Header Ads

ads header

BERITA TERKINI

nilai-nilai pendidikan Islam Pada Kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya



BAB I
PENDAHULUAN


A.       Latar Belakang
Era globalisasi dewasa ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia atau pendidikan Islam pada umumnya. Argumen panjang lebar tidak perlu dikemukakan lagi, bahwa masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari arus globalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif. Dengan demikian, perbahan cara pandang umat islam harus dilakukan seiring dengan perkembangan zaman.
Ilmu pengetahuan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Dapat dikatakan ilmu pengetahuan adalah indikator untuk melihat maju dan mundurnya kualitas suatu bangsa, oleh sebab itu kita sangat memerlukan orang yang siap untuk menerima ilmu dan orang yang siap memberikan ilmu. Dalam konteks ini yang berperan sebagai pembagi dan penerima ilmu adalah seorang guru dan peserta didik yaitu dinamakan dengan pendidikan. Namun pendidikan dalam konteks ini bukan hanya pendidikan formal yang dilaksanakan didalam kelas melainkan pendidikan dalam arti luas.
1
Pendidikan ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu sosial, dari sudut pandang individu dan masyarakat. Dari sudut individu pendidikan diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi individu yaitu untuk menambah pengalaman serta pengetahuan individu, sedangkan dari sudut masyarakat pendidikan merupakan pewarisan nilai–nilai budaya oleh generasi tua kepada generasi muda.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. (Make Money at : http://bit.ly/copy_win : 09.00 WIb).
Kembali lagi dalam konteks pendidikan, bahwa pendidikan memiliki komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, seorang guru mendapatkan bagian dari komponen pendidikan tersebut. Maka tugas seorang guru bukan hanya sebagai pengajar melainkan mengemban amanat masyarakat. Seorang guru haruslah dapat menjaga dan  bertanggung jawab atas amanat yang telah dipercayakan oleh masyarakat kepada dirinya, maka dari itu guru harus mampu menjadi seorang pengajar, pelatih, inovator, motivator, programer dan evaluator yang baik agar seorang guru dapat terlihat profesional dihadapan masyarakat dan dipandang mulia Allah SWT
Seiring derasnya arus globalisasi, ada warisan leluhur yang mengandung unsur-unsur pendidikan Islam mulai memudar bahkan terancam punah, karena tergeser oleh budaya baru yang dipengaruhi oleh dunia barat yang tidak mengandung pendidikan bahkan dapat merobohkan moral dan karakter. Salah satunya adalah Kesenian Hadrah sangat jarang dilakukan oleh generasi muda akibat pergeseran budaya tersebut. Padahal dari segi manfaat kesenian hadrah lebih bermanfaat dan berpahala bagi agama, karena apabila dikupas lebih dalam syair-syair yang dilantunkan oleh kesenian hadrah ini berisikan makna yang selalu menjunjung kebesaran Nabi Muhammad SAW maupun keagungan Allah SWT.
Kesenian hadrah merupakan kesenian Islam yang ditampilkan dengan iring-iringan Hadrah/Tarbang. Kesenian Hadrah ini dimainkan sambil melantunkan syair-syair serta pujian terhadap akhlak nabi Muhammad SAW yang disertai dengan gerak tari. Biasanya kesenian ini dimainkan oleh dua kelompok, kelompok penabuh dan kelompok yang melantunkan syair. (http://jiwaterbelenggu. blogspot.com/2013/06/seni-hadrah.html tanggal 27 september  2015 jam 15:26 Wib.) Hadrah biasa dipakai pada acara perkawinan, mengantar orang berangkat haji, hari-hari besar Islam, mrnyambut kedatangan tamu dan lain sebagainya.
Perkembangan kesenian tradisional Islam ini tidak secepat kesenian modern. Kesenian-kesenian ini bukan hanya sekedar hiburan tetapi juga syiar yang masih mendapatkan tempat di kalangan masyarakat muslim. Kesenian ini sulit menembus industri rekaman khususnya, sehingga kurang dikenal masyarakat luas. Ketiadaan sosok yang bisa mengangkat kesenian tradisional Islam ini menjadi salah satu penyebabnya. Sebuah kesenian yang mengusung nilai-nilai tradisi kebudayaan Islam yang mana telah ada sejak dulu dan memberikan dampak yang sangat positif bagi penikmat atau pelakunya.
Tapi ironisnya para penikmat pemain belum bisa mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam kegiatan ini, mereka hanya asik melantunkan shalawat dan memainkan peralatan yang mengiringinya tanpa mengetahui nilai-nilai apa saja yang yang terkandung di dalamnya.
Desa Kuala Dua yang terletak di daerah Kubu Raya Kalimantan Barat adalah satu dari sekian daerah di wilayah Kubu Raya dengan berbagai keunikannya. daerah ini mempunyai letak yang strategis karena disekitar kawasan daerah ini tidak jauh dari bandara supadio. Dusun Karya I adalah perkampungan yang memiliki Perusahaan kayu dan daerah yang masih mampu bertahan dalam perekonomiannya. Masyarakat daerah luar juga banyak yang menetap di daerah ini karena  terdapat perusahaan yang dapat memberikan penghidupan atau perekonomian masyarakat, bahkan bukan hanya dari ruang lingkup Kalimantan Barat saja dari luar pulau juga banyak yang menetap di daerah ini seperti daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Banyak sekali kelompok-kelompok pengajian di daerah Desa Kuala Dua ini.  Dari kelompok pengajian ibu-ibu sampai ke anak-anak yang kegiatanya seperti yasinan, mengkaji kitab sampai ke salawat Hadrah. Itulah sebabnya peneliti mengambil latar penelitian di daerah ini. Pada penelitian ini peneliti mengambil objek kajian pada kegiatan kesenian hadrah yang diikuti oleh beberapa orang bapak-bapak di suatu pengajian, baik kelompok pemukul hadrah maupun pelantun syairnya. Kegiatan hadrah yang peneliti akan teliti ini masih bersifat tradisional. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana. Selain itu, syair- syair yang dilantunkan masih bersifat monoton atau tidak mempunyai daya jual yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah ini.
Hadrah pada kelompok ini dimainkan oleh orang-orang tua. Namun orang-orang tua di daerah ini juga tidak semua dapat memainkan tarbangan atau hadrah dan melantunkan syair hadrah, bahkan banyak pula yang tidak mengetahui apa itu Kesenian Hadrah. Kekhawatiran generasi tua, kesenian ini akan punah kemudian hari apabila tidak ada generasi muda yang mewarisinya
Kesenian ini haruslah mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, baik lembaga pemerintahan terlebih untuk lembaga pendidikan untuk tetap melestarikan dan melakukan pembinaan kepada generasi muda. Pada Dusun Karya I Kesenian Hadrah ini dimainkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, sebelum mempelajarinya mereka berdiskusi  yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dari sini jelaskan bukan hanya isi kandungan yang terdapat di dalam syair-syair saja yang mengandung pendidikan namun kegiatan yang dilaksanakan juga mengandung nilai-nilai pendidikan. Alangkah lebih baiknya apabila kegiatan ini di manajemen dengan baik oleh lembaga pendidikan guna untuk mewariskan dan memberikan pendidikan agama yang berdampak pada moral dan budaya suatu daerah.
Syair-syair yang dilantunkan biasanya menggunakan kitab Addiya ulami’ yang menggunakan Bahsa Arab. Karena itu agar kesenian ini dapat mempunyai makna yang dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat, maka perlu adanya penerjemah dan penafsir Bahasa Arab yang berguna untuk memudahkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai luhur atau sejarah Nabi yang terkandung didalam syair hadrah dan juga memotivasi regenerasi yang akan tetap menghidupkan seni budaya hadrah agar tidak hilang tertimbun budaya luar. Apabila suatu daerah tidak memiliki kesenian atau kebudayaan maka daerah tersebut akan kehilangan wujud atau ciri daerah dan generasi penerus akan kehilangan arah untuk menjalankan arah pemikirannya.  fungsi Kesenian Hadrah Dusun Karya I Desa Kuala Dua ini, adalah kesenian budaya yang harus dikembangkan untuk menjaga kelestarian budaya serta sebagai filter budaya luar yang dinilai tidak sesuai dengan luhur bangsa dan tak pantas untuk diadopsi. Kesenian Hadrah tidak dimiliki semua suku Bangsa Melayu di nusantara. Karena itu sangat disayangkan jika warisan luhur ini hilang yang disebabkan oleh tidak adanya generasi penerus.
Latar belakang penelitian ini diambil dari realita kehidupan zaman modern saat ini yang semakin kurang akan nilai-nilai spiritual keagamaan. Permasalahan tersebut diantaranya disebabkan adanya akulturasi budaya dan dampak negatif dari perkembangan teknologi. Pelajaran atau makna yang terkandung dalam syair hadrah tersebut dapat dijadikan reverensi bagi para orang tua, pendidik dan lembaga pendidikan dalam mengajarkan materi keagamaan yang selama ini masih dirasa sangat monoton sehingga peserta didik kurang bisa menyerap materi pendidikan agama islam khusunya sejarah dan keagungan nabi Muhammad SAW dengan baik. Karena pendidikan Islam merupakan hal penting bagi anak, selain karena mereka adalah generasi penerus bangsa dan agama pada tataran usia merekalah sebaiknya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam diterapkan.
Menurut Purwadi (2004: 122) Contoh nyata yang terjadi pada zaman yang kita kenal dengan zaman Walisongo dimana mereka menyebarkan agama Islam lewat kesenian dengan seni ukir, seni musik gamelan dan wayang, metode dakwah ini dibawa oleh sunan Kalijaga didalam melakukan dakwah islamisasi dijawa dengan mempergunakan seni. Dengan strategi penyebaran dakwah para wali ini, banyak sekali masyarakat pada saat itu merubah pola hidup serta  merubah keyakinan yang telah diturunkan oleh nenek moyang mereka sehingga mereka menerapkan pola hidup yang diajarkan para wali yaitu pola hidup sesuai dengan syariat agama Islam.
Maksud penelitian  Kesenian Hadrah ini adalah karena hadrah merupakan salah satu media untuk menanamkan nilai-nilai terhadap jamaah atau masyarakat pada umumnya. Melalui Kesenian Hadrah diharapkan masyarakat nantinya bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam  yang terdapat dalam kegiatan pelaksanaan hadrah dalam kehidupan nyata. Selain itu, dalam pelaksanaan hadrah juga senantiasa mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kepada setiap jamaah dengan menggunakan metode yang berasaskan pada ajaran agama Islam, yaitu agar memiliki sikap sabar, selalu ingat (dzikir), dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dianjurkan untuk selalu melakukan amal kesalehan dengan prinsip amal ma’ruf nahi mungkar.  Dari penmikiran inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, khususnya pada nilai-nilai yang ada dalam kegiatan Kesenian Hadrah. Sehingga Penulis Menyusun Skripsi ini Dengan Memberi Judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015”.

B.       Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka menjadi fokus penelitian secara umum bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015, sedangkan sub masalah yang akan difouskan dalam penelitiian ini adalah :
1.      Bagaimana pelaksanaan kesenian hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
2.      Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015 ?
3.      Apa dampak kesenian hadrah hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
C.       Tujuan penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan pelaksanaan kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015
2.      Mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015.
3.      Mengetahui dampak kesenian hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015
D.       Manfaat penelitian
Di dalam penelitian Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015. Mengandung dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan juga manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Manfaat teoritis
a)      Penelitian ini ditujukan untuk menambah kajian pustaka atau khazanah kelimuan budaya lokal yang membahas tentang penerapan Kesenian Hadrah.
b)      Memberikan pengetahuan tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015.
2.      Manfaat praktis
a)      Manfaat bagi Majelis Shalawat Nurul Mustofa
 Bermanfaat membuka wawasan bahwa kegiatan yang dilaksanakan mengandung nilai-nilai pendidikan Islam
b)      Manfaat bagi penulis
Menambah manfaat teoritis peneliti serta untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama kuliah untuk meraih gelar strasa satu
c)      Manfaat bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
Menambah literatur kepustakaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Kesenian Hadrah serta Membuka pemikiran lembaga untuk sadar akan manfaat hadrah, khusunya mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.























