini tidak hanya berlaku kepada kelompok penabuh
atau pemain tar, hal ini juga berdampak kepada jamaah lainya ketika
mendengarkan tampa disadari tubuh, tangan, jari kaki kepala mereka juga
mengikuti irama permainan dan pukulan shalawat ,dan hal ini dapat menimbulkan
motovasi yang tinggi kepada mereka untuk ingin mencoba cara memainkan alat
tersebut. Dan tanpa disadari ketika mereka ingin memainkan alat itu mereka juga
harus hafal syair hadrah yang akan mereka lantunkan.
Bayangkan apabila hal ini diterapkan
kedalam strategi pembelajaran yang diadakan di lembaga formal untuk menjelaskan
bahan ajar berupa Aqidah, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Maka ini
akan berdampak kepada seluruh capaian aspek yaitu Kognitif Afektif dan
Psikomotorik peserta didik dan kemahiran serta kepandaian peseta didik dalam
memainkan hadrah akan menjadi prestasi bagi generasi tua melanjutkan estafet
budaya Lokal yang telah diadopsi umat islam dan menjadi budaya dalam agama
Islam ini.
Dari pemikiran diatas, itu berawal
dari pertanyaan yang akan dilemparkan untuk responden pertanyaanya adalah
apakah Pelaksanaan Pendidikan Agama islam terdapat dalam langkah melantunkan
syair lagu di selah-selah pembacaan rawi. Pertanyaan tersebut dijawab dengan ustad Ikhwanuddin (5 september
2015) yang semakin memperkuat dari pernyataan diatas beliau menjawab “untuk
menghilangkan kejenuhan serat membuat kondisi tersebut menjadi lebih semangat”.
Sedikit jawaban ini telah melambangkan dari kesimpulan yang dapat penulis
jabarkan diatas.
Lalu dilanjutkan dengan pembacaan
assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah
dengan posisi berdiri. Dalam pelaksanaan ini peneliti belum dapat menjelaskan
mengapa harus berdiri, dan kebingungan ini peneliti membuatnya menjadi
pertanyaan yang akan disampaikan kepada responden pertanyaanya adalah apa
pelaksanaan Assraqal ini mengandung Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam?
Pertanyaan ini saya tanya kan kepada Ustadzah Gunarti khairiyah dan beliau
menjawab,
Ya ada, karena didalam pembacaan Assroqol ini menyangkut tentang
penanaman serta keyakinan seseorang untuk bershalawat kepada Nabi, dan pada
saat assroqol ini jamaah meyakini Nabi Muhammad SAW Hadir di antara lantunan
shalawat jamaah.
mendengarkan dari jawaban ini muncul
pertanyaan mengapa dalam melantunkan Assrakal dengan cara berdiri? Ustadzah
Gunarti khairiyah (30 september 2015) menjawab,
“Karena Tanda bukti cinta dan bahagia saeorang uinsan ketika
dilahirkan rasullullah, bahkan bukan hanya manusia seluruh makhluk yang ada
didunia itu turut bergembira”
dan pertanyaan yang kedua ini juga mendapatkan jawaban dari Ustad
Ikhwanudin, ( 5 September 2015) beliau menjawab “salah satu bentuk penghormatan
kita kepada nabi muhammad dan tata cara berdiri ini menurut pendapat sebagian ulama ketita teks arab dari
kitab ini ditafsirkan ke bahasa
indonesia adalah menceritakan sejarah nabi ketika lahir hingga kecil, dan para
ulama berpendapat mengenai hal ini
alangkah lebih bagusnya kekita ini dilantunkan dengan berdiri, mengingat ketika
nabi lahir kedunia semua alam dan isinya bergembira kepada nabi, dan ketika
melantunkan ini adalah salah satu bentuk rasa gembira, cinta kepada nabi”.
Dari penjabaran di atas penulis dapat menyimpulkan
mengenai hal ini bahwa filosofi dari sikap yang di lantunkan ini adalah berkaca
dari kegembiraan dan semnagat ketika kelahiran nabi, namun hal ini juga dapat
dilihat dari jamaah, ketika mereka melantunkan dengan berdiri semangat mereka
dalam melantunkan syair shalawat lebih hikmat dan tidak sedikit diantara jamaah
ini melantunkanya hingga menangis. Hal ini sudah pasti berdampak pada aqidah
mereka yang telah menganggap kehadiran Allah dan Rasulnya menyatu pada
pengajian tersebut.