BAB II
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELOMPOK SENI HADRAH NURUL MUSTOFA
A.    Penelitian terdahulu yang relevan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan penelusuran terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diharapkan dapat membantu memberikan arahan agar penelitian ini lebih fokus, penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Skripsi (2008) yang ditulis oleh Mukhlis Wahyudi (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan judul: “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kasidah Burdah Karya Imam Al-Bushiri ” skripsi ini menyimpulkan bahwa kasidah burdah juga terdapat nilai-nilai tentang materi aqidah, syariah dan akhlak, yang mana nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai acuan dan penyampaian materi dalam pendidikan Islam, walaupun tidak mencakup semuanya. Cakupan tentang materi aqidah dalam kasidah burdah ialah rukun iman yang enam, materi syariah mencakup tentang shalat, puasa, doa, dan jihad, sedangkan cakupan materi tentang akhlak ialah akhlak kepada Allah, Rasul serta akhlak kepada diri sendiri.
10
Skripsi (2001) yang ditulis oleh Nurhidayah (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan judul: “Peranan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak-anak Lewat Nyanyian dan Musik di SDA Pelem Kecut Yogyakarta”). Skripsi ini menyimpulkan bahwa audio nyanyian dan musik dapat digunakan sebagai salah satu media penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Adapun pembelajaran melalui Nyanyian dan Musik ini dapat berpengaruh pada penanaman nilai Aqidah, Akhlah dan ibadah serta dengan cara ini peserta didik dapat menghilangkan kejenuhan belajar.
Skripsi tahun 2012 yang ditulis oleh Andhika Abrian Saputra, (Jurusan pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta), yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kesenian Hadrah MAN Wonokromo, Bantul”. Kesimpulanya adalah   Nilai-nilai pendidikan Islam yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya: a). nilai akidah, disini memberikan suatu penekanan terhadap peserta didik akan keimanan yang telah tertanam pada diri mereka dengan selalu bersholawat dan berdzikir. b). Nilai Akhlak merupakan inti dari pendidikan islam, sebab pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia. c). Nilai ibadah. Dalam penelitian ini, nilai ibadah yang dimaksud adalah ibadah yang  merupakan bentuk pengabdian, penghambaan atau penyembahan. d). Nilai sosial. Dalam aspek sosial kesenian ini memberikan banyak pembelajaran kepada peserta didik tentang pentingnya.
Oleh sebab itu, dengan melakukan penelitian yang mengangkat salah satu kesenian  lokal yang mempunyai beberapa pelaksanaan pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam kelompok  kesenian hadrah Nurul Musthofa dan diharapkan dengan pelaksanaan pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam kesenian Hadrah ini nantinya bisa dijadikan sebagai salah satu acuan ataupun rujukan dalam proses pendidikan Islam, khususnya di Indonesia. Dari tulisan-tulisan di atas, nampaknya belum ada yang secara khusus membahas pelaksanaan pendidikan Agama Islam  yang mencakup dari  kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman yang sumber utamanya Al-Quran dan Hadist dalam kelompok Kesenian Hadrah, khususnya majelis Nurul Mustofa  Desa Kuala Dua. Dengan begitu maka telah jelas terdapat ruang pembeda antara kajian penulis dengan penelitian sejenis lainnya, karena penulis membatasi penelitian ini dengan lebih memfokuskan pembahasan Pelaksanaan Pendidikan Agama  Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015.
B.     Landasan Teori
Setelah penulis melakukan penelusuran dari beberapa literatur terdapat beberapa landasan teori yang dapat menjadi landasan penelitian ini, dan diharapkan dapat membantu memberikan arahan agar penelitian ini lebih fokus, penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Adisusilo (2012: 64) Notonagoro mengelpompokan nilai menjadi tiga bagian, yaitu: 1) nilai materil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia; 2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktifitas; 3) nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia. Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: a) nilai kebenaran, yang bersumber pada akal budi manusia; b) nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia; c) nilai kebaikan atau moral, yang bersumber pada unsur kehendak menusia; dan d) nilai religius, yaitu nilai yang bersumber pada keyakinan manusia akan tuhan.
Muslich, (2011: 108) pendekatan penanaman nilai-nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut pendekatan ini,tuujuan pendidikan nilai adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan perubahanyanilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. (superka, et al 1976) menurut pendekatan ini metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif simulasi permainan peranan dan lain-lain.
Amin. (2011: 79) Nilai-nilai keislaman adalah suatu yang mendorong, menggerakan, dan yang mengandung manfaat yang luar biasa bagi seseorang dan kelompok dalam setiap perbuatan dan ucapan berdasarkan ajaran Islam. Secara operasional nilai-nilai Islam dapat digali dari pribadi Nabi Muhammad Saw, karena kehidupan beliau erat hubunganya dengan kaidah islamiyah.
Idris (2005: 148) Konsep pendidikan islam didasari kepada suatu acuan bahwa islam sebagai agama, system. Pendidikan menurut islam merupakan upaya mendidik agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan cara hidup seseorang) oleh karena itu pendidikan islam terwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau kelompok peserta didik dalam menanamkan dan /atau menumbuh kembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya.
Ramayulis (2012:30) pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat dan negara.
Azra (1999:4). Pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasinya adalah istilah "tarbiyah", "ta'lim dan "ta'dib" (Azyumardi Azra, 1999:4). Dalam rangka yang lebih rinci, M. Yusuf Al-Qardhawi (dalam Azyumardi Azra, 1999:5) memberikan pengertian pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Sementara itu, Hasan Langgulung dalam Azyumardi Azra (1999:5) merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Idris (2005: 148) Konsep pendidikan islam didasari kepada suatu acuan bahwa islam sebagai agama, sistem Pendidikan menurut islam merupakan upaya mendidik agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan cara hidup seseorang) oleh karena itu pendidikan islam terwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau kelompok peserta didik dalam menanamkan dan atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya.
Ramayulis (2012:37) berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia Tahun 1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah, mengarahkan, mengerjakan, melatih, mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Ramayulis (2012:21) Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan perserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani , bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama islam daru sumber utamanya kitab suci al-Quran dan al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.
Abdullah (2009:1) Geerts juga mengakatakan bahwa kebudayaan itu “merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan”.
Abror, (2009:156) kata adat adalah istilah dari bahasa arab. Istilah ini telah di terima oleh semua penutur bahasa melayu di nusantara dengan arti “kebiasaan” dan “kelaziman”  (menurut selat, (1989 :1) adat adalah suatu bentuk tingkah laku dan cara manusia berpikir yang telah ada dan dipraktikan sejak lama sehingga dianggap sebagai tradisi
Amin. (2011: 87). Prilaku budaya (culture behavior) yang diukur dari prilaku berbudi, berakhlak dapat dicontohkan pada waktu acara-acara yang dimulai dengan menampilkan tari persembahan seperti dikepulauan Riau yang kental dengan budaya melayu, tari penyambutan di Kalimantan, budaya ini menunjukan nilai-nlai luhur yaitu rsa hormat kepada orang-orang yang patut di hormatui, nilai-nilai sopan santun kepada orang-orang yang lebih tua, pemimpin yang bijaksana patut diteladani, nilai-nilai ketaatan kepada ajaran agama dan kepercayaan yang dipegang teguh sebagai pedoman hidup, agar tidak menyimpang dari norma-norma bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga terwujudnya masyarakat yang damai, aman, makmur dan sejahtera. Damai dalam keamanan, dalam kemakmuran, dalam kesejahteraan. Damai dalam keamanan, dalam kemakmuran, dan dalam kesejahteraan. Sejahtera dalam kedamaian, dalam keamanan, dan dalam kemakmuran.
Anwar(2003 : vii) Cerita dalam syair ini pantas dibacakan disela-sela kesibukan anak, remaja dan siapa saja untuk mengimbangi pengaruh budaya asing yang masuk menelusup mempengaruhi moralitas generasi kita. Mari kita junjung tinggi adab dan budaya, karena kita orang beradab dan berbudaya.
Abror, (2009 :155) Masyarakat Melayu dari waktu kewaktu hidup dalam lingkungan adat. Mereka memandang tinggi adat dan menjaganya sedemikian rupa agar tidak dilupakan atau lenyap, apalagi dilanggar oleh anggota masyarakat.  Kesetiaan dan kepatuhan mereka terhadap adat terungkap dalam ungkapan adat ini  hidup dikandung adat, mati dikandung tanah, biar mati anak asal jangan mati adat. Menurut Abdullah dalam  Abror, (2009 :155)  Adat bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang teratur dan memenuhi syarat keamanan dan keadilan bagi setiap anggotanya.
Effendy, (2006 :82) Masyarakat Melayu nusantara dikenal sebagai masyarakat yang memiliki aktifitas tinggi dalam bersastra. Dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di ketahuai bahwa ditengah masyarakat ini terdapat berjenis-jenis karya sastra dalam jumlah besar, sebagian daripadanya tersimapan dalam bentuk tulis di atas kertas merang, kertas cap air, lontar, bambu dan sebagainya. Sebagian lainya lagi tersimpan dalam bentuk lisan yang ditranmisikan meluli lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meskipun sistem pengawetanya berbeda, keberadaan dua bentuk produk kebudayaan itu tidak terpisah satu sama lain, keduanya bagaikan dua sisi dari sebuah mata uang. Dalam banyak contoh baik dimasa lalu maupun di masa kini, terdapat sastra lisan yang setelah diawetkan dalam bentuk tulis dilisankan kembali entah secara stylized entah secara non stylized. Sweeney dalam Effendy, (2006 :82) begitupun sastra karya tulis dalam bentuk puisi atau cerita pendek belum sepenuhnya dinikmati secara individual, melainkan dinikmati secara bersama-sama dalam sebuah acara yang diadakan khusus untuk keperluan.
kesenian Hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis. selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40 hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang, KH. Ahmad Suyuti. (http://jiwaterbelenggu. blogspot.com/2013/06/seni-hadrah.html tanggal 15 1 2014 jam 01:26 Wib.)
Dari segi bahasa makna Hadrah, lanjut Rahman lagi, diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. (http://www.haluankepri.com/bintan/35470-mengenal-lebih-dekat-hadrah-al-amin-warisan-budaya-islam-di-bintan.html. kamis tanggal 15 januari 2015. Jam 09:56)