Langkah selanjutnya adalah pembacaan
doa maulid Addiya ulami’ dan saya bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah,
dimana letak Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan berdoa?
beliau menjawab
“semuannya mengandung pelaksanaan pendidikan Islam, baik dari segi
pelaksanaanya sampai ke lafadz kitabnya. Langsung saya contoh kan saja biar
lemih mudah di fahami, mengapa doa ini di lakukan di akhir, contohnya orang yang meminta upah keringatnya secara
otomatis harus bekerja terlebih dahulu.
Sama hal nya di dalam pengajian ini, setelah melakukan segala amaliyah
pembacaan shalawat Addiyaulami’ lalu di
sempurnakan dengan berdoa dengan berharap apa yang telah dikerjakan menadapan
ijabah dari Allah dan sebagai bentuk tawaqalnya kepada Allah dan salah satu
doanya kita minta dipertemukan dengan kekasih
Allah di syurga firdaus. Dan kalau di terjemahkan di dalam isi doa itu
banyak sekali makna yang terkandung dan tertuju untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Pembacaan doa ini adalah penutup dai
rangkaian pembacaan maulid yang dibacakan, disini juga mengandung nilai aqidah,
yanag mana islam mengajarkan dalam melaksanakan dan mengakhiri satu kegiatan
haruslah dengan berdoa dan dilanjutkan dengan istirahat sejenak
Setelah istirahat sejenak langkah
selanjutnya adalah Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau
sutad yang datang pada malam itu. Tausiah agama yang disampaikan, memang lah
tidak terprogram dan tidak memiliki perencanaan penyampaian tausyiah secara
terukur seperti Rencana pelaksanaan pembelajaran di lembaga formal, namun
tausiyah yang disampaikan ini runtut dari maerti-materi agama dan sesuai dengan
tahapan-tahapan penjelasan, salah satu contoh, pada malam pertma guru akan
menjelaskan tentang mengapa harus shalawat, lalu menjelaskan apa manfaat
shalwat, menjelaskan tentang shalawat dalam kajian pandangan kitab-kitab lalu
menjelaskan tentang hakikatnya bersalawat. Materi yang disampaikan ini berpola
maju yaitu pengetahuan yang diberikan akan selalu meningkat dan runtut sesuai
dengan sistem. Bukan hanya ini saja pada saat menjelaskan materi ini seorang
guru yang menjelaskan juga memiliki kopetensi sebagai penceramah jadi
materi yang disampaikan sangat mudah sekali untuk di serap.
Pertanyaan pun telah disiapkan untuk
responden tentang langkah ini, apa Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang
dapat diambil dari mendengarkan tausiah Agama? Ustadzah Gunarti khairiyah (30
September 2015) menjawab
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam pada tahan ini jelas sekali,
karena dalam pelaksanaan ini kita di ajarkan, dinasehati untuk selalu bertaqwa
kepada Allah dan Rasulnya dan hal ini Tergantung dari materi yang disampaikan
karena dapat dikatakan seluruh unsur pendidikan Islam terdapat didalam materi
yang disampaikan bersumber dari Al-quran dan Hadist.
Setelah tausiah, dilanjutkan dengan
istirahat. Istirahat ini biasanya tuan rumah menyiapkan hidangan untuk dimakan,
hal ini adalah bentuk ucapan terimakasih serta sedekah dari tuan rumah dengan
menghidangkan makanan yang telah disediakan dan setelah semua selesai menikmati
hidangan berakhir pula lah kegiatan pengajian pada Kelompok Kesenian Hadrah
Nurul Musthofa dan seorang jamaah memimpin untuk membaca doa majelis dan
membaca shalawat Pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu.
Oleh karena itu, peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dai setiap
langkah-langkah pengajian yang dilaksanakan oleh Kelompok Kesenian Hadrah Nurul
Musthof. Dan semua langkah-langkah yang dilaksanakan baik untyuk diterapkan didalam
pembelajaran di pendidikan formal karena menyangkut segala aspek Pendidikan
Agama Islam.
Dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah ini banyak sekali nilai
Pendidikan Agama Islam yang terkandung di dalamnya baik dari kitab yang baca,
pelaksanaan pengajian, dan tausiah Agama yang diberikan oleh ustad. selain itu
semua jamaah tanpa disadari melaksanakan Pendidikan Agama Islam yang dibentuk
oleh pelaksanaan Pendidikan informal yang komposisinya adalah orang tua yang
berusia 30 sampai 50 tahun dan bekerja sebagai kariawan swasta.