      BAB III
METODE PENELITIAN


A.          Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini lebih menekankan pada penelitian lapangan (field research), yang mana pengumpulan datanya dilakukan di lapangan yang mengambil unit penelitiannya dalam suatu lembaga pendidikan. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif.  Metode ini digunakan untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori. Nilai-nilai Pendidikan  Islam dalam kelompok kesenian hadrah Nurul Musthofa Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2015.
Menurut creswell dalam Sumantri ( 2011: 167) pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang beardasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomenal kesehatan dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran komplek, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami .Bogdan dan Taylor dalam Sumantri (20011:167) Mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati.
Bustam (2014:230-231) Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini juga bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik objek penelitian secara faktual dan cermat. Dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk mendeskripsikan dan Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Tahun 2015. Sejalan dengan pengan pendekatan semiotik, pemaksaan yang dideskripsikan pada penelitian ini yang dihasilkan melalui dua macam pembacaan, yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik, dimana pembacaan ini tidak semata-mata mengalihbahasakan, tetapi juga terikat pada konvensi yang membentengi dari kesalahan penafsiran, tentu dipengaruhi pula oleh repertoire sebagai reader.
B.           Penelitian Lokasi
Majelis shalawat nurul Mustofa merupakan Majelis shalawat  yang berada di jalan KH Abdurrahman Wahid Gang Amaliah Durun Karya I Desa Kuala Dua Kecamatan Suingai Raya Kabupaten Kubu Raya. Daerah ini adalah satu dari sekian daerah di wilayah Kubu Raya dengan berbagai keunikan. Daerah ini mempunyai letak yang strategis, karena disekitar kawasan daerah ini tidak jauh dari bandara supadio pontianak.  pada Dusun Karya I adalah perkampungan yang terdapat  perusahaan Alas Kusuma Group yang mana perusahaan ini memproduksi kayu lapis terbesar di Kalimantan Barat.
Agar penelitian ini berjalan lancar, sesuai dengan rencana dan data-data yang di perlukan terkumpul dengan mudah, maka peneliti memanfaatkan waktu luang responden untuk melakukan observasi dan wawancara secara tidak formal dalam suasana santai dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kesibukan responden, sehingga informasi yang di berikan benar-benar akurat. Oleh karnanya, peneliti akan mengikuti saran Denzin dalam Harun Rasyid ( 2000 : 117) sebagai berikut:
Seorang peneliti hendaknya tidak berperan sebagai peneliti, jika terpaksa mengemukakan posisi sebagai peneliti, maka di usahakan tidak menggurui dan tidak bersifat mengevaluasi responden. Perankanlah langkah-langkah natural, tidak memihak responden dan tidak menyangkal. Bersikap terbuka dan akrab tetapi direktif dan inforsinal terhadap responden.
Untuk mendapatkan data secara efektif dan efisien, maka peneliti memilih setting dalam suasana yang tidak formal (santai). dalam wawancara peneliti dilakukan setelah melakukan pengajian, di rumah-rumah dan dalam pertemuan yang tidak diduga-duga, letak setting dalam penelitian ini adalah di Gang Amaliyah Dusun Karya I Desa Kuala Dua
C.          Sumber Data
Subyek penelitian adalah orang atau pihak yang dapat memberikan informasi dari suatu penelitian. Artinya data yang akan dikumpulkan diperoleh dari sumber penelitian.
1.      Sumber Data Primer
a.       Ustad Muhammad Ikhanuddin Selaku Ketua dan Habib Toha bin Husaein bin Toha Al-jufri sebagai pembina Majelis Shalawat Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya,  peneliti dapat mengetahui proses kegiatan hadrah  di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya dan sejarah berdirinya ekstra hingga perkembangannya. Selain itu, juga dapat mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya Tahun  2015.
b.      Ustad Khaidar M.Ag yaitu Ustad yang memberikan tausiah di Majelis Nurul Mustofa, dari beliau peneliti dapat menggali data tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua  kecamatan sungai Raya.
2.      Sumber Data Sekunder
a.       Pemain Kesenian Hadrah  Desa Kuala Dua ( Muhammad Jufri, Dakum, Kardiman, Dulmanan,). Dari pemain hadrah ini peneliti dapat menggali data tentang perasaan mereka setelah memainkan atau melantunkan kesenian hadrah, merasakan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam  yang terkandung dalam kesenian hadrah dan manfaat serta perkembangan mereka setelah mengikuti kegiatan tersebut.
A.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Observasi
Menurut  Nawawi (1987:100) Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan percatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Obesvasi dilakukan langsung terhadap objek atau tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diseledikinya. Dengan kata lain disini penulis mengamati secara langsung (dengan mata) maupun tidak langsung (dengan alat bantu tertentu). Dalam metode ini penulis gunakan secara langsung untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala yang sedang diselidiki, yaitu: 1) lingkungan daerah Dusun Karya I Desa Kuala Dua. 2) Proses pelaksanaa Kegiatan Majelis Shalawat Nurul Musthofa Desa Kuala Dua  Kecamatan Sungai Raya. 3) Kondisi saat latihan Hadrah berlangsung.
2.      Interview
Teknik Interview sama dengan  wawancara. menurut Rahayu (2004:61) adalah teknik pengumpulan data dengan caratanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara lisan yang berupa keterangan langsung dari pihak yang terkait dalam kesenian Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya. Oleh karena itu, peneliti berupaya bertemu secara langsung dengan para narasumber, untuk mengetahui pendapat atau pandangan dan berbagai informasi yang diketahui oleh narasumber yang terkait dengan penelitian ini. Sehingga hasil yang didapat dari penelitian dengan menggunakan metode interview ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Interview terpimpin (guide interview) merupakan interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan sederetan pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini. Metode ini peneliti gunakan dalam mewawancarai pihak yang terkait dalam kesenian  Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya. Adapun data yang ingin diperoleh dengan metode ini adalah untuk mendapatkan data tentang sejarah kesenian hadrah Nurul Mustofa dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam  yang terkandung dalam kesenian hadrah.
b.      Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara bebas dan terpimpin. Interview ini dipergunakan untuk mewawancarai pemain hadrah atau pimpinan kesenian Hadrah  Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya. Dengan metode ini peneliti ingin memperoleh data tentang sejarah berdirinya madrasah, sejarah munculnya ekstra hadrah, pengaruh hadrah terhadap peserta didik dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian hadrah.
3.      Dokumentasi
Menurut Nawawi (1987:133) Teknik ini adalah cara menumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah pendidikan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data mengenai gambaran umum serta prestasi yang pernah didapat oleh kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.




B.     Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mancari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Bogman dalam Sugiono (2010:87) Dalam penelitian Kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal ini, penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan menggunakan  kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif, yaitu menganalisa masalah dari hal-hal yang bersifat khusus, kemudian di ambil kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penelitian ini, penulis memakai triangulasi metode yaitu dengan melakukan pengecekan data berdasarkan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif , teknik analisis data  yang digunakan sudah jelas, yaitu diadakan sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai  dilapangan. Analisi data menurt Miles dan Huberman dalam Rasyid (2000 : 69) yaitu:
1.      Pengumpulan Data
         Pengumpulan data adalah pekerjaan-pekerjaan yang menhasilkan berbagi informasi, sehingga dalam proses pengumpulan data ini diperlukana pembuatan memo untuk mempermudah peneliti mengingat dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Informasi yang peneliti proleh dapat berupa catatan dari hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan dibuat menjadi catatn diskriptif tanpa adanya rekayasa terhadap kejadian-kejadian yang ditemukan pada PKL muslim yang berjualan pada hari minggu. 
2.      Reduksi data
Menurut sugiono (2012:245) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk maka  perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan , maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan anlisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilh hal-hal yang pokok ,memfokuskan hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian sata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih yang lebih jelas dan memprtmudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik  seperti computer mini,dengan memberikan kode dengan aspek-aspek tertentu.
C.    Penyajian Data
Menurut sugiono (2012:245) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat berupa tabel, grafik, phie card dan sejenisnya. Melalui penyajian data tesebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.
Dalam penelitian kualitatif , penyajian data bisa dilakukan  dalam bentuk uraian singkat, bagan , hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data ialah teks yang bersifat naratif.
D.    Teknik Pemeriksaan atau Verifikasi
Menurut hasan Rasyid (2000 : 70) yang dimaksud dengan pemeriksaan kesimpulan ialah sebagai upaya peneliti untuk berusaha mencari makna dari data-data yang diperoleh  dengan melibatkan pemahaman penelitian. Peneliti melakukan penelitian ini diusahan untuk mencari makna data yang dikumpulkan, oleh karena itu perlunya mengambil kesimpulan data yang diperoleh dari lokasi penelitian.
E.     Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Pemeriksaan data untuk menilai keabsahan data adalah hal yang paling penting dalam menyimpulkan data yang akurat. Dalam penelitian Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni Hadrah Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Tahun 2015 ini bersifat kualitatif yaitu data yang diambli menurut  berbagai macam objektivitas dan pendapat dari masing-masing objek tersebut. Hal ini sesungguhnya merupakan kaidah-kaidah keilmuan  menurut logika, akan tetapi data-data unik seperti inilah yang harus ditempatkan  untuk kajian-kajian ilmu sosial. Agar data yang diperoleh memilki validitas dan keabsahan yang tinggi diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan.
1.      Triangulasi
Rahayu (2004:144) Esensi Rasional penggunaan metode triangulai adalah bahwa untuk memahami representasi fenomenal sosial dan kontruksi psikologis tidaklah cukup hanya menggunakan salah satu alat ukur saja. Memahami motiv, sikap, dan nilai yang dianut seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Triangulasi menekankan digunakanya lebih dari satu metode dan banyak sumber data termasuk diantaranya adalah sejumlah peristiwa yang terjadi. Rasyid (2013 :178) Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pemeriksaan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurtnya ada beberapa cara untuk melakukan trianggulasi sumber yaitu :
a.       Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b.       Membandingkan apa yang dilakukan orang-orang didepan umum dengan yang dilakukannya secara langsung.
c.       Membandingakan apa yang dikatakan seseorang dengan situasi penelitian dengan apa yang yang dikatakanya sepanjang waktu.
d.      Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen-dokumen    yang berkaitan. Jadi peneliti kembali membandingkan keabsahan data yang diperoleh dari narasumber sebagai pembanding data yang diperoleh.
2.      Member Check
             Data yang terkumpul kemudian dianalisis, untuk mengadakan pengecekan ulang. Tujuan pengecekan ini agar ionfromasi yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informasi. Data yang telah dikumpulkan tidak selamnya memiliki informasi data yang sesuai dengan fokus penelitian. Untuk itu perlu adanyanya pengecekan ulang terhadap keabsahan data yang terkumpul, sehingga penelitian tersebut memiliki kredibelitasi yang tinggi.
Member check dapat dianggap sebagai pelengkap dalam pengecekan data atau mengulangi hasil catatan yang terkumpul. Pengecekan data dilakukan setiap akhir wawancara. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki informasi yang telah diberikan apabila terdapat kekeliriuan dan kekurangan.
3.      Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup maka ketekunan menyediakan kedalaman. (sidimran.wordpress.com senin tanggal 16 pukul 10.00 WIB).
Dalam ketekunan pengamatan ini peneliti akan menganalisis data-data yang sesuai dengan fokus penelitian tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Kelompok Seni  Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015serta mengedintifikasi makna dari informasi tersebut agar data menghasilkan kedalaman penelitianyang maksimal.


                                                     BAB IV         
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
           
A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Majelis shalawat Nurul Mustofa sebagai  Majelis shalawat umum yang dibimbing oleh seorang Habaib di daerah Kuala Dua. Majelis shalawat Nurul Mustofa ini berdiri pada tahun 2010 dengan anggota majelis yang masih terbatas dan belum mempunyai program-program yang dilaksanakan. Pada tahun 2010, Majelis shalawat ini di ketuai oleh pemuka agama di daerah Dusun Karya I tepatnya di Gang Amaliah dan sekarang Majelis shalawat nurul Mustofa ini termasuk golongan tua majelis shalawat yang ada di Kuala Dua
Majelis shalawat nurul Mustofa merupakan Majelis shalawat  yang berada di jalan KH Abdurrahman Wahid Gang Amaliah Durun Karya I Desa Kuala Dua Kecamatan Suingai Raya Kabupaten Kubu Raya. Daerah ini adalah satu dari sekian daerah di wilayah Kubu Raya dengan berbagai keunikan. Budaya-budaya yang ada pada derah ini sudah membaur menjadi satu dan budaya-budaya lama masyarakat asli di daerah ini juga mengalami kepunahan salah satunya Hadrah Melayu atau Nahtim, yang pada saat ini berganti dengan Shalawatan hadrah Al-Banjari.
Daerah ini mempunyai letak yang strategis, karena disekitar kawasan daerah ini tidak jauh dari tempat persinggahan internasional yaitu bandara supadio pontianak. pada Dusun Karya I adalah perkampungan yang terdapat  Perusahaan Alas kusuma Group yang mana perusahaan ini memproduksi kayu lapis terbesar di Kalimantan Barat dengan masih bertahanya perusahaan di  daerah ini maka daerah ini dapat dibilang daerahyang masih mampu bertahan dalam perekonomiann. Maka dari itu masyarakat daerah luar juga banyak yang menetap di daerah ini karena  terdapat prusahaan yang dapat memberikan penghidupan atau perekonomian masyarakat, bahkan bukan hanya dari ruang lingkup kalimantan barat saja dari luar pulau juga banyak yang menetap di daerah ini seperti daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
2.      Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini, adalah kegiatan pelaksanaan  Majelis shalawat Nurul Mustofa yang diikuti oleh seluruh anggota rat-rata berusia 30 sampai 40 tahun yang mayoritasnya bersuku jawa. Majelis shalawatan ini diketuai oleh Ustad Ikhwanudin. Meskipun mereka berasal dari berbagai daerah yang berbeda, namun itu tidak menjadi kendala bagi mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tepat pada hari dan waktu yang telah ditentukan, mereka hadir dan siap melaksanakan pengajian Shalawatan yang dilaksanakan secara rutin.
Sebagai salah satu pelaksana pendidikan non formal. Majelis ini memiliki peran penting untuk mengendalikan budaya keislaman da daerah Dusun Karya I desa kuala dua ini Dengan demikian, apapun yang dilakukan oleh jamah ini adalah contoh bagi masyarakat untuk memelihara budaya keislaman yang mengandung nilai pendidikan agama Islam dalam pelaksanaanya.  Maka secara umum yang bertanggung jawab untuk menjaga majelis ini adalah seluruh komponen masyarakat muslim di Desa Kula Dua.
Majelis Shalawat Nurul Mustofa yang diketuai oleh ustad Ikwanudin ini mempunyai guru besar seorang Habaib yang bernama Habib Toha Husein Al-jufri bin Husein Al-jufri. Dan kemudian pada majelis Shalawat ini juga memiliki struktural yang dipilih oleh jamaah itu sendiri.
Keberadaan Habib Toha bin Husein bin Toha Al-jufri sebagai guru dimajelis Nurul Mustofa  ini, bukanlah sesuatu yang tanpa alasan. Kemampuan dalam memberikan contoh ketaqwaan serta keimanan kepada Allah Swt dalam keseharianya  adalah hal yang paling utama dalam hal ini. Menurut hemat peneliti kemapuan dan kompetensi Habib Toha bin Husein bin Toha Al-jufri tidaklah diragukan karena, beliau adalah salah satu lulusan terbaik dari hadrhamuth yaman dan termasuk salah satu murid dari seorang ulama yang salah satu  syair-syair shalawatnya sering di lantunkan di Indonesia yaitu Habib Umar Bin Salim bin Abu Bakar bin Salim.
Table 1
Nama jamaah Majelis Nurul Mustofa Desa Kuala Dua


No
Nama
Alamat
Jenis Kelamin
1
Ikhwanuddin
Gg Amalaiah
Laki-laki
2
Muhammad Alioso
Gg Nurul Amal
Laki-laki
3
Kardiman
Gg Sepakat
Laki-laki
4
Suwignyo
Komplek Alas
Laki-laki
5
Muhammad Jufri
Gg Amalaiah
Laki-laki
6
Angga Ariska
Gg Sepakat
Laki-laki
7
Hamka
Parit Bugis Darat
Laki-laki
8
Dulmanan
Sui Durian
Laki-laki
9
Dakum
Komplek Alas
Laki-laki
10
Mu’zi
Arang Limbung
Laki-laki
11
Wahidin
Komplek Alas
Laki-laki
12
Mistari
Btn Kiwi
Laki-laki
13
Muhammad Sodiq
Btn Prt Bugis
Laki-laki
14
Kaharudin
Komplek Alas
Laki-laki
15
Ilyas
Komplek Alas
Laki-laki
16
Fitriadi
Komplek Alas
Laki-laki
17
Rujito
 Gang Karya Bakti
Laki-laki
18
Syihabudin
Parit Haji Husein
Laki-laki
                                               
Sumber :  Data Sekretaris

3.      Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Pengajian Majelis Nurul Mustofa  yang diadakan di Gang Amalia Desa Kuala Dua dilaksanakan satu bulang sekali,  pengajian tersebut biasanya diadakan  rutin  malam sabtu pada minggu pertama awal bulan. Pelaksanaan Pengajian Majelis Nurul Mustofa  ini dilaksanakan dengan durasi waktu kurang lebih dua jam yaitu dari jam 19.30-21.30 WIB.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari sabtu dengan alasan mempermudah jamaah yang berminat untuk mengikutinya dan yang paling penting adalah agar tidak mengganggu waktu pekerjaan mereka yang mayoritas bekerja di perusahaan Alas Kusuma group.
B.       Paparan Data

Berikut akan dipaparkan data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan masalah pada pelaksanaan pengajian Majelis Nurul Mustofa  Desa Kuala Dua yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dalam paparan data ini peneliti akan memaparkan data dan fakta apa adanya yang terjadi di lapangan sesuai dengan fokus masalah penelitian.
1.    Bagaimana Proses pelaksanaan  Pengajian Majelis Nurul Mustofa ?
            Kegiatan hadrah yang dilaksanakan pada majelis Nurul Musthofa ini adalah kegiatan amaliyah bulanan dengan mengamalkan shalawat kepada nabi disettiap bulan. Kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang menarik perhatian masyarakat, karena kegiatan ini adalah kegiatan yang unik , disamping syair-syair bahasa arab dilantunkan juga memiliki suara tabuhan hadrah yang berirama dan saling bersautan.
            Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada setiap sebulan sekali dan memakan waktu sekitar dua jam, pastilah kegiatan ini berproses atau memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaan adapun langkah-langkah pelaksanaan yang dilaksanakan secara rutin.
            Dalam pemaparan data berikut ini akan dibahas terlebih dahulu tentang langkah-langkah pelaksanaan kesenian Hadrah yang mengandung Pelaksanaan Pendidikan Islam. Sebelum hal yang utama yang ditanyakan pada saat wawancara kepada ketua ada beberapa hal yang harus diketahui tentang pembinaan atau pelatihan dan dijelaskan langsung dengan sejarahnya ( 5 september 2015)
Bagaimana proses pembinaan majelis nurul Musthofa yang bapak pimpin? kemudian beliau menjawab,
“saya tidak langsung membina seperti kegiatan-kegiatan formal namun saya hanya memfasilitasi proses pembinaan tersebut dengan mengadakan amaliyah salawatan dalam satu bulan sekali . Namun Pertemuan itu bukan sebagai acuan dan dikatakan amaliyah bulanan untuk jamaah Majelis Nurul Mustofa. Diambil 1 bulan sekali ini karena mengingat kegiatan dan kesibukan dari diri saya dan jamaah yang ada. kalau shalawatan biasanya saya melaksanakan shalawatan ini hampir setiap minggu,  namun bukan dari majelis nurul mustofa saja, karena banyak sekali pengajian yang saya ikuti di desa kuala dua ini yang saya undang teman-teman jamaah nurul mustofa untuk menghadirinya”. Dan  hal ini juga termasuk salah satu cara untuk menjalin tali silaturahmi serta mendiskusikan masalah yang ada, Bukan hanya masalah yang timbul dari pemikiran tentang agama  namun masalah lain yang berkaitan tentang kemasyarakatan juga tidak apa-apa”.

Lalu bagaimana proses dan kondisi lathihan Kelompok Kesenian Hadrah Nurul Musthofa? Beliau menjawab,
“Untuk sistem pelatihan kita tidak bisa memimbing secara langsung, biasanya saya hanya menghadiri kegiatan itu dan melihat saja, dikarenakan kemampuan saya yang tidak ada disitu saya tidak bisa menyanyi dan memainkan alat tar, namun kegiatan ini bukan untuk tujuan utama, dengan adanya kegiatan latihan ini kita dapat menggolongkannya  nilai mujahadah (berusaha mendekatkan diri kepada Allah) atau permohonan kepada Allah. Kalau sejarah bisa langsung ditanyakan dengan teman-teman.   Saya hanya dapat menjelaskan secara singkat saja. Awal mulanya Nurul Mustofa ini berkumpul hanya 15 orang dengan pembinaan pengajian yasin dan kitab ( Tanqihkul qaul) yang diadakan setiap minggu pada malam senin, lalu di akhir bulan disi dengan shalawat nabi. Yang pada saat itu kita membacakan shalawat kitab Al-barzanji dan belum mengunkan tar, sekitar satu tahunan, kita bermusyawarah untuk mengadakan alat tersebut dan di tunjang juga dengan  kemampuan jamaah yang bisa bernyanyi dan memainkan alat musik tar. dibentuklah perkumpulan ini dengan menggunakan kesenian Hadrah. Dan pada saat ini belum ada nama, dan beberapa bulan kemuadian dimintalah restu dari seorang habaib yang berasal dari Jogjakarta yaitu habibn Umar Bafaqih” dan diberilah nama nurul mustofa hingga sekarang. Jadi sekrang kegiatan kegiatan ini dilaksanakan di rumah salah satu jamaah yaitu saudara Muhammad jufri yang termsuk dari vokal shalwat Nurul musthofa juga, kegiatan tersebut biasanya berlangsung satu minggu satu kali kadang-kadang dua kali”
.
     Dari pertanyaan yang saya lemparkan dan dijawab pula dengan jelas tentang bagaimana proses pembinaan serta latihan majelis salawat nurul musthofa, maka saya bertanya lagi tentang bagaimana pelaksanaan Kesenian Hadrah pada  Majelis nurul Musthofa ini dan apakah pelaksanaan yang diterapakan ini mengandung nilai-nilai pendidikan Islamnya. Lalu saya bertanya lagi kepada ustad ikhwanuddin bagaimana pelaksanaan kesenian Hadrah pada Majelis Nurul mustofa ketika melaksanakan pengajian rutinan? Beliau menjawab,
“banyak sekali yang dilaksanakan dalam kegiatan ini, namun sebelum kegiatan ini dilaksanakan harus terlebih dahulu kita merencanakan pelaksanaaan itu diadakan dan dimana diadakan pelaksanaan itu, apakah hanya disatu tempat atau ditempat yang lainya juga. Pelaksanaan ini biasanya kita laksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama adalah tempat pengajian kita ini saja dan dilaksanakan pada 1 bulan sekali, banyak sekali langkah-langkah yang kita laksanakan dalam kegiatan pengajian ini yaitu: kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan, pengajian dimulai setelah shalat isha di rumah atau di mesjid masing-masing, sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah, lalu membaca kitab shalawat, pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan berkeliling kepada setiap anggota, diselah-selah pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah, pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri dan memohon doa, dikarenakan Assraqal ini mengandung syair berupa doa kepada Allah dan Rasulnya serta pujian-pujian kepada rasulullah SAW, pembacaan doa maulid Habsyi, istirahat sejenak. Sambil mndengarkan syair Shalawat lantunan Hadrah, mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu, lalu dilanjutkan dengan istirahat, pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu”.

2.      Apa saja Nilai-Nilai Pendidikan Islam apa saja yang terdapat di dalam Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?