Dari hasil wawancara yang didapat, maka
peneliti akan memaparkan hasil wawancara yang dtelah dijawab oleh
responden. Pertanyaan pertama peneliti utarakan kepada ustad Khaidar selaku
Ustad yang memberikan tausiah di Majelis Nurul Musthofa, pertanyaanya adalah
adalah Menurut bapak, Pendidikan Agama Islam apakah yang terkandung dalam
Kesenian Hadrah Nurul Musthofa? ustad Khaidar (Kamis, 1 oktober 2015) menjawab,
“nilai Pendidikan
Islam yang dapat diambil pertama Akhlak kita terhadap manusia yaitu menjalin
silaturahmi. Karena pada pengajian Kesenian Hadrah ini
adalah tempat atau fasilitas untuk
mengumpulkan orang dan untaian kata indah di dalam kitab Addiyaulami’
ini menceritakan tentang akhlak dan Sifat Nabi Muhammad SAW. Yang kedua tentang
Aqidah jamaah yaitu berzikir. Karena ini adalah
sarana untuk mengingat Allah SWt
dan rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas
dari aqidah atau kepercayaan umat Islam pada umumnya, pendidkan akhalak, dan
pada saat tausiah agama secara otomatis semua materi pendidikan Agama Islam
terdapat di dalam penyampaian serta memberikan nasihat untuk yang lain”.
Pertanyaan selanjutnya, apakah Pendidikan Agama Islam
terkandung di setiap langkah-langkah pelaksanaanya?, Khaidar (Wawancara Kamis,
1 Oktober 2015) menjawab,
Jelas
Ada. yang berhubungan dengan akidah, membeca huruf-huruf ijaiah, tausiyah
sejarah dan membaca hsejarah nabi, dan ada nilai fiqhnya salah satu contoh di dalam teks kitab kita
diajarkan untuk bersuci dan hal ini juga ada dalilnya di dalam Al-quran dan
Hadis maka hukum Fiqhnya sunah malah ada sebagian ulama yang mewajibkan
bersholawat kepada Nabi.
Selanjutnya, sebelum pertanyaan saya
berikan, lalu saya membacakan langkah-langkah pelaksanaan kesenian hadrah di
Majelis Nurul Musthofa setelah itu saya bertanya kemabali kepada Ustad haidar,
S.Pdi. Bisakah bapak jelaskan secara rinci pelaksanaan pendidikan Agama islam
dari setiap langkah-langkah yang telah disebutkan? Ustad haidar, S.Pdi (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“kegiatan dilaksanakan
secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan.
Hal ini adalah bentuk bimbingan yang sistematis karena hal ini telah di
rencanakan baik oleh pengurus jamaah . dan ini dibuat untuk sarana untuk mengingat Allah SWt dan rasulnya dengan
membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari sumber aqidah
umat Islam yaitu Al-quran dan Hadist”
Terus ustad di dalam tawasul itu apakah mengandung pendidikan agama
Islam?
“Jelas ada tawasul itu
menurut bahasa adalah perantara “ini juga di jelaskan didalam surah
Al-maidah ayat 35 yang artinya “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan cerilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya, dan berjihadlah
pada jalanya supaya kamu mendapat keberuntungan. Di dalam kitab Mafahim, atau KutubuSitta
(kumpulan hadis-hjadis shahih) “ dari Abu Syaid Al-khudri bahwasanya Nabi SAW
berbda: “sesunggunya hanya saja pertolongan Allah, itu kepada umat ini dengan
sebab orang-orang lemah di antara mereka,dengan sebab doa mereka shalat mereka
dan ikhlasnya mereka”. Di dalam tawasul juga mengandung pendidikan sejarah
keIslaman yaitu mengingat jasa ulama yang disebutkan namanya yang di sesuaikan
dengan runtutan zamanya, lalu nilai Akhlak yang terdapat di dalam tawasul ini
kita di ajarkan untuk menta’zimi ulama-ulama yang telah mendapatkan derajat
yang tinggi disisi allah dan hukum fiqh ini hukumnya sunah.
lalu membaca kitab shalawat Addiya Ulam.
Lalu saya bertanya lagi tentang
apakah kitab Addiya Ulami ini mengandung pendidikan Agama Islam ? Ustad haidar,
S.Pdi (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“Iya. Pertama mengandung pendidikan akhlak yaitu di dalam dalam
kitab tersebut terdapat hal yang mengajak kita berbuat kebaikan. Kalau didalam
pendidikan Quran dan Hadistnya juga ada dalilnya yaitu Surah At-taubah 128, Al-Ahzab: 56. Aqidahnya adalah di dalam kitabnya sudah mengandung doa dan
mengajak kita hanya menyembah kepada Allah. Kalau pendidikan sejarah Sejarah
menceritakan sejarah nabi dan Fiqhnya salah dari kitab satu lafadz mengajarkan kita untuk bersuci”.