            Setelah mendapatkan informasi dari ketua Kelompok Kesenian hadrah Nurul Musthofa, peneliti melanjutkan menggali lebih tajam penelitian ini dengan bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah, dengan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan agama Islam dari Kegiatan yang dilaksanakan oleh majelis Nurul Musthofa ini. Dalam hal ini peneliti memfokuskan menggali informasi berdasarkan dari pelaksanaan yang telah dikemukakan oleh Ustdad Ikhwanuddin selaku ketua Majelis Kesenian hadrah Nurul Musthofa, dan mempermudah peneliti untuk mendapatkan informasi yang jelas dari masing-masing proses pelaksanaan itu.
Pada langkah ini, saya akan menceritakan bahwa saya adalah salah satu jamaah Majelis Nurul Musthofa, dengan ini mempermudah saya menemukan suatu hasil pemikiran, bahwa dalam setiap langkah  mengandung Pendidikan Agama Islam  kandungan. Lalu akan saya jabarkan pada penelitian ini, selanjutnya saya bandingkan atau mengoreksi jawaban saya  dengan jawaban Ustadzah Gunarti khairiyah . Adapun hasil dari peikiran penulis pada langkah pertama yaitu langkah sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah.
            Kegiatan ini itu mengandung nilai-nilai pendidikan agama Islam yang mana secara pelaksanaanya sebelum pendidikan dimulai dengan materi, peserta didik haruslah diajak untuk fokus kedalam kegiatan yang akan dilaksanakan agar semua sisi dari peserta didik dapat siap untuk menerima materi yang akan diberikan. Dalam kegiatan ini pemusatan perhatian jamaah dengan cara berkonsentrasi berdoa kepada Allah Swt dengan cara bertawasul untuk kehadiran rasullah pada majelis itu serta menanamkan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT dan Rasulnya.
Apabila kita kaji secara detail tawasul ini banyak sekali mengandung makna dari setiap kata yang akan diberikan (pengertian tawasul) didalam tawasul ini seorang pemimpin mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad, para Ambiya, para ulama, keselamatan untk daerah tersebut serta mengirimkan niat atau hajat dari masing-masing jamah.
Dipandang dari segi sejarah, tawasul ini adalah bentuk amaliyah yang tidak melupakan sejarah karena didalam tawasul ini seseorang menyebutkan nama-nama guru atau ulama dan para sahabat rasul contohnya “ ilahadratinnabi Muhammad Sallallahu a’laihi wasallam, wa a’ala alihi wa Ashabihi ajmain, wa khusushan ila ikhwanihi minal ambiya iwalmursalin, wa  auliya iwasyuhada washahabatittabi’in  wal u’lama’il amilin wa khususan syaidina syeikh Abdul qodir aljailani........” ini adalah contoh teks tawasul dalam bahasa latin dan apabila ini di kaji banyak mengandung unsur-unsur sejarah karena setiap nama yang disebutkan itu runtut dan tidak melupakan sejarah-sejarah manusia mulia yang membawa dan menyebarkan agama Islam.
      Saya  langsung bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah, apakah pelaksanaan tawasul ini mengandung nilai-nilai Pendidikan Islam ? beliau menjawab, (30 September 2015)
“ada, karena dikaji dari istilah perantara dan letak pendidikannya adalah, Tidak melupakan sejarah , ta’zimul Ulama mengagungkan orang yang berilmu yang mana orang  yang berilmu adalah orang-orang yang diangkat derajatnya oleh Allah dapat dikatakan orang yang berilmu adalah orang yang dekat dengan Allah, dan juga kita mempercayai bahwa nama-nama ulama yg kita ta’zimi itu orang-orang yang lebih dekat kepada Allah  dan hal ini ada dalilnya juga di dalah Al- quran dan Hadist karena di dalam suatu hadis  salah satu kitabnya (tanqhkul Qoul)
Lalu saya bertanya lagi untuk memperkuat data dari jawaban Ustadzah Gunarti khairiyah, apakah ada buku tentang tawasul ini dan bisakah saya melihat bukunya? (30 september 2015)
beliau menjawab,  Ada bukunya, salah satunya kitab tanqikhul qoul
            Hal yang serupa juga pernah saya tanyakan pada ustad ikhwanuddin dan memperkuat dari apa yang saya pikirkan mengenai penelitian ini (5 september 2015) beliau menjawab,
“tawasul itu adalah jalan untuk mempermudah sampainya niat atau syafaat berupa fatihah yang akan kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW”. Beliau sedikit menjelaskan dengan cara memberikan contoh “saya ingin membuka usaha secara otomatis saya harus bersedekah agar usaha saya lancar, dengan bersedekah itu lah jalan yang akan membuat saya mudah dalam berusaha. Sama halnya dengan tawasul saya ingin meminta syafaat dari Allah dan Rasulnya dengan cara melaksanakan amaliyah shalwatan kepada rasul maka saya harus menta’zimi orang-orang yang sudah meninggal yang derajatnya dekat dengan Allah  untuk mempermudah fatihah yang saya kirimkan untuk rasulullah, walaupun sebenarnya Allah mengetahui apa yang ada didalam hati kita”. Lalu saya bertanya lagi kepada belia tentang kitab tawasul, beliau pun menjawab “banyak sekali kitab tentang tawasul itu salah astunya kitab  Hujjatul Islam karangan Imam Ali maksum dalam Bahasa Arab”. Ia juga mengakatan bahwa tawasul ini adalah salah satu aqidah yang tidak melupakan sejarah bahkan hal ini sudah ada sejak lama pada zaman Rasullullah SAW.”

Mengenai langkah selanjutnya yaitu langkah membaca kitab Addiyaulami’ Selanjutnya peneliti menjabarkan lagi pemikiran peneliti sebelum peneliti menjabarkan jawaban dari responden. Bahwa kitab addiyaulami ini adalah kitab yang dikarang oleh ulama berasal dari Yaman yaitu Habib Umar bin Salim bin Abu Bakar bin Salim. Yang mana kitab ini berisi 8 rawi dan 1 assraqal yang berisi tentang pujian-pujian kepada rasul dan sejarah rasullah Saw serta sunnah-sunnah-Nya. Kitab ini dibaca karena kitab ini memiliki cara membaca yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya baik dalam bentuk nada bacaan sampai bentuk jawab atau sahutan jamaah ketika melantunkan rawi tersebut. Bukan hanya itu saja, kitab ini sering diamaliyahkan karena dari jumlah rawinya pendek dan disesuaikan dengan jamaah Majelis Nurul Musthofa yang mayoritas bekerja di PT Alas Kusuma Group yang mana jam kerjanya memakan waktu 12 jam dalam sehari.
            Dalam pelaksanaan ini adalah salah satu kegiatan nilai-nilai Pendidikan Islam yaitu berkaitan langsung dengan Al-quran dan Hadist. Yang mana dalam kegiatan ini, jamaah membaca kitab addiyaulami dengan menggunakan bahasa Arab dalam proses ini jamaah diajarkan dan dilatih kemampunyanya dalam membaca kitab dengan berbahasa Arab.
            Saya bertanya kembali kepada Ustadzah Gunarti khairiyah, dimana letak pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam langkah membaca kitab Addiya Ulami?  (30 september 2015) Beliau menjawab
“karena dalam membaca kitab Adiiyaulami  terkandung sejarah Nabi Muhammad SAW dari sebelum beliau di lahirkan hingga beliau wafat dan membaca kitab addiyaulami menanamkan cinta kita kepada Rasul, sehingga ketika kita semakin cinta kepada Rasul, dengan cinta mengikuti ajarannya dan bukan hanya cinta dari lisan saja tetapi juga cinta dalam hati dan amal perbuatan.  Dan kitab  yang dikarang oleh habib Umar bin Huhammad bin salim bin Hafizd bin syekh  Abu bakar bin salim yang mana tidak diragukan lagi kitabnya pasti mengandung pendidikan agama islam yang mana beliau adalah ulama yang di akui dunia.”

Lalu saya bertanya “ apa makna yang terkandung didalam teks Kitab (30 september 2015) Addiya Ulami’ ini ?
“Maknanya adalah  mengandung doa kepada Allah SWT serta sejarah Nabi yang dapat kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari dan pemujaan kepada Nabi Muhammad SAW karena hanya Rasul-lah yang dapat memberikan kita syafaat tidak ada yang lain yang dapat memberikan syafaat selain baginda Nabi Muhammad SAW, dan doa di dalam kitab Addiyaulami’  bukan hanya memohon untuk akhirat saja namun juga memohon diberikan syafaat untuk kebahagiaan hidup di dunia.”

Langkah selanjutnya Pembacaan kitab Addiya Ulami ini dibaca bergantian, menurut penjabaran penulis tentang langkkah ini dilantunkan oleh setiap jamaah secara bergantian guna untuk mengevaluasi dan melihat bagaimana perkembangan bacaan teks Arab para jamaah Majelis Nurul Musthofa serta melatih keberanian jamaah untuk melantunkan shalawat didepan orang banyak, telah tampak bahwa dengan proses pelaksanaan ini bukan hanya berdampak kepada kemampuan jamaah membaca dengan menggunakan Bahasa Arab, namun juga di latih mentalnya untuk dapat membaca menggunakan Teks bahasa arab didepan jamaah lainya, dan hasil dari kegiatan ini mereka akan melatih bacaanya agar tidak terbata-bata atau gugup dengan melatih bacaanya di rumah dan juga hal ini dapat dikaitkan dengan motivasi belajar dari jamaah.
Peneliti bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah Apakah dengan membaca kitab secara bergantian mengandung pelaksanaan pendidikan Agama Islam? (30 september 2015)Beliau menjawab,
Ya tetap mengandundung unsur pelaksanaan pendidikan Agama Islam, karena dalam membaca secara bergiliran tadi dapat mengajarkan orang lain untuk dapat membaca teks Arab, dan di dalam membaca kitab tadi dapat menambah kebaikan di dalam diri kita dan dapat menimbulkan motivasi untuk selalu belajar mebaca teks arab sehingga mendapatkan berkah dari apa yang kita laksanakan dan kitaniatkan (Tabarukan) kalau di dalam bahasa jawanya itu adalah ngalap Berkah dan apabila dipandang dari kesenian adalah memperbanyak literatur seni dalam membaca kitab Addiyaulami’  yang mana si pembaca tidak hanya satu orang sehingga kita dapat memperbanyak seni dalam membaca kitab atau rawi tadi,  karena pada dasarnya tidak semua orang membaca dengan ciri atau seni baca yang sama”.
Pertanyaan ini juga saya tanyakan kepada ustad Ikhwanuddin, beliau menjawab “biar semua mendapat keberkahan karena mendapatkan bagian membaca kitab dan melatih mereka untuk  mampu membaca teks Arab”.
Selanjutnya, di sela-sela pembacaan maulid addiyaulami’ syair-syari slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah. Banyak sekali penjabaran peniliti dari langkah ini, yaitu pada langkah ini berisikkan syair atau lagu-lagu shalawat yang dinyanyikan ini juga termasuk syair-syair pemujaan kepada rasul. Guna dari melantunkan shalawat ini adalah menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada jamaah, lantunan shalawat yang pasti dinyanyikan adalah Assalamualaik zainal ambiya’i, ya Rasululullah ya nabi, dan Subhanallah, walhamdulillah walaila haillallah.  Semua yang dimainkan ini berupa lantunan yang akan membuat para jamaah hanyut kedalam syair-syair dan berdampak kepada kecintaan mereka dalam melantunkan shalawat kepada Nabi sehingga mereka akan melantunkan shalawat tersebut dimana pun ia berada. Dalam melaksanakan kegiatan ini banyak mencakup 3 aspek, antara lain. Aspek Kognitif, yang mana tim hadrah yang membacakan syair ini menghafal syair lagu yang akan dilantunkan dan lagu yang dilantunkan juga harus dibacakan dengan jelas . Aspek afektif, pada aspek ini telah dapat dinilai pada saat sebelum pelaksanaan shalawat dimulai namun penulis menempatkanya pada langkah ini guna untuk menekankan bahwa ketika melaksanakan shalwatan  jamaah harus menggunakan pakaian yang sopan serta rapi dan juga duduk dengan sopan, bagi yang dapat melantunkan syair lagu ini mereka akan melantunkanya secara bersama-sama namun ketika mereka tidak mengetahui syair lagu ini, mereka diam dan mendengarkan syair yang dilantunkan. Dari kegiatan bershalawat ini mereka akan terbiasa ditelinganya dengan lantunan syair-syair pujian terhadap rasulullah dan berdampak kepada jamaah yang akan selalu melantunkan itu dimana pun ia berada. Hal ini berpengaruh sekali kepada sikap dan mental jamaah apalagi ketika hal ini diterapkan di pelaksanaan pendidikan agama Islam tentang mata pelajaran PAI. Aspek yang ketiga adalah aspek psikomotorik, yang mana pada aspek ini juga dilatih kemampuan psikomotorik dari jamaah, yang mana ketika shalawat di lantunkan kelompok pemain tar akan mengiringi lantunan syair tersebut dengan indah, memerhatikan tempo dan ritme syair yang dibawakan. Pemain tar ini tidak hanya memiliki satu jenis pukulan saja namun pada majelis shalawat nurul mustofa ini memiliki 4 tar yang dipukul dengan bunyi yang berbeda. Dampak psikomotorik ini tidak hanya berlaku kepada kelompok penabuh atau pemain tar, hal ini juga berdampak kepada jamaah lainya ketika mendengarkan tampa disadari tubuh, tangan, jari kaki kepala mereka juga mengikuti irama permainan dan pukulan shalawat ,dan hal ini dapat menimbulkan motovasi yang tinggi kepada mereka untuk ingin mencoba cara memainkan alat tersebut. Dan tanpa disadari ketika mereka ingin memainkan alat itu mereka juga harus hafal syair hadrah yang akan mereka lantunkan.
Bayangkan apabila hal ini diterapkan kedalam strategi pembelajaran yang diadakan di lembaga formal untuk menjelaskan bahan ajar berupa Aqidah, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Maka ini akan berdampak kepada seluruh capaian aspek yaitu Kognitif Afektif dan Psikomotorik peserta didik dan kemahiran serta kepandaian peseta didik dalam memainkan hadrah akan menjadi prestasi bagi generasi tua melanjutkan estafet budaya Lokal yang telah diadopsi umat islam dan menjadi budaya dalam agama Islam ini.
Dari pemikiran diatas, itu berawal dari pertanyaan yang akan dilemparkan untuk responden pertanyaanya adalah apakah Pelaksanaan Pendidikan Agama islam terdapat dalam langkah melantunkan syair lagu di selah-selah pembacaan rawi. Pertanyaan tersebut  dijawab dengan ustad Ikhwanuddin (5 september 2015) yang semakin memperkuat dari pernyataan diatas beliau menjawab “untuk menghilangkan kejenuhan serat membuat kondisi tersebut menjadi lebih semangat”. Sedikit jawaban ini telah melambangkan dari kesimpulan yang dapat penulis jabarkan diatas.
Lalu dilanjutkan dengan pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri. Dalam pelaksanaan ini peneliti belum dapat menjelaskan mengapa harus berdiri, dan kebingungan ini peneliti membuatnya menjadi pertanyaan yang akan disampaikan kepada responden pertanyaanya adalah apa pelaksanaan Assraqal ini mengandung Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam? Pertanyaan ini saya tanya kan kepada Ustadzah Gunarti khairiyah dan beliau menjawab,
Ya ada, karena didalam pembacaan Assroqol ini menyangkut tentang penanaman serta keyakinan seseorang untuk bershalawat kepada Nabi, dan pada saat assroqol ini jamaah meyakini Nabi Muhammad SAW Hadir di antara lantunan shalawat jamaah.
mendengarkan dari jawaban ini muncul pertanyaan mengapa dalam melantunkan Assrakal dengan cara berdiri? Ustadzah Gunarti khairiyah (30 september 2015) menjawab,
“Karena Tanda bukti cinta dan bahagia saeorang uinsan ketika dilahirkan rasullullah, bahkan bukan hanya manusia seluruh makhluk yang ada didunia itu turut bergembira”
dan pertanyaan yang kedua ini juga mendapatkan jawaban dari Ustad Ikhwanudin, ( 5 September 2015) beliau menjawab “salah satu bentuk penghormatan kita kepada nabi muhammad dan tata cara berdiri ini menurut  pendapat sebagian ulama ketita teks arab dari kitab ini  ditafsirkan ke bahasa indonesia adalah menceritakan sejarah nabi ketika lahir hingga kecil, dan para ulama  berpendapat mengenai hal ini alangkah lebih bagusnya kekita ini dilantunkan dengan berdiri, mengingat ketika nabi lahir kedunia semua alam dan isinya bergembira kepada nabi, dan ketika melantunkan ini adalah salah satu bentuk rasa gembira, cinta kepada nabi”.
            Dari penjabaran di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai hal ini bahwa filosofi dari sikap yang di lantunkan ini adalah berkaca dari kegembiraan dan semnagat ketika kelahiran nabi, namun hal ini juga dapat dilihat dari jamaah, ketika mereka melantunkan dengan berdiri semangat mereka dalam melantunkan syair shalawat lebih hikmat dan tidak sedikit diantara jamaah ini melantunkanya hingga menangis. Hal ini sudah pasti berdampak pada aqidah mereka yang telah menganggap kehadiran Allah dan Rasulnya menyatu pada pengajian tersebut.
Langkah selanjutnya adalah pembacaan doa maulid Addiya ulami’ dan saya bertanya kepada Ustadzah Gunarti khairiyah, dimana letak Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan berdoa? beliau menjawab
“semuannya mengandung pelaksanaan pendidikan Islam, baik dari segi pelaksanaanya sampai ke lafadz kitabnya. Langsung saya contoh kan saja biar lemih mudah di fahami, mengapa doa ini di lakukan di akhir, contohnya  orang yang meminta upah keringatnya secara otomatis harus bekerja terlebih dahulu.  Sama hal nya di dalam pengajian ini, setelah melakukan segala amaliyah pembacaan shalawat Addiyaulami’  lalu di sempurnakan dengan berdoa dengan berharap apa yang telah dikerjakan menadapan ijabah dari Allah dan sebagai bentuk tawaqalnya kepada Allah dan salah satu doanya kita minta dipertemukan dengan kekasih  Allah di syurga firdaus. Dan kalau di terjemahkan di dalam isi doa itu banyak sekali makna yang terkandung dan tertuju untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pembacaan doa ini adalah penutup dai rangkaian pembacaan maulid yang dibacakan, disini juga mengandung nilai aqidah, yanag mana islam mengajarkan dalam melaksanakan dan mengakhiri satu kegiatan haruslah dengan berdoa dan dilanjutkan dengan istirahat sejenak
Setelah istirahat sejenak langkah selanjutnya adalah Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau sutad yang datang pada malam itu. Tausiah agama yang disampaikan, memang lah tidak terprogram dan tidak memiliki perencanaan penyampaian tausyiah secara terukur seperti Rencana pelaksanaan pembelajaran di lembaga formal, namun tausiyah yang disampaikan ini runtut dari maerti-materi agama dan sesuai dengan tahapan-tahapan penjelasan, salah satu contoh, pada malam pertma guru akan menjelaskan tentang mengapa harus shalawat, lalu menjelaskan apa manfaat shalwat, menjelaskan tentang shalawat dalam kajian pandangan kitab-kitab lalu menjelaskan tentang hakikatnya bersalawat. Materi yang disampaikan ini berpola maju yaitu pengetahuan yang diberikan akan selalu meningkat dan runtut sesuai dengan sistem. Bukan hanya ini saja pada saat menjelaskan materi ini  seorang  guru yang menjelaskan juga memiliki kopetensi sebagai penceramah jadi materi yang disampaikan sangat mudah sekali untuk di serap.
Pertanyaan pun telah disiapkan untuk responden tentang langkah ini, apa Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang dapat diambil dari mendengarkan tausiah Agama? Ustadzah Gunarti khairiyah (30 September 2015) menjawab
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam pada tahan ini jelas sekali, karena dalam pelaksanaan ini kita di ajarkan, dinasehati untuk selalu bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya dan hal ini Tergantung dari materi yang disampaikan karena dapat dikatakan seluruh unsur pendidikan Islam terdapat didalam materi yang disampaikan bersumber dari Al-quran dan Hadist.

Setelah tausiah, dilanjutkan dengan istirahat. Istirahat ini biasanya tuan rumah menyiapkan hidangan untuk dimakan, hal ini adalah bentuk ucapan terimakasih serta sedekah dari tuan rumah dengan menghidangkan makanan yang telah disediakan dan setelah semua selesai menikmati hidangan berakhir pula lah kegiatan pengajian pada Kelompok Kesenian Hadrah Nurul Musthofa dan seorang jamaah memimpin untuk membaca doa majelis dan membaca shalawat Pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dai setiap langkah-langkah pengajian yang dilaksanakan oleh Kelompok Kesenian Hadrah Nurul Musthof. Dan semua langkah-langkah yang dilaksanakan baik untyuk diterapkan didalam pembelajaran di pendidikan formal karena menyangkut segala aspek Pendidikan Agama Islam.
            Dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah ini banyak sekali nilai Pendidikan Agama Islam yang terkandung di dalamnya baik dari kitab yang baca, pelaksanaan pengajian, dan tausiah Agama yang diberikan oleh ustad. selain itu semua jamaah tanpa disadari melaksanakan Pendidikan Agama Islam yang dibentuk oleh pelaksanaan Pendidikan informal yang komposisinya adalah orang tua yang berusia 30 sampai 50 tahun dan bekerja sebagai kariawan swasta.
            Dari hasil wawancara yang didapat, maka peneliti akan memaparkan hasil wawancara yang dtelah dijawab oleh responden. Pertanyaan pertama peneliti utarakan kepada ustad Khaidar selaku Ustad yang memberikan tausiah di Majelis Nurul Musthofa, pertanyaanya adalah adalah Menurut bapak, Pendidikan Agama Islam apakah yang terkandung dalam Kesenian Hadrah Nurul Musthofa? ustad Khaidar (Kamis, 1 oktober  2015) menjawab,
             “nilai Pendidikan Islam yang dapat diambil pertama Akhlak kita terhadap manusia yaitu menjalin silaturahmi. Karena pada pengajian Kesenian Hadrah ini adalah tempat atau fasilitas untuk  mengumpulkan orang dan untaian kata indah di dalam kitab Addiyaulami’ ini menceritakan tentang akhlak dan Sifat Nabi Muhammad SAW. Yang kedua tentang Aqidah jamaah yaitu berzikir. Karena ini adalah  sarana  untuk mengingat Allah SWt dan rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari aqidah atau kepercayaan umat Islam pada umumnya, pendidkan akhalak, dan pada saat tausiah agama secara otomatis semua materi pendidikan Agama Islam terdapat di dalam penyampaian serta memberikan nasihat untuk yang lain.




            Pertanyaan selanjutnya, apakah Pendidikan Agama Islam terkandung di setiap langkah-langkah pelaksanaanya?, Khaidar (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
Jelas Ada. yang berhubungan dengan akidah, membeca huruf-huruf ijaiah, tausiyah sejarah dan membaca hsejarah nabi, dan ada nilai fiqhnya  salah satu contoh di dalam teks kitab kita diajarkan untuk bersuci dan hal ini juga ada dalilnya di dalam Al-quran dan Hadis maka hukum Fiqhnya sunah malah ada sebagian ulama yang mewajibkan bersholawat kepada Nabi.
Selanjutnya, sebelum pertanyaan saya berikan, lalu saya membacakan langkah-langkah pelaksanaan kesenian hadrah di Majelis Nurul Musthofa setelah itu saya bertanya kemabali kepada Ustad haidar, S.Pdi. Bisakah bapak jelaskan secara rinci pelaksanaan pendidikan Agama islam dari setiap langkah-langkah yang telah disebutkan? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
 “kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan. Hal ini adalah bentuk bimbingan yang sistematis karena hal ini telah di rencanakan baik oleh pengurus jamaah . dan ini dibuat untuk sarana  untuk mengingat Allah SWt dan rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari sumber aqidah umat Islam yaitu Al-quran dan Hadist”
Terus ustad di dalam tawasul itu apakah mengandung pendidikan agama Islam?
“Jelas ada tawasul itu  menurut bahasa adalah perantara “ini juga di jelaskan didalam surah Al-maidah ayat 35 yang artinya “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan cerilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya, dan berjihadlah pada jalanya supaya kamu mendapat keberuntungan.  Di dalam kitab Mafahim, atau KutubuSitta (kumpulan hadis-hjadis shahih) “ dari Abu Syaid Al-khudri bahwasanya Nabi SAW berbda: “sesunggunya hanya saja pertolongan Allah, itu kepada umat ini dengan sebab orang-orang lemah di antara mereka,dengan sebab doa mereka shalat mereka dan ikhlasnya mereka”. Di dalam tawasul juga mengandung pendidikan sejarah keIslaman yaitu mengingat jasa ulama yang disebutkan namanya yang di sesuaikan dengan runtutan zamanya, lalu nilai Akhlak yang terdapat di dalam tawasul ini kita di ajarkan untuk menta’zimi ulama-ulama yang telah mendapatkan derajat yang tinggi disisi allah dan hukum fiqh ini hukumnya sunah.
lalu membaca kitab shalawat Addiya Ulam.
Lalu saya bertanya lagi tentang apakah kitab Addiya Ulami ini mengandung pendidikan Agama Islam ? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“Iya. Pertama mengandung pendidikan akhlak yaitu di dalam dalam kitab tersebut terdapat hal yang mengajak kita berbuat kebaikan. Kalau didalam pendidikan Quran dan Hadistnya juga ada dalilnya yaitu   Surah At-taubah 128, Al-Ahzab: 56.  Aqidahnya adalah  di dalam kitabnya sudah mengandung doa dan mengajak kita hanya menyembah kepada Allah. Kalau pendidikan sejarah Sejarah menceritakan sejarah nabi dan Fiqhnya salah dari kitab  satu lafadz mengajarkan kita untuk bersuci”.
Apa pendidikan Agama Islam yang terkandunfg didalam pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan bergiliran kepada setiap anggota? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“pendidikan Agama Islam yang terkandung itu jelas. Orang yang membacanya saja sudah mengandung aqidah, di pandang dari segi akhlak,ketika membaca  tidak rebutan bergantianatau tertib, sejarah Islamnya juga ada dalam sejarah hadis Arbain Nawawi yang diriwayatkan Imam bukhari Muslim yang artinya “tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca alquran dan saling saling bergantian di antara mereka mempelajarinya, Melainkan turun atas mereka ketenangan dan meliputi mereka rahmat Allah dan mereka dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut mereka pada orang yang ada disisinya”. Lalu Fiqh di dalam hukum fiqh termasuk juga hukum tertib”.
Lalu pertanyaan selanjutnya apa Pendidikan Agama Islam yang terkandung di langkah diselah-selah pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara Kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,“mengandung akhlak yaitu pengamalan Al-qurah, karena membaca shalawat dan di Al-quran mengajak kita untuk bershalawat”.
Lalu Ustad apa yang apa Pendidikan Agama Islam yang terkandung di dalam pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“mengandung pendidikan Aqidah, menurut aqidah ahli sunnah wal jama’ah, ketika assroqol nabi itu hadir dan di dalam teks assraqal itu jelas salah satu contoh teks nya “ya nabi salam alaika” yang artinya  ya Nabi kesejahteraan atas mu. Kata mu ini digunakan untuk orang pertama tunggal yang berinteraksi langsung dan tidak menggunakan katan –nya. Mengapa harus berdiri ini juga ada dalil yang bisa di ambil dan mengandung dalil hadis yaitu di dalam kitab i’lambifataw aimatil Islam haulu maulidihi alaihi shalatu wassalam. ( Al-i’lam)  
 Lalu apa Nilai Pendidikan Islam yang terdapat di dalam pembacaan doa maulid Addiyaulami’? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“Mengandung pendidikan Aqidah yang mana menyangkut keyakinan jamaah dalam membaca doa dan hanya meminta kepada Allah yang salah satu contoh awal kitabnya “Ya Rabbi Sholli ‘ala Muhammad Ya Robbi sholli ‘alaihi wa sallim”. ini berisi permohonan dan doa yang akhir minta diijabah Allah,  dan biasanya pada peembacaan maulid di awali dengan doa, di tengah ada doa dan diakhiri dengan doa.
Yang terakhir ustad, Pendidikan agama Islam apa yang terkandung didalam Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu? Ustad haidar, S.Pdi  (Wawancara kamis, 1 Oktober 2015) menjawab,
“Semua unsur pendidikan Agama Islam ada di dalam itu, apa pun materinya. Pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu”.