Apa pendidikan Agama Islam yang
terkandunfg didalam pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan bergiliran
kepada setiap anggota? Ustad haidar, S.Pdi
(Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“pendidikan Agama Islam yang terkandung itu jelas. Orang yang
membacanya saja sudah mengandung aqidah, di pandang dari segi akhlak,ketika
membaca tidak rebutan bergantianatau
tertib, sejarah Islamnya juga ada dalam sejarah hadis Arbain Nawawi yang
diriwayatkan Imam bukhari Muslim yang artinya “tidaklah berkumpul suatu kaum di
rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca alquran dan saling saling
bergantian di antara mereka mempelajarinya, Melainkan turun atas mereka
ketenangan dan meliputi mereka rahmat Allah dan mereka dikelilingi oleh para
malaikat, dan Allah menyebut mereka pada orang yang ada disisinya”. Lalu Fiqh
di dalam hukum fiqh termasuk juga hukum tertib”.
Lalu pertanyaan selanjutnya apa
Pendidikan Agama Islam yang terkandung di langkah diselah-selah pembacaan
maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau
hadrah? Ustad haidar, S.Pdi (Wawancara Kamis,
1 Oktober 2015) menjawab,“mengandung akhlak yaitu pengamalan Al-qurah, karena
membaca shalawat dan di Al-quran mengajak kita untuk bershalawat”.
Lalu Ustad apa yang apa Pendidikan
Agama Islam yang terkandung di dalam pembacaan assraqal yang dilantunkan semua
jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri? Ustad
haidar, S.Pdi (Wawancara kamis, 1
Oktober 2015) menjawab,
“mengandung
pendidikan Aqidah, menurut aqidah ahli sunnah wal jama’ah, ketika assroqol nabi
itu hadir dan di dalam teks assraqal itu jelas salah satu contoh teks nya “ya
nabi salam alaika” yang artinya ya
Nabi kesejahteraan atas mu. Kata mu ini digunakan untuk orang pertama tunggal
yang berinteraksi langsung dan tidak menggunakan katan –nya. Mengapa harus
berdiri ini juga ada dalil yang bisa di ambil dan mengandung dalil hadis yaitu
di dalam kitab i’lambifataw aimatil Islam haulu maulidihi alaihi shalatu
wassalam. ( Al-i’lam)
Lalu apa Nilai Pendidikan Islam yang terdapat
di dalam pembacaan doa maulid Addiyaulami’? Ustad haidar, S.Pdi (Wawancara kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“Mengandung pendidikan Aqidah yang mana menyangkut keyakinan jamaah
dalam membaca doa dan hanya meminta kepada Allah yang salah satu contoh awal
kitabnya “Ya Rabbi Sholli ‘ala Muhammad Ya Robbi sholli ‘alaihi wa sallim”. ini
berisi permohonan dan doa yang akhir minta diijabah Allah, dan biasanya pada peembacaan maulid di awali
dengan doa, di tengah ada doa dan diakhiri dengan doa.
Yang terakhir
ustad, Pendidikan agama Islam apa yang terkandung didalam Mendengarkan taushiah
agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu? Ustad
haidar, S.Pdi (Wawancara kamis, 1
Oktober 2015) menjawab,
“Semua unsur pendidikan Agama Islam ada di dalam itu, apa pun
materinya. Pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu”.
3.
Apa dampak kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan
Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
Kemudian
pertanyaan dilemparkan kepada pemain apa manfat dari melaksanaakan kegiatan
Hadrah ? Muhammad Jufri ( 1 September 2015) “termotivasi untuk beribadah
khususnya bershalawat, haru dan senang”. Dakum
(Wawancara, Senin, 3 oktober 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan
shalawatan di majelis Nurul Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah,
dan saya sangat senang dengan adanya pengajian shalawatan ini”, selanjutnya,
Kardiman( Wawancara, Selasa, 3 oktober 2015), “Saya mengikuti shalwatan ini
saya merasakan semangat dan senang”.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat lima Pendidikan
Agama Islam dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah Nurul Musthofa desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu
Raya yaitu Quran Hadist, Aqidah,
Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqh Khusunya tentang Fiqh bertetangga yang
sesuai dengan hasil dari wawancara peneliti dengan responden, dan hal ini juga terbukti
efektif untuk sebagaiwadah pendidikan, karena ada beberapa jamaah yang
mengikuti pengajian atau kesenian Hadrah Nurul Musthofa ini berdampak kepada
motivasi keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad
SAW, sebagaimana yang disebutkan oleh Dakum
(Wawancara, Senin, 20 April 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan
shalawatan di majelis Nurul Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah,
dan saya sangat senang dengan adanya pengajian shalawatan ini”,. Hal ini senada
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua jamaah
akan berdampak meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
C.
Temuan
Penelitian
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa selain pelaksanaan
Kesenian Hadrah yang diadakan satu bulan sekali yang ditujukan kepada setiap
jamaah Majelis Nurul Musthofa, jamaah yang memainkan hadrah juga sering
diundang dalam acara-acara seperti nikahan, khitanan akikah dan lain-lain.
Namun, dalam hal ini banyak sekali
prestasi yang dapat mereka berikan, baik prestasi dalam mengikuti lomba hadrah
dalam tingkat kabupaten dan provinsi
tidak hanya sebatas itu. Prestasi yang paling bersejarah adalah majelis
Nurul Musthofa dapat dikatakan sejarah yang mencatat sebagai majelis yang
menyiarkan shalawat dan diterapkan masyarakat dan menjadi budaya di mayarakat
kuala dua dan menurut ustad Ikhwanudin ( 5 September 2015) beliau mengemukakan
bahwa masyarakat sekarang lebih senang memutas musik hadrah dari pada dangdut
adalah salah satu faktor atau pengaruh dari syiarnya Majelis Shalawat Nurul Musthofa.
D.
Pembahasan
Berdasarkan
fakta dan data dari hasil temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian ini,
temuan data seperti yang dipaparkan di atas, akan diadakan pembahasan seperti
di bawah ini, agar pembahasan ini menjadi lebih sistematik, maka peneliti akan
membahasnya dalam sub-sub pembahasan sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan
Pengajian Majelis Nurul Mustofa
Berdasarkan
paparan data yang telah peneliti uraikan di atas diketahui bahwa ada pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam
setiap langkah adalah ysebagai berikut :
A.
Kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang
tepatnya pada minggu pertama awal bulan, Kegiatan
ini dilaksanakan pada 1 bulan sekali adalah sah satu bentuk pembinaan dari
keuta majelis nurul mustofa, yang dengan kegiatan ini adalah bentuk fasilitas
untuk memperkuat tali silaturahmi dan amaliyah dari jamaah. Bukan hanya dalam
bentuk ini saja, terkadang majelis shalwat nurul mustofa ini dipanggil
pengajian dalam acara-acara pernikahan, khitanan, dan akikah. Dalam hal ini
telah jelaslah bahwa kegiatan yang diadakan oleh kelompok kesenian hadrah nurul
mustofa ini termasuk dari salat satu cara syiar Islam dengan melalui kesenian
hadrah yaitu dengan cara melantunkan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW, apa
bila dipandang dalam segi pendidikan Agama Islam maka hal ini termasuk pada
pelaksanaan materi fiqh yaitu dalam bidang kemasyarakatan dan aqidah dalam bidang syiar atau dakwahnya.
B.
Sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat
membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW dan niat para jamaah, kegiatan
ini itu mengandung nilai-nilai pendidikan agama Islam yang mana secara
pelaksanaanya sebelum pendidikan dimulai dengan materi, peserta didik haruslah
diajak untuk fokus kedalam kegiatan yang akan dilaksanakan agar semua sisi dari
peserta didik dapat siap untuk menerima materi yang akan diberikan. dalam
kegiatan ini pemusatan perhatian jamaah dengan cara berkonsentrasi berdoa
kepada Allah Swt dengan cara bertawasul untuk kehadiran rasullah pada majelis
itu serta menanamkan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT dan Rasulnya. Apabila
kita kaji secara detail tawasul ini banyak sekali mengandung makna dari
setiap kata yang akan diberikan (pengertian tawasul) didalam tawasul ini
seorang pemimpin mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad, para Ambiya, para ulama,
keselamatan untk daerah tersebut serta mengirimkan niat atau hajat dari
masing-masing jamah.
C.
Lalu membaca kitab shalawat, kitab
addiyaulami ini adalah kitab yang dikarang oleh ulama berasal dari yaman yaitu
Habib Umar bin Salim bin Abu Bakar bin Salim. Yang mana kitab ini berisi 8 rawi
dan 1 assraqal yang tentang pujian-pujian kepada rasul dan sejarah rasullah Saw
serta sunnah-sunnah-Nya. Kitab ini dibaca karena kitab ini memiliki cara
membaca yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya baik dalam bentuk nada bacaan
sampai bentuk jawab atau sahutan jamaah ketika melantunkan rawi tersebut. Bukan
hanya itu saja, kitab inisering diamaliyahkan karena disesuaikan dengan kondisi
jamaah majelis nurul mustofa karena mayoritas bekerja di PT alas kusuma, yang
kerjanya memakan waktu 12 jam dalam sehari yaitu dengan rawi yang pendek serta
jumlah rawinya sedikit
D.
Pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan berkeliling kepada
setiap anggota, pembacaan ini
dilantunkan oleh setiap jamaah secara bergantian, guna untuk mengevaluasi dan
melihat bagaimana perkembangan bacaan arabnya, serta melatih keberanian jamaah
untuk melantunkan shalawat didepan orang banyak, telah tampak bahwa dengan
proses pelaksanaan ini bukan hanya berdampak kepada kemampuan jamaah membaca
dengan menggunakan bahasa arab namun juga di latih mentalnya untuk dapat
membaca menggunakan bahasa arab didepan jamaah lainya, dan hasil dari kegiatan
ini mereka akan melatih bacaanya agar tidak terbata-bata atau gugup dengan
melatih bacaanya di rumah dan juga hal ini dapat dikaitkan dengan motivasi
belajar dari jamaah
E.
Disela-sela pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan
dengan diringi tarbangan atau hadrah, syair
atau lagu-lagu shalawat yang dinyanyikan ini juga termasuk syair-syair pemujaan
kepada rasul. Guna dari pembacaan shalawat ini adalah menghilangkan kejenuhan
yang terjadi pada jamaah, lantunan shalawat yang pasti dinyanyikan adalah Assalamualaik
zainal ambiya’i, ya Rasululullah ya nabi, dan Subhanallah,
walhamdulillah walaila haillallah. Semua yang dimainkan ini berupa lantunan yang
akan membuat para jamaah hanyut kedalam syair-syair dan berdampak kepada
kecintaan mereka dalam melantunkan shalawat kepada nabi sehingga mereka akan
melantunkan shalawat tersebut dimana pun ia berada. Dalam melaksanakan kegiatan
ini banyak mencakup banyak aspek, antara lain. Aspek Kognitif, yang mana tim
hadrah yang membacakan syair ini menghafal syair lagu yang akan dilantunkan dan
lagu yang dilantunkan juga harus dibacakan dengan jelas . Aspek afektif, aspek
afektif ini telah dapat dinilai pada saat sebelum pelaksanaan shalawat dimulai
namun penulis menempatkanya pada langkah ini guna untuk menekankan bahwa ketika
melaksanakan shalwatan jamaah harus
menggunakan pakaian yang sopan serta rapi dan juga duduk dengan sopan, bagi
yang dapat melantunkan syair lagu ini mereka akan melantunkanya secara
bersama-sama namun ketika mereka tidak mengetahui syair lagu ini mereka diam
dan mendengarkan syair yang dilantunkan. Dari kegiatan bershalawat ini mereka
akan terbiasa ditelinganya dengan lantunan syair-syair pujian terhadap
Rasulullah dan berdampak kepada jamaah yang aka selalu melantunkan itu dimana
pun ia berada. Hal ini berpengaruh sekali kepada sikap dan mental jamaah
apalaagi ketika hal ini diterapkan di pelaksanaan pendidikan agama Islam
tentang mata pelajaran PAI. Aspek yang ketiga adalah aspek psikomotorik, yang
mana pada aspek ini juga dilatih kemampuan psikomotorik dari jamaah yang mana
ketika shalawat di lantunkan kelompok pemain tar akan mengiringi lantunan syair
tersaebut dengan indah, memerhatikan tempo dan ritme syair yang dibawakan.
F.
Pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh
tarbangan atau hadrah dengan posisi, salah
satu bentuk penghormatan kita kepada nabi Muhammad dan tata cara berdiri ini
menurut pendapat sebagian ulama ketita
teks arab dari kitab ini ditafsirkan ke
bahasa indonesia adalah menceritakan sejarah nabi ketika lahir hingga kecil,
dan para ulama berpendapat mengenai hal
ini alangkah lebih bagusnya kekita ini dilantunkan dengan berdiri, mengingat
ketika nabi lahir kedunia semua alam dan isinya bergembira kepada nabi, dan
ketika melantunkan ini adalah salah satu bentuk rasa gembira, cinta kepada
nabi.
G.
Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad
yang datang pada malam itu, tausiah
agama yang disampaikan, memang lah tidak terprogram dan tidak memiliki
perencanaan penyampaian tausyiah secara terukur seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran di lembaga formal, namun tausiyah yang disampaikan ini runtut dari
maerti-materi agama dan sesuai dengan tahapan-tahapan penjelasan, salah satu
contoh, pada malam pertma guru akan menjelaskan tentang mengapa harus shalawat,
lalu menjelaskan apa manfaat shalwat, menjelaskan tentang shalawat dalam kajian
pandangan kitab-kitab lalu menjelaskan tentang hakikatnya bersalawat. Materi
yang disampaikan ini berpola maju yaitu pengetahuan yang diberikan akan selalu
meningkat dan runtut sesuai dengan sistem. Bukan hanya ini saja pada saat
menjelaskan materi ini seorang guru yang menjelaskan juga memiliki kompetensi
sebagai penceramah jadi materi yang disampaikan sangat mudah sekali untuk di
serap.
2.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam
Kelompok seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015.
Berdasarkan
paparan data yang telah peneliti uraikan di atas Pendidikan Agama Islam yang
terkandung dalam Kelompok seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan
Sungai Raya yaitu :
Pendidikan Agama Islam apakah yang terkandung dalam Kesenian Hadrah
Nurul Musthofa?
Pendidikan Agama Islam didalam Kesenian Hadrah Nurul
Musthofa adalah Pendidikan Agama Islam yang dapat diambil pertama Akhlak kita
terhadap manusia yaitu menjalin silaturahmi. Karena
pada pengajian Kesenian Hadrah ini adalah tempat atau fasilitas untuk mengumpulkan orang dan untaian kata indah di
dalam kitab Addiyaulami’ ini menceritakan tentang akhlak dan Sifat Nabi
Muhammad SAW. Yang kedua tentang Aqidah jamaah yaitu berzikir. Karena ini
adalah sarana untuk mengingat Allah SWT dan Rasulnya
dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari aqidah
atau kepercayaan umat Islam pada umumnya, pendidikan
akhalak, dan pada saat tausiah agama secara otomatis semua materi pendidikan
Agama Islam terdapat di dalam penyampaian serta memberikan nasihat untuk yang
lain.
Pendidikan
Agama Islam terkandung di setiap langkah-langkah pelaksanaanya adalah berhubungan
dengan akidah, membaca huruf-huruf ijaiah, tausiyah sejarah dan membaca
hsejarah nabi, dan ada nilai fiqhnya
salah satu contoh di dalam teks kitab kita diajarkan untuk bersuci dan
hal ini juga ada dalilnya di dalam Al-quran dan Hadis maka hukum Fiqhnya sunah
malah ada sebagian ulama yang mewajibkan bersholawat kepada Nabi.
Pendidikan alangkah-langkah
pelaksanaan kesenian hadrah di Majelis Islam yang terkandung dilangkah-langkah
Kelompok ksenian Hadrah Nurul Musthofa yaitu
a.
Kegiatan
dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama
awal bulan. Hal ini adalah bentuk bimbingan
yang sistematis karena hal ini telah di rencanakan baik oleh pengurus jamaah .
dan ini dibuat untuk sarana untuk
mengingat Allah SWT dan rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang
dilaksanakan tidak terlepas dari sumber aqidah umat Islam yaitu Al-quran dan
Hadist”
b.
Sebelum pembacaan shalawat dimulai maka
pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan
junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah. di jelaskan didalam surah Al-maidah ayat 35 yang artinya “hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan cerilah jalan yang
mendekatkan diri kepadanya, dan berjihadlah pada jalanya supaya kamu mendapat
keberuntungan. Di dalam kitab Mafahim,
atau KutubuSitta (kumpulan hadis-hadis shahih) “ dari Abu Syaid
Al-khudri bahwasanya Nabi SAW berbda: “sesunggunya hanya saja pertolongan
Allah, itu kepada umat ini dengan sebab orang-orang lemah di antara
mereka,dengan sebab doa mereka shalat mereka dan ikhlasnya mereka”. Di dalam tawasul
juga mengandung pendidikan sejarah keIslaman yaitu mengingat jasa ulama yang
disebutkan namanya yang di sesuaikan dengan runtutan zamanya, lalu nilai Akhlak
yang terdapat di dalam tawasul ini kita diajarkan untuk menta’zimi ulama-ulama
yang telah mendapatkan derajat yang tinggi disisi allah dan hukum fiqh ini
hukumnya sunah.
c.
Lalu
membaca kitab shalawat Addiya Ulami. Pertama
mengandung pendidikan akhlak yaitu di dalam dalam kitab tersebut terdapat hal
yang mengajak kita berbuat kebaikan. Kalau didalam pendidikan Quran dan
Hadistnya juga ada dalilnya yaitu Surah
At-taubah 128, Al-Ahzab: 56. Aqidahnya
adalah di dalam kitabnya sudah
mengandung doa dan mengajak kita hanya menyembah kepada Allah. apabila
pendidikan sejarah, menceritakan sejarah Nabi dan Fiqhnya dari satu lafadz mengajarkan kita untuk bersuci.
d.