3.      Apa dampak kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa kuala dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015 ?
Kemudian pertanyaan dilemparkan kepada pemain apa manfat dari melaksanaakan kegiatan Hadrah ? Muhammad Jufri ( 1 September 2015) “termotivasi untuk beribadah khususnya bershalawat, haru dan senang”. Dakum  (Wawancara, Senin, 3 oktober 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan shalawatan di majelis Nurul Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah, dan saya sangat senang dengan adanya pengajian shalawatan ini”, selanjutnya, Kardiman( Wawancara, Selasa, 3 oktober 2015), “Saya mengikuti shalwatan ini saya merasakan semangat dan senang”.
         Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat lima Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan Kesenian Hadrah Nurul Musthofa desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu  Raya yaitu  Quran Hadist, Aqidah, Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqh Khusunya tentang Fiqh bertetangga yang sesuai dengan hasil dari wawancara peneliti dengan responden, dan hal ini juga terbukti efektif untuk sebagaiwadah pendidikan, karena ada beberapa jamaah yang mengikuti pengajian atau kesenian Hadrah Nurul Musthofa ini berdampak kepada motivasi keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana yang disebutkan oleh Dakum  (Wawancara, Senin, 20 April 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan shalawatan di majelis Nurul Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah, dan saya sangat senang dengan adanya pengajian shalawatan ini”,. Hal ini senada berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua jamaah akan berdampak meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
C.      Temuan Penelitian
                                            
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa selain pelaksanaan Kesenian Hadrah yang diadakan satu bulan sekali yang ditujukan kepada setiap jamaah Majelis Nurul Musthofa, jamaah yang memainkan hadrah juga sering diundang dalam acara-acara seperti nikahan, khitanan akikah dan lain-lain. Namun, dalam hal ini  banyak sekali prestasi yang dapat mereka berikan, baik prestasi dalam mengikuti lomba hadrah dalam tingkat kabupaten dan provinsi  tidak hanya sebatas itu. Prestasi yang paling bersejarah adalah majelis Nurul Musthofa dapat dikatakan sejarah yang mencatat sebagai majelis yang menyiarkan shalawat dan diterapkan masyarakat dan menjadi budaya di mayarakat kuala dua dan menurut ustad Ikhwanudin ( 5 September 2015) beliau mengemukakan bahwa masyarakat sekarang lebih senang memutas musik hadrah dari pada dangdut adalah salah satu faktor atau pengaruh dari syiarnya Majelis Shalawat Nurul Musthofa.
D.      Pembahasan