Pembacaan
maulid Addiyaulami’ ini di baca dengan bergilir kepada setiap anggota. Pendidikan Agama Islam yang terkandung itu jelas. Orang yang
membacanya saja sudah mengandung aqidah, di pandang dari segi akhlak, ketika
membaca tidak rebutan bergantianatau
tertib, sejarah Islamnya juga ada dalam sejarah hadis Arbain Nawawi yang
diriwayatkan Imam bukhari Muslim yang artinya “tidaklah berkumpul suatu kaum di
rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca alquran dan saling saling
bergantian di antara mereka mempelajarinya, Melainkan turun atas mereka
ketenangan dan meliputi mereka rahmat Allah dan mereka dikelilingi oleh para
malaikat, dan Allah menyebut mereka pada orang yang ada disisinya”. Lalu Fiqh
di dalam hukum fiqh termasuk juga hukum tertib”.
e.
Disela-sela
pembacaan maulid addiyaulami’
syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah mengandung
akhlak yaitu pengamalan Al-qurah, karena membaca shalawat dan di Al-quran
mengajak kita untuk bershalawat.
f.
Pembacaan
assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah
dengan posisi berdiri ini mengandung
pendidikan Aqidah, menurut aqidah ahli sunnah wal jama’ah, ketika assroqol nabi
itu hadir dan di dalam teks assraqal itu jelas salah satu contoh teks nya “ya
nabi salam alaika” yang artinya ya
Nabi kesejahteraan atas mu. Kata mu ini digunakan untuk orang pertama tunggal
yang berinteraksi langsung dan tidak menggunakan katan –nya. Mengapa harus
berdiri ini juga ada dalil yang bisa di ambil dan mengandung dalil hadis yaitu
di dalam kitab i’lambifataw aimatil Islam haulu maulidihi alaihi shalatu
wassalam. ( Al-i’lam).
g.
Pembacaan doa maulid Addiyaulami’ Mengandung pendidikan Aqidah yang mana menyangkut keyakinan jamaah
dalam membaca doa dan hanya meminta kepada Allah yang salah satu contoh awal
kitabnya “Ya Rabbi Sholli ‘ala Muhammad Ya Robbi sholli ‘alaihi wa sallim”. ini
berisi permohonan dan doa yang akhir minta diijabah Allah, dan biasanya pada peembacaan maulid di awali
dengan doa, di tengah ada doa dan diakhiri dengan doa.
h.
Mendengarkan
taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu
“Semua unsur pendidikan Agama Islam ada di dalam itu, apa pun materinya.
Pembacaan shalawat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu.
3.
Hadrah
Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun
2015
Dari wawancara
peneliti dengan responden, dan hal ini juga terbukti efektif untuk sebagaiwadah
pendidikan, karena ada beberapa jamaah yang mengikuti pengajian atau kesenian
Hadrah Nurul Musthofa ini berdampak kepada motivasi keimanan dan ketaqwaan
mereka kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana yang
disebutkan oleh Dakum (Wawancara, Senin,
20 April 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan shalawatan di majelis Nurul
Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah, dan saya sangat senang dengan
adanya pengajian shalawatan ini”,. Hal ini senada berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua jamaah akan berdampak meningkatnya
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
65
|
B.
Saran
Pada bagian ini, peneliti juga mengajukan beberapa
rekomendasi terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu pada
pihak:
1.
majelis Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa
Kuala Dua, agar dapat menyebar luaskan semangat ber shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW dan menularkan motivasi keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah dan
Rasul-Nya kepada seluruh masyarakat.
2.
Pimpinan Majelis Kesenian Hadrah Desa Nurul
Mustofa, agar selalu memberikan pemahaman tentang betapa pentingnya shalawat
dan dampak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dan membina Majelis Nurul
Musthofa agar dapat menjadi contoh serta motivasi untuk masyarakt lainya.
3.
IAIN Pontianak, agar penelitian bisa
dijadikan salah satu bahan referensi dan rekomendasi bagi mahasiswa, dosen
untuk meningkatkan kembali Budaya Lokal yang mengandung nilai Pendidikan Agama
Islam dan menambah kompetensi keprofesionalismean seorang calon guru dengan
cara menambah kompetensi-kompetensi akademik dan non akademik khususnya guru
Pendidikan Agama Islam (PAI), seperti kemampuan guru dalam melantunkan syair
dan memainkan Hadrah.
Tidak ada komentar