Berdasarkan fakta dan data dari hasil temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian ini, temuan data seperti yang dipaparkan di atas, akan diadakan pembahasan seperti di bawah ini, agar pembahasan ini menjadi lebih sistematik, maka peneliti akan membahasnya dalam sub-sub pembahasan sebagai berikut :
1.         Pelaksanaan  Pengajian Majelis Nurul Mustofa
          Berdasarkan paparan data yang telah peneliti uraikan di atas diketahui bahwa ada pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam setiap langkah adalah ysebagai berikut :
A.    Kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan, Kegiatan ini dilaksanakan pada 1 bulan sekali adalah sah satu bentuk pembinaan dari keuta majelis nurul mustofa, yang dengan kegiatan ini adalah bentuk fasilitas untuk memperkuat tali silaturahmi dan amaliyah dari jamaah. Bukan hanya dalam bentuk ini saja, terkadang majelis shalwat nurul mustofa ini dipanggil pengajian dalam acara-acara pernikahan, khitanan, dan akikah. Dalam hal ini telah jelaslah bahwa kegiatan yang diadakan oleh kelompok kesenian hadrah nurul mustofa ini termasuk dari salat satu cara syiar Islam dengan melalui kesenian hadrah yaitu dengan cara melantunkan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW, apa bila dipandang dalam segi pendidikan Agama Islam maka hal ini termasuk pada pelaksanaan materi fiqh yaitu dalam bidang kemasyarakatan  dan aqidah dalam bidang syiar atau dakwahnya.
B.     Sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah, kegiatan ini itu mengandung nilai-nilai pendidikan agama Islam yang mana secara pelaksanaanya sebelum pendidikan dimulai dengan materi, peserta didik haruslah diajak untuk fokus kedalam kegiatan yang akan dilaksanakan agar semua sisi dari peserta didik dapat siap untuk menerima materi yang akan diberikan. dalam kegiatan ini pemusatan perhatian jamaah dengan cara berkonsentrasi berdoa kepada Allah Swt dengan cara bertawasul untuk kehadiran rasullah pada majelis itu serta menanamkan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT dan Rasulnya. Apabila kita kaji secara detail tawasul ini banyak sekali mengandung makna dari setiap kata yang akan diberikan (pengertian tawasul) didalam tawasul ini seorang pemimpin mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad, para Ambiya, para ulama, keselamatan untk daerah tersebut serta mengirimkan niat atau hajat dari masing-masing jamah.
C.    Lalu membaca kitab shalawat, kitab addiyaulami ini adalah kitab yang dikarang oleh ulama berasal dari yaman yaitu Habib Umar bin Salim bin Abu Bakar bin Salim. Yang mana kitab ini berisi 8 rawi dan 1 assraqal yang tentang pujian-pujian kepada rasul dan sejarah rasullah Saw serta sunnah-sunnah-Nya. Kitab ini dibaca karena kitab ini memiliki cara membaca yang berbeda dengan kitab-kitab lainnya baik dalam bentuk nada bacaan sampai bentuk jawab atau sahutan jamaah ketika melantunkan rawi tersebut. Bukan hanya itu saja, kitab inisering diamaliyahkan karena disesuaikan dengan kondisi jamaah majelis nurul mustofa karena mayoritas bekerja di PT alas kusuma, yang kerjanya memakan waktu 12 jam dalam sehari yaitu dengan rawi yang pendek serta jumlah rawinya sedikit
D.    Pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan berkeliling kepada setiap anggota, pembacaan ini dilantunkan oleh setiap jamaah secara bergantian, guna untuk mengevaluasi dan melihat bagaimana perkembangan bacaan arabnya, serta melatih keberanian jamaah untuk melantunkan shalawat didepan orang banyak, telah tampak bahwa dengan proses pelaksanaan ini bukan hanya berdampak kepada kemampuan jamaah membaca dengan menggunakan bahasa arab namun juga di latih mentalnya untuk dapat membaca menggunakan bahasa arab didepan jamaah lainya, dan hasil dari kegiatan ini mereka akan melatih bacaanya agar tidak terbata-bata atau gugup dengan melatih bacaanya di rumah dan juga hal ini dapat dikaitkan dengan motivasi belajar dari jamaah
E.     Disela-sela pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah, syair atau lagu-lagu shalawat yang dinyanyikan ini juga termasuk syair-syair pemujaan kepada rasul. Guna dari pembacaan shalawat ini adalah menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada jamaah, lantunan shalawat yang pasti dinyanyikan adalah Assalamualaik zainal ambiya’i, ya Rasululullah ya nabi, dan Subhanallah, walhamdulillah walaila haillallah.  Semua yang dimainkan ini berupa lantunan yang akan membuat para jamaah hanyut kedalam syair-syair dan berdampak kepada kecintaan mereka dalam melantunkan shalawat kepada nabi sehingga mereka akan melantunkan shalawat tersebut dimana pun ia berada. Dalam melaksanakan kegiatan ini banyak mencakup banyak aspek, antara lain. Aspek Kognitif, yang mana tim hadrah yang membacakan syair ini menghafal syair lagu yang akan dilantunkan dan lagu yang dilantunkan juga harus dibacakan dengan jelas . Aspek afektif, aspek afektif ini telah dapat dinilai pada saat sebelum pelaksanaan shalawat dimulai namun penulis menempatkanya pada langkah ini guna untuk menekankan bahwa ketika melaksanakan shalwatan  jamaah harus menggunakan pakaian yang sopan serta rapi dan juga duduk dengan sopan, bagi yang dapat melantunkan syair lagu ini mereka akan melantunkanya secara bersama-sama namun ketika mereka tidak mengetahui syair lagu ini mereka diam dan mendengarkan syair yang dilantunkan. Dari kegiatan bershalawat ini mereka akan terbiasa ditelinganya dengan lantunan syair-syair pujian terhadap Rasulullah dan berdampak kepada jamaah yang aka selalu melantunkan itu dimana pun ia berada. Hal ini berpengaruh sekali kepada sikap dan mental jamaah apalaagi ketika hal ini diterapkan di pelaksanaan pendidikan agama Islam tentang mata pelajaran PAI. Aspek yang ketiga adalah aspek psikomotorik, yang mana pada aspek ini juga dilatih kemampuan psikomotorik dari jamaah yang mana ketika shalawat di lantunkan kelompok pemain tar akan mengiringi lantunan syair tersaebut dengan indah, memerhatikan tempo dan ritme syair yang dibawakan.
F.     Pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi, salah satu bentuk penghormatan kita kepada nabi Muhammad dan tata cara berdiri ini menurut  pendapat sebagian ulama ketita teks arab dari kitab ini  ditafsirkan ke bahasa indonesia adalah menceritakan sejarah nabi ketika lahir hingga kecil, dan para ulama  berpendapat mengenai hal ini alangkah lebih bagusnya kekita ini dilantunkan dengan berdiri, mengingat ketika nabi lahir kedunia semua alam dan isinya bergembira kepada nabi, dan ketika melantunkan ini adalah salah satu bentuk rasa gembira, cinta kepada nabi.
G.    Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu, tausiah agama yang disampaikan, memang lah tidak terprogram dan tidak memiliki perencanaan penyampaian tausyiah secara terukur seperti rencana pelaksanaan pembelajaran di lembaga formal, namun tausiyah yang disampaikan ini runtut dari maerti-materi agama dan sesuai dengan tahapan-tahapan penjelasan, salah satu contoh, pada malam pertma guru akan menjelaskan tentang mengapa harus shalawat, lalu menjelaskan apa manfaat shalwat, menjelaskan tentang shalawat dalam kajian pandangan kitab-kitab lalu menjelaskan tentang hakikatnya bersalawat. Materi yang disampaikan ini berpola maju yaitu pengetahuan yang diberikan akan selalu meningkat dan runtut sesuai dengan sistem. Bukan hanya ini saja pada saat menjelaskan materi ini  seorang  guru yang menjelaskan juga memiliki kompetensi sebagai penceramah jadi materi yang disampaikan sangat mudah sekali untuk di serap.           
2.         Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Kelompok seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015.
                Berdasarkan paparan data yang telah peneliti uraikan di atas Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam Kelompok seni Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya yaitu :
Pendidikan Agama Islam apakah yang terkandung dalam Kesenian Hadrah Nurul Musthofa?
          Pendidikan Agama Islam didalam Kesenian Hadrah Nurul Musthofa adalah Pendidikan Agama Islam yang dapat diambil pertama Akhlak kita terhadap manusia yaitu menjalin silaturahmi. Karena pada pengajian Kesenian Hadrah ini adalah tempat atau fasilitas untuk  mengumpulkan orang dan untaian kata indah di dalam kitab Addiyaulami’ ini menceritakan tentang akhlak dan Sifat Nabi Muhammad SAW. Yang kedua tentang Aqidah jamaah yaitu berzikir. Karena ini adalah  sarana  untuk mengingat Allah SWT dan Rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari aqidah atau kepercayaan umat Islam pada umumnya, pendidikan akhalak, dan pada saat tausiah agama secara otomatis semua materi pendidikan Agama Islam terdapat di dalam penyampaian serta memberikan nasihat untuk yang lain.
Pendidikan Agama Islam terkandung di setiap langkah-langkah pelaksanaanya adalah berhubungan dengan akidah, membaca huruf-huruf ijaiah, tausiyah sejarah dan membaca hsejarah nabi, dan ada nilai fiqhnya  salah satu contoh di dalam teks kitab kita diajarkan untuk bersuci dan hal ini juga ada dalilnya di dalam Al-quran dan Hadis maka hukum Fiqhnya sunah malah ada sebagian ulama yang mewajibkan bersholawat kepada Nabi.
Pendidikan alangkah-langkah pelaksanaan kesenian hadrah di Majelis Islam yang terkandung dilangkah-langkah Kelompok ksenian Hadrah Nurul Musthofa yaitu
a.       Kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan. Hal ini adalah bentuk bimbingan yang sistematis karena hal ini telah di rencanakan baik oleh pengurus jamaah . dan ini dibuat untuk sarana  untuk mengingat Allah SWT dan rasulnya dengan membaca kitab dan kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari sumber aqidah umat Islam yaitu Al-quran dan Hadist”
b.       Sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah. di jelaskan didalam surah Al-maidah ayat 35 yang artinya “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan cerilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya, dan berjihadlah pada jalanya supaya kamu mendapat keberuntungan.  Di dalam kitab Mafahim, atau KutubuSitta (kumpulan hadis-hadis shahih) “ dari Abu Syaid Al-khudri bahwasanya Nabi SAW berbda: “sesunggunya hanya saja pertolongan Allah, itu kepada umat ini dengan sebab orang-orang lemah di antara mereka,dengan sebab doa mereka shalat mereka dan ikhlasnya mereka”. Di dalam tawasul juga mengandung pendidikan sejarah keIslaman yaitu mengingat jasa ulama yang disebutkan namanya yang di sesuaikan dengan runtutan zamanya, lalu nilai Akhlak yang terdapat di dalam tawasul ini kita diajarkan untuk menta’zimi ulama-ulama yang telah mendapatkan derajat yang tinggi disisi allah dan hukum fiqh ini hukumnya sunah.
c.       Lalu membaca kitab shalawat Addiya Ulami. Pertama mengandung pendidikan akhlak yaitu di dalam dalam kitab tersebut terdapat hal yang mengajak kita berbuat kebaikan. Kalau didalam pendidikan Quran dan Hadistnya juga ada dalilnya yaitu   Surah At-taubah 128, Al-Ahzab: 56.  Aqidahnya adalah  di dalam kitabnya sudah mengandung doa dan mengajak kita hanya menyembah kepada Allah. apabila pendidikan sejarah, menceritakan sejarah Nabi dan Fiqhnya dari   satu lafadz mengajarkan kita untuk bersuci.
d.      Pembacaan maulid Addiyaulami’ ini di baca dengan bergilir kepada setiap anggota. Pendidikan Agama Islam yang terkandung itu jelas. Orang yang membacanya saja sudah mengandung aqidah, di pandang dari segi akhlak, ketika membaca  tidak rebutan bergantianatau tertib, sejarah Islamnya juga ada dalam sejarah hadis Arbain Nawawi yang diriwayatkan Imam bukhari Muslim yang artinya “tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca alquran dan saling saling bergantian di antara mereka mempelajarinya, Melainkan turun atas mereka ketenangan dan meliputi mereka rahmat Allah dan mereka dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut mereka pada orang yang ada disisinya”. Lalu Fiqh di dalam hukum fiqh termasuk juga hukum tertib”.
e.       Disela-sela pembacaan maulid addiyaulami’ syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah mengandung akhlak yaitu pengamalan Al-qurah, karena membaca shalawat dan di Al-quran mengajak kita untuk bershalawat.
f.       Pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri ini mengandung pendidikan Aqidah, menurut aqidah ahli sunnah wal jama’ah, ketika assroqol nabi itu hadir dan di dalam teks assraqal itu jelas salah satu contoh teks nya “ya nabi salam alaika” yang artinya  ya Nabi kesejahteraan atas mu. Kata mu ini digunakan untuk orang pertama tunggal yang berinteraksi langsung dan tidak menggunakan katan –nya. Mengapa harus berdiri ini juga ada dalil yang bisa di ambil dan mengandung dalil hadis yaitu di dalam kitab i’lambifataw aimatil Islam haulu maulidihi alaihi shalatu wassalam. ( Al-i’lam).
g.      Pembacaan   doa maulid Addiyaulami’ Mengandung pendidikan Aqidah yang mana menyangkut keyakinan jamaah dalam membaca doa dan hanya meminta kepada Allah yang salah satu contoh awal kitabnya “Ya Rabbi Sholli ‘ala Muhammad Ya Robbi sholli ‘alaihi wa sallim”. ini berisi permohonan dan doa yang akhir minta diijabah Allah,  dan biasanya pada peembacaan maulid di awali dengan doa, di tengah ada doa dan diakhiri dengan doa.
h.      Mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu “Semua unsur pendidikan Agama Islam ada di dalam itu, apa pun materinya. Pembacaan shalawat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu.
3.      Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun 2015
      Dari wawancara peneliti dengan responden, dan hal ini juga terbukti efektif untuk sebagaiwadah pendidikan, karena ada beberapa jamaah yang mengikuti pengajian atau kesenian Hadrah Nurul Musthofa ini berdampak kepada motivasi keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana yang disebutkan oleh Dakum  (Wawancara, Senin, 20 April 2015), “ketika saya mengikuti kegiatan shalawatan di majelis Nurul Mustofa, semangat saya untuk beribadah bertambah, dan saya sangat senang dengan adanya pengajian shalawatan ini”,. Hal ini senada berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua jamaah akan berdampak meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul-Nya.





  BAB V
PENUTUP    

A.           Kesimpulan
65
Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dari penelitan ini yaitu terdapat beberapa Pelaksanaan Pendidikan agama Islam dalam Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015, pada langkah-langkah Pelaknsanaan Kesenian Hadrah Desa Kuala Dua kegiatan dilaksanakan secara rutin yaitu 1 bulan sekali yang tepatnya pada minggu pertama awal bulan, pengajian dimulai setelah shalat isha di rumah atau di mesjid masing-masing, sebelum pembacaan shalawat dimulai maka pemimpin shalawat membacakan niatan atau tawasul yang di tujukan keharibaan junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan niat para jamaah, lalu membaca kitab shalawat, pembacaan maulidul habsyi ini di baca dengan berkeliling kepada setiap anggota, diselah-selah pembacaan maulid habsyi syair-syarir slawat dinyanyikan dengan diringi tarbangan atau hadrah, pembacaan assraqal yang dilantunkan semua jamaah dan diringi oleh tarbangan atau hadrah dengan posisi berdiri dan memohon doa, dikarenakan Assraqal ini mengandung syair berupa doa kepada Allah dan Rasulnya serta pujian-pujian kepada rasulullah SAW, pembacaan doa maulid Habsyi, istirahat sejenak. Sambil mndengarkan syair Shalawat lantunan Hadrah, mendengarkan taushiah agama yang disampaikan oleh guru atau ustad yang datang pada malam itu, lalu dilanjutkan dengan istirahat, pembacaan shalwat tanda berakhirnya pengajian pada malam itu dan semua langkah ini adalah bentuk aplikasi langsung untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani , bertakwal, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadist, melalui kegiatan Bimbingan, Pengajaran,  latihan serta penggunaan pengalaman dari ketua atau pemimpin Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa  Kuala Dua Kecamatan Sungai raya Kabupaten Kubu raya Tahun 2015. Yang kedua adalah Pendidikan Agama Islam yang terdapat di dalam Kelompok Kesenian Hadrah Nurul Mustofa Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yaitu ada lima Pendidikan Agama Islam yang pertama Pendidikan Quran dan Hadis, yang mana kelompok Kesenian ini akan membaca kitab yang bertuliskan teks Bahasa arab yang merupakan salah satu Bahasa yang digunakan didalam Al-quran dan Hadist. Aqidah dalam pelaksanaan ini hampir semua kegiatan  beranah kepada aqidah yang memusat kepada nilai spiritual yang berdampak kepada meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Akhlak, yang mana Pendidikan ini terdapat dua bentuk pelaksanaan disuatu sisi ketika melaksanakan Pengajian Jamaah menggunakan pakaian yang rapi dan sopan lalu pendidikan Akhlak ini juga terdapat dalam bentuk Teks bahasa Arab yang mana di dalam kitab Addiya Ulami, terdapat akhlak-akhlak terpuji Rasulullah yang di ajarkan melalui kitab Addiya ulami’. Sejarah KeIslaman ini pun juga terdapat di dalam Kitab Addiya Ulami’ yang mana kitab ini berisikan tentang sejarah Rasulullah SAW dari sebelum Lahir hingga Rasulullah SAW wafat. Dan yang terakhir adalah Fiqh yang mana Fiqh yang terkandung didalam Pelaksanaan ini adalah Fiqh bertetangga, yang mana didalam pelaksanaan kegiatan ini terjadi sikap yang saling menghormati dan menghargai serta saling tolong menolong terhadap tetangga.
B.            Saran
Pada bagian ini, peneliti juga mengajukan beberapa rekomendasi terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu pada pihak:
1.        majelis Kesenian Hadrah Nurul Musthofa Desa Kuala Dua, agar dapat menyebar luaskan semangat ber shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan menularkan motivasi keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh masyarakat.
2.        Pimpinan Majelis Kesenian Hadrah Desa Nurul Mustofa, agar selalu memberikan pemahaman tentang betapa pentingnya shalawat dan dampak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Dan membina Majelis Nurul Musthofa agar dapat menjadi contoh serta motivasi untuk masyarakt lainya.
3.        IAIN Pontianak, agar penelitian bisa dijadikan salah satu bahan referensi dan rekomendasi bagi mahasiswa, dosen untuk meningkatkan kembali Budaya Lokal yang mengandung nilai Pendidikan Agama Islam dan menambah kompetensi keprofesionalismean seorang calon guru dengan cara menambah kompetensi-kompetensi akademik dan non akademik khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI), seperti kemampuan guru dalam melantunkan syair dan memainkan Hadrah.

Tidak ada komentar